Suku Maori, penduduk asli Selandia Baru, dan ras pasifik lainnya sering dikaitkan dengan penduduk Indonesia di bagian timur. Ya, rumpun rasnya memang sama-sama Melanesia-Polinesia. Tetapi tidak banyak yang sadar bahwa ternyata jauh di Pulau Sumatera di tengah-tengah rumpun Melayu Mongoloid, ada suku Batak yang memiliki "hubungan dekat" dengan suku Maori meski terpisah jarak lebih dari 8000 kilometer.
Saya terkesima saat pertama kali mengetahui bahasa Maori untuk penyebutan bilangan (angka). Sungguh mirip dengan bahasa Batak. Walaupun perawakan Maori berbeda dengan orang Batak dan cara berpakaian (tradisionil) yang lebih mirip ke suku Indian, tetapi aspek budaya dan bahasa menyimpan jejak peradaban yang sama.Â
Warna khas hitam-putih-merah, ukiran, cara berbicara keras, struktur wajah hingga perbendaharaan kata menjadi bukti yang tak terbantahkan. Sejarah memang menunjukkan bahwa nenek-moyang Batak dan Maori berasal dari kumpulan populasi yang sama.
Penyebaran
Ada tiga pembagian wilayah Oceania yang sering disebut Pasifik, yakni Mikronesia, Melanesia, dan Polinesia. Ahli sejarah menyatakan bahwa orang Maori berasal dari Polinesia. Polinesia adalah sebutan untuk gugusan ribuan pulau yang tersebar di Samudera Pasifik tengah dan selatan. Sama seperti Mikronesia dan Melanesia, orang Polinesia adalah bagian dari orang Austronesia yang bermigrasi ke pulau-pulau pasifik sekitar 3000 tahun yang lampau.
Suku bangsa Austronesia sendiri merupakan asal mula berbagai suku bangsa yang terdapat di Asia, Oceania, dan Afrika. Para ahli, berdasarkan bukti-bukti arkeologi, menyatakan bahwa bangsa Austronesia pada mulanya hidup di sekitar Taiwan dan pesisir tenggara Tiongkok kemudian menyebar hingga ke Hawaii di utara dan Selandia Baru di selatan.Â
Hasil analisa DNA tulang-belulang orang Lapita kuno--kelompok pertama yang mendiami Polinesia--menunjukkan bahwa genetika mereka sangat mirip dengan orang pribumi Taiwan dan Filipina.Â
Seiring migrasi itu pulalah bahasa Austronesia tersebar dan berkembang membentuk bahasa-bahasa baru yang dikenal sekarang ini di Asia tenggara, pasifik dan Madagaskar.
Bahasa
Orang Austronesia yang bermigrasi ke pulau-pulau di Indonesia, sedikit Afrika, dan Pasifik, membawa bahasa Austronesia yang kemudian mengalami perubahan. Perubahan bahasa bisa terjadi akibat isolasi maupun percampuran budaya yang berproses dalam waktu lama. Sehingga terbentuk bahasa yang sangat berbeda di antara suku-suku tersebut.
Menjadi hal yang menarik bahwa bahasa Maori yang bermukim ribuan kilometer jauhnya ternyata memiliki benang merah dengan bahasa Batak. Benang merah tersebut terlihat jelas dalam penyebutan bilangan. yang juga terdapat pada bahasa suku di Pasifik lainnya. Beberapa suku lain di Indonesia juga menggunakan kata yang mirip namun artikel ini akan fokus pada suku Batak dan Maori.
Indonesia Juga Pasifik
Dunia sudah mengenal nenek moyang orang Pasifik sebagai para pelaut ulung. Berbagai legenda hingga catatan sejarah menceritakan ketangguhan orang-orang Pasifik dalam mengarungi lautan. Sangat masuk akal, mengingat orang-orang Austronesia bermigrasi dari Asia ke Pasifik. Ketangguhan mereka tetap dikagumi jika pun teori bahwa dahulu daratan-daratan besar masih menyatu adalah benar.
Betapa tidak, dengan kapal kayu sederhana, bermodalkan angin dan bintang, nenek moyang orang Pasifik menjelajahi samudera dan menemukan daratan-daratan baru sejauh ribuan mil dari tempat asal mereka. Sehingga, bukan suatu kebetulan pula jika Indonesia mempunyai lagu "Nenek moyangku seorang pelaut".
Lagu gubahan Ibu Sud itu patut diduga muncul dari cerita legenda bahwa nenek moyang kita juga adalah para pelaut ulung. Nenek moyang yang masih memiliki kaitan erat dengan nenek moyang orang-orang Pasifik.
Meski ilmu sejarah menunjukkan pemisahan peta penyebaran orang Melanesia dan Polinesia seperti terlihat pada gambar diatas, tetapi Profesor Spriggs (peneliti asal usul orang Polinesia) memilih untuk menyebut kedua kelompok tersebut sebagai orang Pasifika. Menurut Spriggs, kategori Melanesia dan Polinesia tidak masuk akal secara biologis ataupun budaya ("DNA," 2016).
Menyadari kedekatan historis dan kerumpunan ras ini, pemerintah Indonesia kemudian melakukan kebijakan luar negeri untuk menegaskan posisi Indonesia dalam komunitas Pasifik.Â
Melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia di Wellington, Indonesia menggagas Pacific Exposition yang digelar pertama kalinya di Auckland pada bulan Juli 2019. Kegiatan yang diisi eksebisi dan forum ini dimaksudkan menjadi simbol menyatunya Indonesia dengan negara-negara pasifik yang lain.
Seni Ukir
Ketakjuban saya kemudian berlanjut setelah melihat budaya Maori dalam seni ukir yang dimanifestasi pada menhir maupun arsitektur rumah tradisional. Pola dan gayanya ternyata juga mirip dengan budaya Batak di Indonesia.Â
Termasuk triwarnanya yang khas yakni merah, putih, dan hitam. Rumah adat Maori dan Batak sama-sama membentuk segitiga yang mencolok berikut kemipiran ukiran di pilar-pilarnya meski berbeda skala dan warna. Tak ketinggalan bendera yang mirip dengan warna kebesaran yang sama.
Namun dibanding suku-suku lain di Indonesia, termasuk suku-suku di bagian timur Indonesia sendiri, Batak memiliki lebih banyak kemiripan dengan suku Maori.Â
Keterbatasan informasi dan riset hanya mengantarkan saya sampai pada artikel singkat ini dalam melihat kedekatan suku Batak di Indonesia dengan suku Maori di Selandia Baru. Koreksi maupun tambahan informasi tentu akan sangat bermanfaat bagi kita semua. (*)
(Penulis pernah tinggal di Wellington, Selandia Baru selama belajar di Victoria University of Wellington 2019-2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H