Sebanyak 81% produksi listrik NZ telah menggunakan energi terbarukan[2]. Itulah mengapa NZ mengklaim intensitas emisi gas rumah kaca mereka relatif rendah. Situs Worldometer menunjuk angka 33,2 juta ton untuk CO2 yang dihasilkan NZ selama tahun 2016[3]. Angka ini masih dibawah negara-negara berpenduduk setara (4-5 juta jiwa) yang "peduli emisi" seperti Denmark, Irlandia, Norwegia, dan Singapura. Perbandingan kontrasnya, Kuwait dan Qatar yang berpenduduk 3,9 juta dan 2,6 juta saja menghasilkan sekitar 100 juta ton CO2 per tahun.
Pemerintah menyediakan listrik untuk kemakmuran rakyatnya. Memberikan hak distribusi kepada swasta juga untuk kesejahteraan rakyat.
Pemerintah NZ menargetkan angka 90% pada tahun 2025[4]. Kebijakan-kebijakan pun diambil, seperti memudahkan investasi di sektor energi terbarukan, memperketat pembatasan emisi perusahaan dan menukarnya dengan investasi di bidang kelistrikan, memperbaiki manajemen kelistrikan, serta mengeksplorasi dan memelihara sumber-sumber energi terbarukan.
Air telah menyokong listrik NZ selama 100 tahun terakhir[5]. Pembangkit listrik tenaga air telah menghasilkan 56% dari seluruh listrik New Zealand. Tenaga panas bumi menyuplai 15%, tenaga angin 5%, dan bioenergi 1%.Â
Pembangkit listrik tenaga panas bumi New Zealand dikembangkan pada tahun 1958 dan itu adalah pembangkit listrik tenaga panas bumi kedua di dunia[6]. Pembangkit listrik tenaga angin kemudian menyusul dibuka pada tahun 1997. Air, panas bumi, dan angin memang sumber daya alam yang banyak terdapat di New Zealand. Kedengarannya tidak asing dengan Indonesia, ya? Ya, kondisi geografinya memang mirip. Terdapat banyak air dan panas bumi karena juga merupakan daerah cincin api.Â
Selain untuk kebutuhan energi listrik, keberadaan turbin-turbin di ladang angin (wind farm) juga menjadi daya tarik wisata. Keberadaannya di atas bukit-bukit New Zealand menarik untuk dilihat dan diabadikan dengan kamera. Kombinasi turbin-turbin dengan peternakan menjadi potret ikonik di NZ.
Ketersediaan bahan bakar fosil di perut bumi terbatas, pun jika disedot terus-menerus akan merusak keseimbangan bumi. Ada sumber energi yang terus bisa terbarukan dan ramah lingkungan. Itulah yang dimaksimalkan penggunaannya.
Referensi:
[1] Shen, D., & Yang, Q. (2012). Electricity market regulatory reform and competition -- case study of the New Zealand electricity market. in Wu, Y., X. Shi, and F. Kimura (eds.), Energy Market Integration in East Asia: Theories, Electricity Sector and Subsidies, ERIA Research Project Report 2011-17, Jakarta: ERIA, pp.103-139.
[2] Distribution of electricity generation in New Zealand in 2020, by source. (2022, 7 Maret). In Statista. https://www.statista.com/