Mohon tunggu...
Chunk ND
Chunk ND Mohon Tunggu... mahasiswa -

mahasiswa tingkat akhir tak ada kata terlambat untuk belajar, termasuk menulis sebagai coretan untuk keabadian. sebab dengan menulis maka ingatan akan terawat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Biarkan, Kamu Cukup Tahu Saja!

19 April 2017   18:41 Diperbarui: 19 April 2017   18:56 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : http://cdn.klimg.com/newshub.id

Aku terus bertanya apakah hatiku tertaut padamu, benakku selalu muncul bayangmu, apakah itu merindu namanya?, aku semakin tidak memahami diriku, aku selalu terbayang olehmu, setiap waktu, entah dari mana, kenapa aku merasakannya sekarang padahal aku mengenalmu sekian lama namun aku baru merasakannya kini, merasakan hal yang tak pernah aku inginkan dan harapkan sebelumnya.

Sekuat tenaga aku berusaha menghindari segalanya, aku berusaha menundukkan kepalaku bahkan mengalihkan pandanganku walaupun kau terlihat jauh, sebab aku tak kuasa, dadaku berdebar begitu cepat ketika mataku tertuju padamu, mungkin aku hanyalah seorang pengecut yang mengangkat kepala dihadapanmupun aku tak mampu.

aku berusaha membatasi komunikasi denganmu, agar rasaku yang terlanjur mulai tumbuh bisa aku matikan, aku ingin membunuhnya, aku tak ingin merasakannya, namun semakin aku melakukannya aku semakin tak bisa lari dari kenyataan bahwa aku benar-benar merindukanmu, merindukan senyummu. Namun aku terus berusaha menahannya sekuat teanga yang masih kumiliki.

Aku masih teringat bagaimana kau terus berusaha memujiku, dengan berbagai kelebihan yang kau lihat dari diriku, walaupun aku menganggap pandanganmu terhadapku masihlah sangat subjektif, setidaknya aku memahami bahwa selama ini kau tetap belajar, kau memperhatikan sekitarmu.

Bagiku kau masihlah seorang gadis polos hingga kini masih itu yang aku tau tentangmu, kau masih sering resah dan bingung dengan hal-hal yang sebenarnya belum terjadi, bahkan kau sering berpikir terlalu jauh tentang hal yang sebenarnya tidaklah pasti, kau selalu penuh dengan harapan, namun masih selalu mudah goyah, meskipun kau selalu membantah itu ketika aku mengucapkannya dihadapanmu namun aku melihatnya.

Malam itu begitu sulit aku lupakan, untuk kesekian kalinya aku tak bisa menghindarinya, kita berangkat bersama kesebuah kegiatan salah satu organisasi kampus, aku tak mengharapkan ditempat itu kita duduk berhadapan, aku sama sekali tak mengharapkannya, namun itu terjadi, kau duduk tepat dihadapanku, berkali-kali senyummu terlempar begitu saja, aku sangat tidak kuat untuk itu, aku berusaha terus bersembunyi dibalik punggung orang yang duduk disebelahku agar aku tak melihat senyummu lagi. Aku takut kau melihat itu saat aku tak menghindarinya.

Hingga akhir pertemuan kita malam itu aku masih terus tertunduk saat aku melihat kau memandangku juga, kau berdiri diantara celah pintu. Aku tak kuasa, ingin aku berlari dan menjauh secepanya namun akupun tak bisa, aku terlalu malu, aku tak ingin semuanya jelas.

Aku hanya membiarkannya saja, aku senang ketika hal semacam itu aku katakana padamu kau anggap itu candaan, setidaknya itu bisa memberi sedikit ruang rasaku bernafas lega, sebab aku begitu takut, takut kau merasakan hal yang sama terhadapku, apa yang harus aku lakukan jika itu terjadi?

CHUNK ND

Makassar, 19 April 2017

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun