“ Eh...satu lagi..., Yang ini kau akan paham, kelak ketika kau sudah dewasa !!” kata ayahku lebih lanjut.
“ Di surga itu, laki-laki seperti ayah ini, disiapin 40 bidadari cantik, yang jauh lebih cantik dari luna maya, Wulan Guritno, apalgi tante Monalisa. Kalau menghadapi ibumu saja, saya mesti menyeiapkan satu viagra (obat kuat buat lelaki), trus... berapa viagra kira-kira yang harus kubawa ke surga..????”
Betul ayah bilang, untuk persolan yang terakhir, aku tak paham sama sekali.Jadila aku yang tambah bingung.....
Setelah mendengar pemaparan ayah tentang surga hasil diskusinya dengan tante Monalisa, akhirnya kuputuskan untuk bertanya pada guru agama di sekolahku, yang menurut kebanyakan orang, sang guru agama tersebut adalah ahli tarekat.
“Nak...! perlu kamu ketahui, Tuhan itu Maha segalanya, surga itu hanya sebagaian dari tanda kebesaran-Nya, urasan kamu, tante Monalisamu, ayahmu atau siapapun di dunia ini memahami surga dengan segala macam penafsiran, itu sama sekali tak akan mengurangi kebesaran Tuhan....!”.
Begitulah guru agamaku menjelaskan panjang lebar tentang hakekat surga, jadilah aku semakin tambah bingung, tapi maklumlah aku kan baru anak kelas III Sekolah Menengah Pertama. Tapi sekarang aku harus menentukan pilihan tanpa bertendensi pada surga yang menurutku masih absurd. Aku harus segera memilih, ikut ayah atau ibu..?
“Waktu kalian habis, selesai atau tidak..? semua kertas harus dikumpulkan....!!”
Kata ibu guru bahasa indonesia itu, sambil berdiri di belakang meja guru.
Dalam kebingungan yang memuncak, dengan penuh khidmat aku akhirnya menetukan pilihan, akuy harus memilih ayah...., walau tanpa tahu alasannya kenapa.
Lalu kutulis sebuah kalimat di atas kertas folio bergaris itu.
“Ibu....! Maafkan aku...!!”
Lalu dengan agak bergetar kertas itupun kukumpulkan, kertasku menjadi kertas terakhir yang guru bahasa indonesia itu terima, sambil menatapku tajam bu guru itu menerima kertasku, akupun tertunduk, terdiam membisu, seakan menunggu ungkapan marah dari guru itu. Sejurus kemudian, sambil bergumam.
“ Harusnya ibu yang meminta maaf padamu nak, karena selama ini, ibu telah memperlakukan kamu tidak sebagaimana mestinya.”
Akupun tambah bingung, binguuuuuu.....ng!!!!!