Aku tak harus selalu merasa satu-satunya. Ia memiliki kehidupan lain, kehidupan yang tak akan pernah juga mampu aku pisahkan darinya. Ia juga berhak bahagia, tersenyum, tertawa dengan hal lain yang aku tak terlibat didalamnya.
Sebab dalam cermin bayangku berbisik, punya hak apa diriku harus merasakan semua itu. Punya hak apa aku untuk bertindak sejauh itu.
Status adalah tentang sebuah ikatan, namun tidak untuk mengikat, mengekang, ataupun mengintervensi. Jika dibalikkan akupun tak akan pernah bisa luput dari hal itu.
Ia berhak memiliki kebebasannya, akupun juga begitu. Jika aku membatasinya. Melarangnya  mengumbar senyum manisnya kepada orang lain selain aku, maka konsekuensi akupun harus seperti itu.
Dan kusadari bahwa jalan yang harus kami sepakati adalah saling memerdekakan, memberikan kebebasan satu dengan yang lainnya tanpa ada larangan ataupun intervensi dalam menemukan kebahagian lain selain dari bahagia dalam hubungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H