Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Public Policy Analyst

Penikmat seni dan olah raga yang belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, NZ

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ten Hag Stay? Ini Analisisnya

26 Mei 2024   23:39 Diperbarui: 27 Mei 2024   08:01 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Erik ten Hag dan trofi Piala FA (Sumber: AP Photo/Ian Walton)

- Pertama kali mengalami 8 kekalahan dan 15 pertandingan pertama di liga sejak musim 1962-63.

- Pertama kali juga mengalami 5 kekalahan dalam 10 pertandingan pertama di Old Trafford sejak 1930-31 dan beberapa rekor buruk lainnya.

Pertandingan final Piala FA sendiri tidak bisa dibilang menarik. Memang United memenangkan pertandingan tetapi dengan statistik yang buruk. Penguasaan bola hanya 26%, tendangan penjuru 1 kali, dan umpan silang cuma 2 kali. Bandingkan dengan City yang menguasai bola 74%, tendangan penjuru 7 kali, dan umpan silang sebanyak 22 kali.

Baiklah, ada lelucon yang mengatakan "biar mereka menguasai bola yang penting trofi saya bawa pulang" tetapi rasanya ini bukan Manchester United. Alasan ini pulalah yang mendepak Jose Mourinho setelah berhasil membawa Piala Liga Europa dan Louis van Gaal setelah meraih Piala FA.

Kondisi berbeda

Saya setuju dengan beberapa pengamat yang mengatakan bahwa pecat-memecat manajer bukanlah solusi untuk keterpurukan United. Semua orang tahu bahwa biang keterpurukan sesungguhnya adalah pemilik dan jajaran pengurusnya yang melihat klub hanya dari sisi bisnis dan bahkan melalaikan perbaikan pusat latihan dan stadion.

Tetapi kondisi ten Hag juga tidak bisa disamakan dengan manajer-manajer sebelumnya. Dibanding lima manajer United sebelumnya, ten Hag telah diberi keluasaan untuk menentukan skuad. Manajemen mengikuti kemauannya mendatangkan mantan-mantan anak asuhnya. Manajemen juga menurut untuk mendepak Ronaldo dan Sancho plus Grenwood.

Ten Hag tak bisa pula disamakan dengan Arteta dan Klopp yang diberi waktu cukup lama membangun tim. Arteta dan Klopp punya karakter yang kuat dalam hal manajerial dan gaya bermain. Meski tidak cepat merengkuh trofi, ada pola perkembangan yang jelas terlihat setiap tahunnya. Dan yang tak kalah penting, tidak membuat rekor-rekor buruk baru bagi klub.

Pengamat yang membandingkan ten Hag dengan Sir Alex dan Arsena Wenger juga sama anehnya. Zaman berbeda, kondisi dan status klub juga berbeda. Ferguson dan Wenger membangun tim dari bawah dan membentuk karakternya.

Manchester United adalah tim menyerang yang atraktif. Kemenangan, agresif, dan comeback adalah ciri khasnya. Ten Hag paham itu namun belum bisa mewujudkannya. Masih lebih menarik menyaksikan pertandingan-pertandingan United di bawah Solskjaer.

Dengan pemain ala kadarnya, kombinasi pemain muda tak berpengalaman dan pemain pra pensiun, United masih bisa dikatrol hingga runner up dengan gol besar dan julukan Raja Comeback. Saya jadi membayangkan jika saja Solskjaer bebas memilih pemain-pemain yang berkualitas dan dibolehkan mendepak pemain-pemain yang tidak dibutuhkannya.

Dilematis

Kembali ke ten Hag, terus terang saya merasakan dilema yang mungkin dirasakan petinggi-petinggi United saat ini artikel ini dipublikasi (26 Mei 2024). Erik ten Hag telah membawakan dua trofi dan mencatatkan tiga final dalam dua tahun ini. Jika ukurannya adalah trofi, maka ten Hag patut dipertahankan. Persis seperti yang diucapkan ten Hag sendiri saat interview seusai kemenangan di Wembley.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun