Mohon tunggu...
Ajeng Melanea Dea Pitaloka
Ajeng Melanea Dea Pitaloka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inovasi Pengembangan UMKM Keripik Tempe di Kelurahan Jember Lor dan Pemasarannya secara Digital

2 September 2021   12:31 Diperbarui: 2 September 2021   13:49 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambaran Singkat Potensi Desa

Kelurahan Jember Lor merupakan salah satu dari beberapa kelurahan di Kecamatan Patrang dengan luas 247.176 ha, yang terdiri dari 101.530 ha lahan sawah, 88.5 ha lahan tegalan, 14,5 ha lahan pekarangan, dan 42.646 ha lain-lain. Kelurahan Jember Lor terdiri dari 6 dusun atau lingkungan, antara lain lingkungan Krajan, Kreyongan Atas, Kreyongan Bawah, Pagah, Tegalrejo, dan Wetan Kantor, yang di dalamnya terdapat 24 RW dan 88 RT. Fasilitas-fasilitas yang tersedia di Kelurahan Jember Lor meliputi 17  sekolah, 9 bank, 1 koperasi, 1 KUD, dan 2 pasar. Secara geografis, Kelurahan Jember Lor berbatasan dengan desa-desa atau kecamatan lain, seperti:

  • Sebelah utara berbatasan dengan             : Kelurahan Patrang
  • Sebelah Selatan berbatasan dengan         : Jember Kidul
  • Sebelah Timur berbatasan dengan           : Sumber sari
  • Sebelah Barat berbatasan dengan            : Gebang

Berdasarkan data BPS tahun 2010, jumlah penduduk Kelurahan Jember Lor sebanyak 19.017 jiwa, yang terdiri dari 9.644 laki-laki dan 9.373 perempuan. Penduduk di Kelurahan Jember Lor sebagian besar sudah memilik pekerjaan atau mata pencaharian untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebagian besar penduduk Kelurahan Jember Lor bermata pencaharian sebagai petani dan PNS, akan tetapi juga tidak sedikit penduduknya yang bermata pencaharian sebagai pedagang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 

Umumnya, penduduk yang bekerja sebagai pedagang dilakukan oleh penduduk perempuan yang juga berperan sebagai ibu rumah tangga. Penduduk yang bekerja sebagai pedagang diantaranya merupakan (a) penjual aneka keripik, (b) penjual kue-kue tradisional, dan (c) pedagang toko kelontong. Khusus untuk penjual aneka keripik, salah satunya dikembangkan oleh seorang warga RT 03, RW 03, Lingkungan Kreyongan Atas yang berjualan keripik tempe. Penjualan produk keripik tempe tersebut biasanya dilakukan dengan menitipkan produk di pasar tradisional (Pasar Kreyongan) dan menjual produk dari hasil pesanan pelanggan. Penjualan keripik tempe masih dilakukan secara konvensional atau belum mengenal sistem pemasaran modern (digital marketing).

Gambar 1. Salah satu potensi pertanian di Desa Jember Lor|Dokpri
Gambar 1. Salah satu potensi pertanian di Desa Jember Lor|Dokpri

    

Gambar 3. Salah satu potensi pengusaha UMKM di bidang kuliner di Desa Jember Lor|Dokpri
Gambar 3. Salah satu potensi pengusaha UMKM di bidang kuliner di Desa Jember Lor|Dokpri
Identifikasi Permasalahan

Adanya pandemic Covid 19 yang telah berlangsung hampir 2 tahun ini, berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena adanya pembatasan dalam melakukan beberapa aktivitas atau pekerjaan. Salah satu aktivitas yang terdampak yaitu UMKM di bidang kuliner yang dijalankan secara individu oleh seorang warga RT 03, RW 03, Kel. Jember Lor, Kec. Patrang, Jember. 

UMKM tersebut berjualan makanan berupa “Keripik Tempe” yang pendapatannya menurun drastis akibat pandemic covid 19. Sebelum adanya pandemic Covid 19 ini, produksi keripik tempe dapat dilakukan setiap hari dan selalu terjual habis. Akan tetapi, adanya pandemic Covid 19 ini, produksi keripik tempe semakin menurun karena sepi pembeli. Terlebih lagi, pemasaran produk yang masih bersifat konvensional menyebabkan pendapatan pemilik usaha keripik tempe tersebut menurun drastis. Selain itu, permasalahan lainnya yaitu seorang UMKM di Kelurahan Jember Lor ini kalah saing dengan beberapa penjual keripik tempe di daerah lainnya di wilayah Jember yang produknya sudah mengalami perkembangan, seperti perkembangan dalam hal inovasi rasa dan desain packaging. 

Sedangkan produk keripik tempe yang dijual oleh seorang pelaku usaha di Kelurahan Jember Lor ini hanya mempertahankan rasa yang original dan pembungkus keripik tempe hanya terbuat dari plastic biasa. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh seorang UMKM di Kelurahan Jember Lor tersebut, maka saya, Ajeng Melanea Dea Pitaloka, Mahasiswi Universitas Jember yang saat ini sedang melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata  (KKN) Back to Village di Kelurahan Jember Lor ini, tertarik untuk membantu seorang UMKM di Lingkungan Kreyongan Atas, Kelurahan Jember Lor agar mendapatkan solusi dari permasalahan penurunan pendapatan dari hasil penjualan keripik tempe tersebut. 

Oleh karena itu, dalam rangka kegiatan KKN Back to Village di desa ini, ditetapkan program untuk mengajak seorang pelaku usaha keripik tempe di wilayah RT 03, RW 03, Lingk. Kreyongan Atas, Kel. Jember Lor, untuk  melakukan pengembangan inovasi produk, baik dalam bentuk inovasi rasa dan pembaruan desain packaging pada produk makanan keripik tempe serta mengenalkan sistem digital marketing yaitu merambah pemasaran produk secara online, sehingga jangkauan penjualan produk lebih luas. 

Selain itu, program kerja selanjutnya yaitu mencoba mengajak beberapa remaja yang tergabung dalam organisasi Karang Taruna di wilayah RT 03, RW 03, Lingk. Kreyongan Atas, Kel. Jember Lor, untuk bekerja sama dengan pemilik usaha dalam mengembangkan produk keripik tempe menjadi produk khas dari wilayah tersebut, sehingga secara tidak langsung dapat mengembangkan potensi desa sebagai salah satu sentra penghasil keripik tempe yang berkualitas.

Gambar 4. Keripik Tempe Sebelum Diinovasi|Dokpri
Gambar 4. Keripik Tempe Sebelum Diinovasi|Dokpri
Program Kerja (Proker) KKN Back to Village 

Program kerja KKN Back to Village di Kelurahan Jember Lor dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2021 sampai 9 September 2021. Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, maka pelaksanaan program kerja KKN kepada seorang UMKM di Kelurahan Jember Lor dilakukan dengan melakukan pembimbingan dan pelatihan tentang cara pengembangan inovasi produk dan penerapan digital marketing yang dapat menguntungkan selama pandemic Covid 19 ini. 

Pembimbingan dan pelatihan dilakukan selama 1 bulan. Pada minggu pertama, hal yang perlu dilakukan pertama kali yaitu melakukan observasi dan diskusi dengan pelaku usaha keripik tempe, seperti permasalahan apa saja yang sedang dihadapi pelaku usaha terutama pada pandemic Covid 19 saat ini, apa yang paling dibutuhkan oleh pelaku usaha saat ini, dan mencoba mencari solusi bersama-sama atas permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha. 

Pada minggu kedua, mencoba melakukan pembimbingan kepada pemilik usaha dengan memberikan materi yang berkaitan tentang inovasi produk, antara lain mengenalkan beberapa bentuk inovasi produk keripik tempe, seperti macam-macam aneka rasa yang ditambahkan dalam produk keripik tempe, pemberian logo sebagai identitas usaha yang sedang dijalankan, serta memberikan contoh-contoh kemasan yang saat ini sedang tren, baik secara langsung maupun tidak langsung (dapat ditunjukkan contoh yang beredar luas di platform media sosial) sebagai referensi kepada pemilik usaha keripik tempe. 

Selain itu, pemilik usaha juga diberi pelatihan tentang pembuatan dan penerapan akun media sosial sebagai sarana pemasaran digital. Akun media sosial sebagai sarana pemasaran digital biasanya sering disebut dengan market place. Contoh media sosial yang bisa digunakan sebagai sarana pemasaran digital yaitu Instagram, Whatsapp, dan Shopee. Adanya pembimbingan dan pelatihan tersebut dapat memberikan ide baru bagi pemilik usaha untuk berinovasi dalam mengembangkan produk serta mengajak kepada pemilik usaha untuk menerapkan pemasaran produk secara online. Pada minggu kedua ini juga sekaligus memberikan pelatihan kepada pelaku usaha tentang cara membuat logo sebagai identitas usaha serta untuk menarik minat pembeli.

Setelah dilakukan pembimbingan dan pelatihan kepada pelaku usaha, pada minggu ketiga, program kerja yang dilaksanakan yaitu menjalankan proses pembuatan produk keripik tempe yang sudah diberi inovasi. Setelah produk jadi, sebelum dipasarkan akan dilakukan proses testimoni terlebih dahulu kepada beberapa orang sekitar dan diminta untuk memberi pendapat tentang inovasi pada keripik tempe tersebut. 

Pada minggu keempat, program kerja yang akan dilakukan yaitu memasarkan produk keripik tempe yang sudah diberi inovasi baik secara konvensional maupun secara digital serta berusaha untuk mencoba mengajak beberapa anggota Kelompok Taruna setempat untuk bergabung dengan pemilik usaha, bersama-sama menjalankan usaha keripik tempe yang sudah melalui proses pembaruan. Tujuannya yaitu agar produk keripik tempe dapat menjadi ciri khas baru yang dihasilkan dari desa Jember Lor yang nantinya dapat menjadi potensi desa  baru yang bisa terus berkembang.

Salah satu penerapan hasil dari pembimbingan dan pelatihan pada program kerja KKN ini yaitu dengan mencoba membuat keripik tempe yang sudah diinovasi dan dijual di beberapa market place, seperti Shopee, Instagram, dan Whatsapp. Selain itu, untuk pemasaran offline, pemasaran produk dapat dilakukan dengan melakukan penjualan dari rumah ke rumah (door to door) dan sistem COD. 

                                               Business Model Canvas Pelaksanaan Proker KKN BTV III di Kelurahan Jember Lor

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun