Cuma bertahan dua musim, Veron kemudian dijual ke Chelsea separuh harga. Penampilannya di United angin-anginan dan terkesan sulit menemukan peran ideal di antara Giggs, Keane, Scholes, dan Beckham. Kariernya pun terus menurun setelah kepindahannya ke United itu.
Gabriel Heinze (Argentina) yang datang di tahun 2004 memang pilihan utama Sir Alex saat itu namun dianggap kurang ideal memainkan karakter bek sayap United hingga Evra pun digaet pada 2006. Terbukti, Evra-lah yang menjadi bek kiri legendaris United meneruskan Dennis Irwin.
Diego Forlan (Uruguay) dianggap rising star ketika dipinang United. Gol-gol sepakan kerasnya di Independiente memikat banyak klub. Usianya yang masih 23 juga sangat menjanjikan kala itu tetapi fakta berkata lain.
Forlan kesulitan beradaptasi dengan iklim sepak bola Inggris dan karakter United. Ia pun cuma bertahan dua musim dan dijual dengan harga hampir seperempatnya. Bertahun-tahun kemudian di Villareal Forlan menemukan kualitas yang sebenarnya hingga pernah menjadi top scorer.
Status rising star juga dibawa Kleberson (Brasil) saat dikontrak bersamaan dengan Cristiano Ronaldo di tahun 2003. Kleberson menjadi pemain Brasil pertama yang dikontrak United. Sempat menjadi pilihan utama tim nasional Brasil, penampilan Kleberson jauh dari harapan publik dan dilepas pada musim kedua.
Karier yang lebih baik dialami Anderson (Brasil) dan Antonio Valencia (Ekuador), dua pemain latin yang bertahan lama di United. Valencia sendiri boleh disebut sebagai pemain latin yang sukses di United dan bahkan sempat menyandang ban kapten di era Mourinho.
Anderson juga pemain timnas Brasil dan turut memenangkan Liga Champions 2008. Tetapi sama seperti Fabio dan Rafael, karier Anderson di United berakhir sepeninggal Sir Alex. Mencoba peruntungan di Liga Brasil dan Turki, karier Anderson terus merosot hingga pensiun di tahun 2019 lalu.
Carlos Tevez adalah pemain argentina ketiga di Old Trafford (2007). Hampir menjadi legenda karena gelontoran gol-golnya. Namun sikap bengalnya dan kepindahannya ke rival abadi, Manchester City (2009), melunturkan semuanya. Terbukti di City pun ia kerap bermasalah dengan manajer.
Lain lagi ceritanya Radamel Falcao (Kolombia). Falcao ada di deretan penyerang berbahaya di liga eropa tahun 2010-2014. Karirnya menanjak di Porto dan menemui puncak di Atletico Madrid hingga direkrut Monaco dengan memecahkan rekor penjualan Atletico.
Sederet rekor pribadi dicatat Falcao di pentas eropa seperti top scorer, hattrick, hingga dua trofi Eropa berturut-turut. Cedera yang didapatnya di Monaco mungkin memengaruhi penampilannya hingga tampil jauh di bawah standar dirinya saat bermain untuk United (2014).