Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Public Policy Analyst

Penikmat seni dan olah raga yang belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, NZ

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Covid-19 Lengkapi Derita Satwa Liar di Kebun Binatang

27 April 2020   15:26 Diperbarui: 28 April 2020   12:57 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satunya karena kebun binatang memperkenalkan satwa liar kepada anak-anak sebagai benda kepemilikan dan bukan mahluk hidup yang mempunyai hak atas dirinya sendiri untuk hidup bebas, mencari makan dan berkembang biak secara alami.

Pada kebun binatang yang surplus, anak hewan dipisahkan dari keluarganya untuk dikirim ke kebun binatang lain di belahan dunia lain. Sementara kebun binatang yang tak mampu, membiarkan koleksinya mati perlahan-lahan dalam kekurangan gizi dan ruang gerak. 

Gajah-gajah yang biasa menjelajah dan hidup dalam kelompok keluarga besar menghabiskan hidup kesepian dengan bebat rantai pendek di kakinya dan pukulan besi runcing di bahunya setiap kali membawa pengunjung yang tertawa girang di kebun binatang.

Kelompok peduli lingkungan Yayasan Scorpion Indonesia pernah mengklaim bahwa 90 persen dari tiga puluhan kebun binatang yang ada di Indonesia tidak memberikan habitat yang layak buat hewan. 

Hewan malnutrisi di kandang atau aquarium yang sempit dan kotor sudah sering dipamerkan melalui foto-foto pengunjung. Hewan-hewan yang mati secara menyedihkan di dalam kendang sesaat heboh di pemberitaan. Namun belum cukup untuk menghadirkan perubahan yang signifikan. Penyebabnya memang kompleks, mulai dari pemahaman, biaya hingga pengawasan.

Krisis Covid-19 ini kembali menunjukkan dengan jelas bahwa kebun binatang alias taman margasatwa adalah kesalahan kodrat satwa liar. Manusia dan perputaran bisnis kebun binatangnya ternyata sangat rentan dan tidak punya ketahanan sama sekali menghadapi krisis. 

Perang dan bencana alam pun akan membawa masalah yang sama parahnya seperti pandemi ini.

Daging hewan mati dan tumbuhan layu bukanlah makan aslinya. Ketika hewan-hewan tersebut tak bisa mencari makanannya sendiri, lalu manusia dengan kerapuhannya mengaku tak mampu menyediakannya. Lengkaplah sudah derita satwa-satwa liar itu.

The caged eagle becomes a metaphor for all forms of isolation, the ultimate in imprisonment. A zoo is a prison. (Nadine Gordimer)

____

Tidak ada pengetahuan duniawi yang sempurna, selalu ada ruang untuk belajar dari saran dan koreksi

FB: Bergman Siahaan | IG: @bergmansiahaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun