Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Public Policy Analyst

Penikmat seni dan olah raga yang belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, NZ dan melayani publik di Kota Medan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Covid-19 Lengkapi Derita Satwa Liar di Kebun Binatang

27 April 2020   15:26 Diperbarui: 28 April 2020   12:57 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 bukan hanya menyengsarakan manusia tetapi juga hewan-hewan di kebun binatang. Pertama, hewan-hewan yang memiliki tingkat sosial dan intelijensia tinggi seperti orangutan dan simpanse kehilangan rutinitas dan perhatian manusia selama kebun binatang ditutup. Ketidakhadiran manusia ternyata membawa dampak negatif kepada beberapa jenis hewan. 

Sepasang simpanse kembar di Taman Krasnoyarsk Royev Ruchey, Rusia, menunjukkan tanda-tanda depresi tak lama setelah lockdown diberlakukan. Ahli mengatakan bahwa simpanse butuh banyak teman sebanyak makanannya. Akhirnya petugas kebun binatang memutar film kartun di layar besar di luar kandang untuk mengalihkan perhatian simpanse-simpanse itu. 

Di Kebun Binatang Patna, India, petugas bersorak dan bertepuk tangan untuk menghibur simpanse-simpanse mereka. Sementara pekerja di Kebun Binatang Marwell, Inggris secara sukarela tinggal di areal kebun binatang tersebut agar bisa memberikan perhatian intensif ke hewan-hewan.

Beberapa hewan langka dilaporkan tetap muncul setiap hari untuk menanti kunjungan manusia meski tidak seorang pun yang datang. Ketidakhadiran manusia dalam jumlah besar juga dikhawatirkan menimbulkan perhatian hewan-hewan buas terhadap hewan lain seperti bau yang selama ini teralihkan dengan kehadiran pengunjung.

Kedua, hewan-hewan tersebut terancam kelaparan. Semua tahu kalau biaya makan hewan-hewan tersebut sangatlah besar. Bukan hanya hewan karnivora, hewan herbivora pun membutuhkan biaya makan yang tak kalah besarnya. Seekor gorilla di Taman Satwa Orana, Christchurch, New Zealand menghabiskan 800 dolar NZ atau sekitar 7,5 juta rupiah setiap minggunya untuk penyediaan sayuran.

Krisis pakan

Pemasukan dari pengunjung praktis hilang sejak ditutupnya kebun binatang akibat pandemi Covid-19. Padahal 95% pendapatan taman margasatwa seperti Orana berasal dari penungjung dalam bentuk tiket dan transaksi lainnya. 

Hampir tidak ada kebun binatang yang disokong anggaran pemerintah. Pada umumnya dikelola dengan prinsip perusahaan swasta meskipun tergolong usaha non profit.

Pengelola-pengelola kebun binatang di seluruh dunia kini mengharapkan donasi demi kelanjutan hidup satwanya. Kebun Binatang Medan mengaku kelimpungan mencari dana 100 juta rupiah per bulan untuk biaya pakan satwa. 

Sejak ditutup pada Maret 2020, manajemen sudah meminjam dan meminta sana-sini untuk menghidupi 270 satwanya. Sementara kebutuhan pakan kebun binatang yang koleksinya melebihi 1000 ekor seperti Kebun Binatang Surabaya dan Gembira Loka Yogyakarta akan berada di kisaran setengah miliar rupiah sebagaimana yang pernah dilansir media Tirto.

Kemana mencari dana sebesar itu secara konsisten selama beberapa bulan? Melepasliarkan tentu bukan solusi yang bisa dilakukan karena selain kendala lokasi dan biaya, kemampuan hewan untuk bertahan di alam liar pun sudah sangat rendah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun