Mohon tunggu...
Berlian Alfin
Berlian Alfin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca adalah jendela dunia bagi yang ingin melihat betapa luasnya alam ini. Jiwa, pikiran, atau hati juga membutuhkan asupan yang dapat membawa kepada hal yang positif, dan salah satunya dengan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Perkara Gayung

28 November 2023   10:03 Diperbarui: 28 November 2023   10:05 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar. sumber pixabay

Woy anak papi! Pake gayungnya dulu dong?"  Ujar Rehan kepada teman se-asramanya, Abdul. 

"Diluar anak mami!"  balas Abdul. 

Si Rehan pun keluar memeriksa tempat gayung itu berada. Tetapi, hasilnya nihil. 

"Dul, mana gayungnya!?"  ungkap Rehan heran. 

Abdul masih sibuk melipat-lipat kertas origami untuk menjadikannya pesawatan. 

"Di luar.."  tukas Abdul. 

Sekali lagi Rehan melihat di luar, didekat pot bunga, dekat rak sepatu, dan sebagainya. Rehan masih saja tidak dapat menemukannya. 

"oh kamu gitu.. gak mau serius sama aku."  ujar Rehan mulai kesal. 

"aku serius."  jawab Abdul. 

"Hadeuh.. anam papi.., anak papi.." desah Abdul. 

"iyah aku tau di luar, tapi kasih rinciannya lah!"  bentaknya. Nada asli batak Abdul mulai nampak. 

"Hei orang medan, aku tadi mau bilang tapi kamu udah keburu ke medan pertempuran, apa boleh buat."  jawab Abdul sambil menggunting pinggiran kertas origami. Tidak diketahui Abdul mau membuat apa. 

Rehan menggaruk kepalanya yang tidak sama sekali gatal. "Jadi, dimana nih? udah maghrib lho!"   tukas Rehan. 

"Kamu yakin?"  tanya Abdul menatap Rehan seperti tatapan komandan pasukan khusus. 

"siap. yakin."  jawab Rehan spontan. 

"Bagus.. Saya memberitahu kepada mu teman ku. Gayungnya berada ditangan penguasa asrama ini."  Ungkap Abdul dengan sedikit ngeri. 

"Gayung biru ku telah dibawa pergi oleh penjaga asrama. Katanya'pake dulu yah.. buat nyiram bunga' aku pun langsung memberikan gayung yang saat itu masi-"  Belum selesai penjelasan Abdul, Rehan langsung meninggalkan Abdul dengan aktingnya. 

"Makasih yah.."  ungkap Rehan sambil berlari ke depan pintu asrama. 

Beberapa waktu kemudian. Rehan kembali dengan kaos yang sudah compang-camping, penuh dengan tanah hitam. Ditambah, bau lagi. 

"Akhirnya.. Gayung ini telah aku selamatkan.."  tukas Rehan yang sudah setengah sadar. 

Tampa tunggu waktu lagi, Rehan langsung mandi membersihkan badannya dan memakai pakaian yang bagus untuk berangkat ke mesjid.

Saat makan malam, Abdul bertanya, "Rehan, aku kagum kepadamu karena telah berhasil memakhlukkan penguasa itu. Apa yang telah terjadi? " mendengar pertanyaan Abdul hampir membuat nasi yang baru masuk itu keluar dari hidung. 

"gak ada. Aku hebat bukan!?"  tukas Rehan sambil menggosok hidungnya. 

"Hm. Iyah kamu hebat."  balas Abdul singkat lalu melanjutkan makannya.  

"Gitu aja!?"  Tanya Rehan. 

"Woy!  tunggu  dulu.. Abdul.. kamu sebenarnya tau kalau Ustadz sedang merawat bunga yang di lapangan itu kan..!?"  tanya Rehan dengan kesal. 

"Iya."  jawab Abdul. 

"Terus!?  Kenapa gak bilang dari AWAL DOONGG."  tukas Rehan. 

"Itu salahmu! Karena pergi terlebih dahulu."  jawab Abdul. 

Rehan kemudian tersenyum malu karena teringat dengan perilakunya. 

"Sebenarnya tadi ustadz mengajakku ke lapangan, tetapi karena ustadz melihat aku sedang melipat kertas origami ustadz tidak jadi mengajakku. Dan kebetulan Rehan datang, untunglah ustadz jadi terbantu kan!?"  ungkap Abdul. 

"hm.. hmm.. boleh juga alasan mu.."  gumam Rehan sambil menjilati jari tangan yang digunakannya untuk makan. 

Ke esokan harinya, "duk,.. duk."  Terdengar suara seorang lelaki, nadanya terkesan tegas dan suaranya familiar. Ternyata, Pak ustadz sedang mengetuk pintu kamar mandi. 

"Jangan lupa bawa gayungnya nanti yah!"  teriaknya dari luar. 

Rehan langsung merinding  membayangkan kejadian semalam. Apa yang terjadi semalam seperti latihan untuk masuk perwira. 

"o-oke.."  jawab Rehan. 

Kemudian, Saat Rehan mengantarkan gayung itu. Di lokasi pertempuran sudah lebih dahulu ditempati oleh Abdul yang tengah mengisi pot bunga dengan tanah. 

"Hahaha.. Kena deh!"  Tukas Rehan di depan Abdul. 

"Cih!  Kalau saja.. aku yang terakhir mandi tadi." Gumam Abdul. 

"Sudah, sudah.. Yang sabar yah.. aku pergi dulu m-a-i-n  bo-la."  Ungkapnya memancing emosi saja. 

"Oke hati-hagi yah.."  tukas Abdul. 

"tentu."  jawab Rehan yang kemudian berbalik dan berlari. 

Niatnya ingin berlari, tetapi ustadz tiba-tiba muncul dari belakangnya. Dan tampa sengaja menabrak ustadz. 

"Mau kemana lagi Rehan.."  Tanya Ustadz dengan nada yang kemungkinan berakhir tragis. 

'ma-mau ke lapangan bola ustadz. hehe.."  Jawab Rehan sambil perlahan mundur. 

"Jangan pergi dulu.. Ini tugas buat kamu."  Pak ustadz memberikan ember yang sudah diberikan pupuk. 

"Silahkan bantu ustadz buat nyiramin tanamannya yah. hehe.. "  Suruh Ustadznya. 

"Eh-iyah Ustadz.."  Ustadz pun melanjutkan mengisi pot yang berisi tanah itu dengan tanaman. 

"Tuh kan.. apa aku bilang. Hihihi.."  Ungkap Abdul sambil cekikikan. 

"TIDAAKKKK."  teriak Rehan secara tiba-tiba. 

"huh!? kenapa Rehan"  tanya Ustadz. 

"Gak jadi pak ustadz."  jawabnya langsung. 

Mereka akhirnya membantu pak ustadz. sambil bermain, mereka juga mendapat pengetahuan tambahan tentang seputar tanaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun