"hay, masih pagi gini"
Aul menatapku dan kemudian melanjutkan jalannya yang sempat terhenti karena kusapa, aku berlari kecil menghampirinya lagi.
"hay,, aku nyapa gak digubris, marah?"
Tanpa menengok ke arahku ia terus melanjutkan jalannya, dia benar-benar mengabaikanku.
Aku berhenti, tak mengikutinya lagi. Aku berbelok kea rah kantin dekat pohon besar yang masih berdiri kokoh di taman kampusku, menurut bu mirah si penjaga kantin, pohon itu katanya pohon keramat, gak bisa ditebang walau pake apa, udah pernah mati saat banjir, namun tumbuh lagi,, em yah percaya saja.
Aku duduk dikursi kayu yang sandaran sudah tak ada lagi, mungkin patah atau memang sengaja dihilangkan, kuliat dari jauh Aul berjalan masuk ke kelas. Dia teman sekelasku, teman kuliah yang dikejar banyak mahasiswa cowo, utamanya para senior. Dia lumayan cantik dengan rambut panjang yang terurai. Dan anehnya lagi dia adalah pacarku, hehehe...
Kembali lagi, tadi Aul mengabaikan aku, aku jadi kepikiran..
"dek ini kopinya" kuliat bu mirah meletakkan secangkir kopi dengan sedikit susu diatas meja, beliau memang sudah tau kalau aku kesana pesannya pasti itu, jadi tanpa pesanpun akan dibuat otomatis oleh bu Mirah,, mirip mesin saja..
Aku duduk sendiri, memang masih sangat pagi, masih setengah 8 pagi,, paling rame bentar 30 menit lagi.
Kunikmati kopiku sambil memainkan game teka teki di smartphonku, ntah berapa lama aku terfokus bermain, kawan-kawanku mulai berdatangan, mereka memang penghuni tetap kantin ini, ntah kenapa mereka seperti sangat mirip dalam hal selera, paling tidak tau nongkrong di tempat mewah, tunya hanya di kantin bu mirah, kalau tidak pulang ke kosan bikin sendiri minumannya pake sachetan daripada ke caf atau tempat nongkrong lain.
Hari ini aku benar-benar masuk kuliah, didalam gerah, andai dosen mau ngajarnya di kantis saja yah, adem dan bisa duduk bareng Aul memandangi taman kampus yang meskipun pohonnya udah hamper habis ketebang krna pembangunan gedung lagi..
"hah,, Aul kenapa ya?" dalam hati aku bertanya-tanya.. aku cukup penasaran juga.
Dia biasanya gak pernah secuek itu padaku, padahal kan pacarannya baru sebulanan, tapi kok marahnya cepet banget. Atau gak marah ya? Ah entahlah.
Aku diangkap lelaki beruntung, karena berhasil di pilih Aul, dari sekian banyak cowo yang deketin Ia jatuhin pilihan ke Aku,
Iya memang aku juga ngejar dia, tapi gak seserius mahasiswa yang lain, istilahnya aku Cuma ikut meramaikan persaingan, toh aku juga merasa mustahil dipilih olehnya, aku terkenal dikampus sebagai mahasiswa pemalas yang malas masuk kuliah dan lebih suka nongkrong di secretariat organisasi dan juga kantin bu Mirah tentunya.
Tapi yah takdir mau digimanakan lagi, aku yang dia suka, hehehe
Atau mungkin Cuma jadi pilihan asal-asalan yah, ah terserahlah initinya banyak yang iri ke aku. Kalaupun Aul Cuma main-main kepadaku, aku juga gak peduli. Toh aku lelaki kuat, bisa damai dengan hati melalui bantuan akalku,, hihhi...
Udah siang, aku berencana nganter Aul pulang,, aku segera ke kelas, mau ngajak Aul pulang bareng.
"Nov liat Aul gak?" tanyaku kepada novi yang juga teman sekelas Aul.
"tadi keluar duluan tuh, sebelum kuliah selesai dia udah pergi" katanya
Aku jadi mulai semakin bingung, "ok, makasih ya" kataku sambil berbalik menuju kantin lagi.
Next.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H