Akhirnya, ia lulus dan diterima di Unpad (1997-2001). Setelah melihat pengumuman kelulusan di koran, Hazmirullah dan ayahnya berbegas mencari informasi tentang orang-orang dari kampung yang tinggal di Bandung. Mereka menemukan teman SMP-nya, yang juga diterima di IKIP Bandung, yang saat ini di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Saat tiba di Bandung, mereka mengalami kebingungan karena tidak tahu arah karena diturunkan di Cimahi. Dengan bantuan telepon kepada temannya, mereka diarahkan untuk naik angkot menuju Leuwi Panjang dan kemudian menggunakan Damri ke Ledeng. Di Unpad, Hazmirullah menjalani kuliah selama tujuh semester dalam waktu tiga setengah tahun. Ia bertekad untuk tidak membebani orang tuanya secara finansial. Dengan biaya hidup yang terbatas, ia berusaha keras untuk belajar dan beradaptasi dengan kehidupan sebagai perantau. Selama semester kedua, ia mendapat tawaran untuk mengajar mengaji di Rancaekek dengan gaji 40 ribu sebulan, yang membantunya mengurangi beban biaya hidup. Dengan seluruh pengalaman dan lelahnya akhirnya ia mencapai keberhasil dengan lulus 7 semester dalam waktu 3,5 tahun.Â
Kecintaannya terhadap sejarah mendorong Hazmirullah untuk melanjutkan pendidikan program magister ilmu sastra, konsentrasi filologi fakultas ilmu budaya di Universitas Padjadjaran dengan peminatan naskah kuno pada tahun 2015. Dalam penelitiannya, ia memilih fokus pada surat-surat Thomas Raffles dari abad ke-18 hingga ke-19, khususnya korespondensinya dengan Sultan Cirebon. Keunikan dari penelitian ini adalah kemampuan Hazmirullah untuk membaca tulisan Arab Melayu. Ia tertarik pada surat-surat Thomas Raffles karena saat Raffles menulis surat dalam bahasa Arab Melayu untuk Sultan Cirebon, sementara Sultan Cirebon membalasnya menggunakan aksara Hanacaraka dalam bahasa Jawa. Meskipun sebelumnya ia tidak menguasai bahasa Jawa, Hazmirullah tidak gentar. Ia belajar secara otodidak selama tiga bulan hingga akhirnya mampu membaca surat balasan Sultan Cirebon kepada Raffles. "Saya menyelesaikan program S2 hanya dalam tiga semester karena begitu terpesona dengan materi yang dipelajari," katanya.Â
Kecanduannya pada ilmu pengetahuan akan sejarah dan sastra membuatnya melanjutkan studi ke program Doktor Ilmu Sastra, konsentrasi filologi fakultas ilmu budaya di Universitas Padjajaran. Selama empat semester menjalani S3, Hazmirullah berhasil lulus dengan predikat cumlaude pada tahun (2017-2019) dengan menerbitkan dua jurnal yang menjadi Scopus. Dalam penelitiannya program doktoralnya, ia meneliti dan menemukan bahwa Raffles juga menerbitkan kitab hukum yang diberlakukan untuk masyarakat Jawa.Â
Kesibukan Hazmirullah meneliti naskah kuno dan menerbitkan beberapa buku yang diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional Indonesia. Tahun ini menandai terbitnya buku keempat yang berbasis objek naskah. Salah satu penelitian menarik yang dilakukannya adalah mengenai naskah dari Bima, NTB, yang membahas soal perbudakan. Ia menjelaskan bahwa dalam konteks Melayu, pengiriman surat dan bingkisan merupakan hal biasa; namun, dari Bima, ada tradisi mengirim budak ke Jakarta (Batavia) untuk membeli perahu atau membayar hutang. "Kampung Manggarai di Jakarta dikenal sebagai kampung budak," ujarnya.Â
Hazmirullah sangat menyukai naskah kuno karena di dalamnya terdapat banyak kejutan yang berkaitan dengan sejarah---bukan hanya sastra atau puisi. "Walaupun menemukannya itu tantangan tersendiri," katanya. Ia merasa beruntung hidup di era digital, di mana akses ke naskah-naskah digital memungkinkan dirinya untuk menjelajahi koleksi dari perpustakaan internasional di Perancis, Inggris, dan Belanda.Â
Namun, tantangan tetap ada, ia harus mencari, membaca, dan menafsirkan naskah-naskah tersebut, yang sering kali memerlukan pembelajaran tambahan. "Highlight-nya adalah bahwa saya tidak memiliki idola atau favorit tertentu karena saya lebih menghargai keberagaman dalam setiap pengalaman dan pengetahuan yang saya dapatkan," tambahnya. Dengan pandangan ini, Hazmirullah terus berkomitmen untuk menggali lebih dalam sejarah dan menyajikannya kepada masyarakat melalui tulisan-tulisan berkualitas.Â
Perjalanan Awal Karir: Dari Kampung Halaman ke Pikiran Rakyat
Sejak kecil, Hazmirullah tidak memiliki cita-cita untuk berkarir di dunia jurnalistik. Sebaliknya, seperti banyak anak-anak lainnya, ia bercita-cita menjadi polisi, tentara, atau dokter. Bahkan hingga masa SMA, cita-citanya masih berfokus pada karir militer bahkan ia pernah mencoba masuk ke SMA Taruna Nusantara tetapi tidak lulus. Ia memiliki ketertarikan akan sastra dan menulis mulai dari SMA hingga Ia melanjutkan ke jenjang studi ke program Doktor Ilmu Sastra.Â
Pada tahun 2019, setelah Ia berhasil lulus sebagai sarjana dari Universitas Padjajaran, ia memutuskan kembali ke kampung halamannya selama tiga bulan, tetapi ia tidak mendapatkan hal yang membuat dia harus tetap bertahan di tempat tersebut. Dengan itu, ia memutuskan kembali merantau ke Bandung. Awalnya ia bekerja dengan temannya yang membuka warnet, ia sempat bekerja disitu untuk menerjemahkan.Â
Pada Februari 2002, ia melihat lowongan penerimaan wartawan di Pikiran Rakyat (PR) dan mendaftar. Setelah menjalani beberapa tahap tes, ia dinyatakan diterima sebagai karyawan pada bulan September 2002. Pada awalnya, ia tidak memiliki pengalaman menulis yang mendalam, sehingga ia belajar dengan menduplikasi cara orang lain menulis. Proses ini membantunya memahami penulisan yang baik dan bagaimana menyajikan berita dengan cara yang menarik dan informatif. Dua tokoh yang sangat mempengaruhi cara menulis Hazmirullah adalah MH penulis dari Mesir dan Goenawan Mohamad. Karya-karya mereka memberikan pengaruh dalam pengembangan gaya penulisan dan pendekatan jurnalistiknya.Â
Saat menjadi karyawan di Pikiran Rakyat, Hazmirullah memiliki prinsip kode etik dalam jurnalisme yang selalu dia pegang hingga saat ini. Selain itu, Ia percaya bahwa karya tulis yang disukai banyak orang adalah sumber kebanggaan tersendiri untuknya, Ia merasa senang ketika tulisannya dibaca dan dipahami oleh banyak orang. Dalam menyajikan berita, ia berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, menghindari istilah teknis atau bahasa Inggris yang dapat membingungkan pembaca. Ia juga berkomitmen untuk menggunakan bahasa daerah jika diperlukan, agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.Â