Gadis manis bertubuh semampai itu terlihat tengah tergesa-gesa. Kaki mungilnya berlari dengan sangat cepat.Â
Mau kemana dia?. Begitu pikiran yang terlintas di benak laki-laki dengan bola matanya yang tajam memperhatikan gerak-gerik gadis tetsebut.Â
"Jean... Saya cari kamu kemana-mana ternyata disini."Â
Sahut pemuda sambil menepuk pundaknya. Ya dia adalah Jean. Laki-laki dengan tatapan mata tajam dan wajahnya yang tampan sehingga ia menjadi idaman satu sekolahannya.Â
"Kenapa?" Tanya Jean pada teman nya Bintang.Â
"Bantuin tugas saya dong. Kamu kan otaknya sekelas Einstein. Saya gak paham sama matematika. Apa-apa suruh nyari x. Padahal udah jelas-jelas si x ada disitu.". Gerutu Bintang sambil curhat kepada Jean.Â
Memang Jean selain tampan juga pintar. Sudah berpuluh piala ia raih dari berbagai Olimpiade.Â
"Nanti saya ke kelas kamu. Saya ada urusan sebentar.". Ujar Jean pada Bintang.Â
"Oke baby Jean kuuu maaciii." Balas Bintang dengan tangannya mengusap dagu Jean.Â
"Jijik. Jauh-jauh dari saya sana." Usir Jean dengan ekspresi geli.
Bintang tertawa puas menjahili temannya itu, Â "Haha... Oke oke nanti ke kelas ya. Jangan lupa."
Jean hanya berdehem atas jawaban yang diberikannya.
Bintang berlalu dari hadapan Jean. Setelah Bintang pergi Jean mengikuti ke arah perginya gadis tadi.Â
Fyuhhh... Hela nafasnya sambil menyeka tetesan keringat di dahinya.Â
Tok tok...Â
"Misi Pak, ini tugas bahasa indonesia kelas MIPA-2."
"Terimakasih Dinar. Letakkan saja di atas meja saya."
Ya. Gadis manis itu Dinar. Siswi yang beruntung mendapatkan hati idola sekolah, Jean.Â
"Baik Pak. Kalau begitu saya permisi. " Jawabnya diakhiri dengan senyum manis.
"Silahkan Nak."
Dinar melangkah keluar dari ruangan Pak Syarif. Ia berjalan dengan langkah ringan sembari bersenandung pelan.Â
Tiba-tiba dirinya dikagetkan dengan 3 gadis yang menghadang jalannya. Raut wajah Dinar seketika berubah pucat dengan sorot wajah nampak ketakutan.Â
"Permisi Dela. Aku mau ke kelas.". Dinar hendak berjalan namun tangannya dicekal.
"Hei hei mau kemana sih buru-buru banget. Sini ikut kita! " Ujar Dela yang mencekal tangan Dinar sambil menariknya ke kelas kosong.Â
Dela tersenyum pada dua temannya, Sasa dan Mina. "Guys tolong ambilin sesuatu di tas gua dong."
"Siap Del.".Â
Mina membuka tas kecil milik Dela yang dipegang oleh Sasa. Kemudian dikeluarkannya sebuah gunting.Â
"Gua benci banget liat lo tiap hari deketin pacar gua Jean! Harusnya gua yang jadi pacar Jean bukan lo! Sekarang lo harus terima akibatnya!" Bentak Dela pada Dinar sembari mengarahkan gunting ke arah Dinar.Â
Dinar yang kedua tangannya telah dipegang oleh kedua teman Dela hanya bisa menangis dan memohon pada Dela. Namun Dela tak merasa luluh.
"Hari ini gua bakal potong rambut lu ini Dinar. Haha... Kalau bisa gua potong habis rambut lu ini biar lu jadi botak deh. Hahaha".Â
Dinar menangis dengan berharap ada seseorang yang menolong dirinya. Ia berharap ada sosok malaikat yang dikirim Tuhan untuk dirinya.Â
"DELA!!!". Bentak seseorang dengan nada yang terdengar bahwa ia sangat marah.Â
Mereka berempat menoleh ke arah pemilik suara tersebut. Betapa terkejutnya mereka terutama Dela. Jean menghampiri Dela dan kemudian membuang gunting tersebut dari tangannya.Â
"Lepasin Dinar!! CEPAT LEPASIN DINAR!!! "
Bentak Jean pada Mina dan Sasa yang sedari tadi memegangi tangan Dinar.Â
"Kamu gak apa-apa Nar? Ada yang luka? Sakit?" Tanya Jean dengan nada yang sangat mengkhawatirkan kondisi kekasihnya.Â
Hiks... Hiks... Hiks
Dinar tak mampu menjawab, ia hanya menggelengkan kepala sambil tetap menangis.Â
Saat itu tatapan mata Jean mengarah pada pergelangan tangan Dinar. Seketika raut wajah itu berubah sangat menyeramkan. Kedua pergelangan tangan Dinar merah dan terluka. Luka ini membuktikan adanya perlawanan dari Dinar atas ulah Dela dan temannya.Â
"Udah cukup selama ini gua memperingatkan lo Dela!!! Tapi lo udah nyakitin otang yang paling gua sayang. Kali ini gua gak akan diemin lo lagi. Mulai sekarang lo sama kedua temen lo ini keluar dari sekolah!!!."
"Dan kalau sampai gua lihat lo masih sakitin pacar gua. Gua gak akan tinggal diam! "
Jean membentak Dela dan kedua temannya. Ia sangat marah melihat orang yang disayangnya terluka.
"Dinar ayo kita ke UKS sayang. Luka kamu harus diobatin."
Jean menggendong Dinar menuju ruang UKS.Â
Sesampainya di UKS, Jean mengobati luka di tangan Dinar dengan penuh kasih sayang.Â
"Jean seharusnya kamu jangan seperti itu. Kasihan Dela sama temennya. "
Tutur Dinar yang mengkhawatirkan Dela dan kedua temannya.Â
"Aku udah nggaj peduli sama mereka. Mereka udah nyakitin kamu Nar. Aku gak bisa biarin mereka gitu aja. Aku akan bilang sama Ayah semua perbuatan mereka. Ayah juga pasti setuju untuk mengeluarkan mereka dari sekolah."
"Tapi... "
"Sudah Nar lebih baik kamu istirahat ya. Aku akan jagain kamu disini."
Balas Jean dengan lembut sambil mengusap kepala Dinar.Â
"Terimakasih Jean. Aku sayang kamu."
Balas Dinar memeluk tubuh tegap kekasihnya.Â
"Aku juga sayang kamu Nar. Aku akan selalu jadi pelindung kamu."
Terimakasih Tuhan Kau telah baik mengirimkan pelindung untukku. Aku akan selalu menjaga pemberianmu yang sangat berharga ini.Â
Ucap Dinar penuh syukur dengan tangis kebahagiaan.Â
Jean.... Dinar sangat sayang sama kamu.Â
Jean.... Â Dinar sangat mencintai kamu.
Jean.... Â Tolong jangan tinggalin Dinar ya.Â
Jean.... Dinar benar-benar butuh kamu.Â
Oleh: Berliana Putri Susanti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H