Kakak laki-lakiku tertawa cekikikan mendengar perkataan ibu kami. "Kenapa tertawa?" ucapku sambil menatapnya tajam.Â
"gak ada." jawabnya singkat sambil membersihkan mulutnya dengan sapu tangan.Â
  Kemudian aku mengcuhkannya saja, dan meyakinkan ayah soal keinginanku ini.Â
 "Ayah percaya bukan?" tanyaku.Â
 "Percaya apa?" balasnya sambil menyeruput tehnya.Â
 "hmmm.." langsung saja aku terbawa suasana dan cemberut sendiri.Â
  Ibu melirik ayah. Akhirnya, ayah baru tersadar.Â
 "Oh iya, iya putriku yang tercinta. Ayah yakin kamu akan menjadi desainer yang hebat. Tetapi.." ujarnya menanggung.Â
 Aku pun meliriknya. "Tetapi apa?"Â
 "Kamu lebih cocok jadi ilmuan saja.Toh kemarin kamu juga bilang mau jadi ilmuan dan menciptakan ramuan yang bisa membuat badan melayang-layang di lautan bintang bukan?"Â
 Seketika wajahku panas dan merasa melu mendengarnya.Â