Mohon tunggu...
Bergman
Bergman Mohon Tunggu... -

A dreamer who likes writing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Danau Toba dan Teori Kebiasaan

5 Juli 2018   11:11 Diperbarui: 5 Juli 2018   14:43 2784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Menariknya, orang yang sama ketika bepergian ke luar negeri, katakanlah Malaysia atau Singapura, mendadak mengalami perubahan perilaku dengan tidak membuang sampah sembarangan. Ini adalah bukti bahwa kebiasaan itu dipengaruhi oleh lingkungan.

Di sebuah kota kecil, para pengendara sepeda motor lalu lalang ke sana kemari tanpa menggunakan helm karena sudah menjadi kebiasaan bagi warga setempat. Polisi ikut memberikan dispensasi, mungkin karena jalanan tidak ramai dan pendek-pendek. Malah akan terlihat lucu jika ada pengendara yang menggunakan helm di sana.

Di daerah tempat tinggal saya, ada bis yang menuju Kabupaten Karo. Karo adalah sebuah daerah di dataran tinggi yang dicapai melalui jalanan berliku serupa jalanan menuju Ciwidey di Jawa Barat atau Batu di Jawa Timur. Sudah menjadi pemandangan umum bahwa para remaja ramai-ramai duduk di atap bis sepanjang perjalanan. Bahaya keselamatan tak lagi menjadi perhitungan. Pengelola bis pun mengizinkannya karena sudah terbiasa.

Begitulah yang terjadi pada perairan Danau Toba selama ini. Kapal-kapal yang saban hari hilir mudik mengarungi danau yang dalam itu sering kali mengangkut muatan yang melebih kapasitas maksimumnya. 

Kapal-kapal penumpang juga sudah biasa mengangkut sepeda motor yang dijejer di koridor dan anjungan kapal. Menjadi hal biasa juga bahwa pelampung tidak tersedia dalam jumlah yang cukup. Begitu pula dengan ketiadaan radio komunikasi. Boro-boro pemantauan keadaan cuaca sebagai syarat untuk berlayar.

Terjadilah peristiwa mengenaskan pada Juni 2018. KM Sinar Bangun terbalik dan menyeret hampir seratus lima puluh penumpangnya ke dasar Danau Toba.

Salah seorang penumpang yang selamat justru mengaku sempat ditertawain teman-temannya karena mencoba menggunakan life jacket sesaat sebelum kapal bertolak dari dermaga. Seperti itulah dampaknya kebiasaan, selalu dipakai sebagai alat ukur penilaian.

Lingkungan mempengaruhi kebiasaan dan manusia sangat adaptif terhadap lingkungan. Maka untuk membentuk kebiasaan yang positif akan perilaku suatu masyarakat, perlu dibentuk sebuah lingkungan yang akan mendorong terbentuknya kebiasaan yang positif itu.

Siapa yang mampu membentuk kebiasaan? Seluruh elemen. Tetapi harus dimulai oleh pihak berwenang karena pihak berwenanglah yang bisa menetapkan aturan dan rambu-rambu untuk kemudian diikuti oleh masyarakat. Meski pada awalnya terpaksa, namun jika diulang dan diulang, akhirnya menjadi terbiasa.

Proses pembentukan kebiasaan memang tidak terjadi serta merta. Butuh waktu dan tahapan. Dalam konteks transportasi di Danau Toba, kebiasaan bisa dimulai dari tidak membawa penumpang melebihi kapasitas maksimum dan menyediakan pelampung dengan jumlah maksimum. 

Jika kebiasaan ini bisa dibiasakan dalam satu hingga dua tahun, maka kebiasaan lain bisa ditingkatkan seperti penggunaan radio komunikasi, peralatan SOS seperti flare gun, mekanisme pemantauan cuaca, sertifikasi perawatan berkala kapal, dan izin berlayar dari pelabuhan. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun