Mohon tunggu...
Aditya Rio Rahmansyah
Aditya Rio Rahmansyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Lepas

Penulis lepas, yang sekarang bekerja pada bagian Brand Promotion di salah satu ekspedisi terbesar di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

S-u-k-(et)

2 Oktober 2015   23:44 Diperbarui: 3 Oktober 2015   00:51 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

                                                                                             ***

HIDUP, apa yang kamu pikirkan tentang hidup? Sebenarnya kenapa kita bisa hidup di dunia ini? Kenapa harus manusia saja yang mempunyai akal dan pikiran? Kenapa hewan lain tidak diberi tugas yang sama dengan manusia untuk menjaga dan memelihara bumi? Padahal pada kenyataannya, manusia terkadang melebihi sifat binatang dalam merusak dan mengotori bumi. Pembakaran hutan secara liar untuk pembukaan lahan baru, banyak pohon-pohon yang seharus dijaga oleh manusia malah ditebang habis dan menyisakan lahan gundul dimana-mana. Jika setelah ditebang kemudian ditanami pohon baru itu tidak masalah, tapi jika tidak ditanam pohon kembali, lantas manusia dapat oksigen dari mana? Apakah mereka sudah mulai melupakan pelajaran IPA jaman SD bahwa pohon dan tumbuhan lain adalah penyumbang oksigen yang sangat diperlukan untuk keberlangsungan hidup manusia.    

 

Hehehe, manusia-manusia mungkin memang tidak semuanya seperti itu, contohnya saja yang pernah aku baca disebuah surat kabar tentang komunitas yang mengatasnamakan diri sebagai kaum romantisme yang menselaraska hidupnya dengan alam dan memalingkan wajahnya dengan segala macam modernitas yang ada dibumi ini. “Mereka hidup dengan alam, berdiskusi dengan tiap tetes embun dipagi hari, menikmati hidup dibawah pohon rindang tanpa harus sibuk memikirkan polemik politik palsu yang dibuat-buat oleh segelintir orang. Mungkin hidup seperti itu lebih menarik.” Menurutku.

Tapi tidakkah para wanita di dunia ini sudah bergerak seolah mengikuti alur cerita yang sebenarnya sudah terbingkai dengan baik oleh kaum adam yang semakin memperparah keadaan. Bicara mengenai seorang pemimpin, bila wanita dianggap sebagai kutu dalam sebuah instansi maka jangan anggap suatu instansi atau lembaga akan bisa berjalan dengan normal. Masih banyak kelebihan kaum wanita jika dibandingkan dengan kaum adam. Hanya saja apakah berani para wanita mendobrak sebuah semangat untuk sebuah kesetaraan hak untuk memperoleh perlakuan yang layak. Layaknya seorang manusia yang benar-benar bisa memanusiakan manusia itu sendiri. Bukankah sangat berbeda antara hewan, tumbuhan dan manusia. Jika menurutku semua sama, apakah yang akan terlintas dalam benak orang kebanyakan. “Tidak, Bukan begitu... Apakah kamu sudah gila menyamakan semua hal itu.” Dalam benakku beranggapan bahwa semua orang akan berkata demikian. Namun, tidakkah disadari bahwa sebenarnya manusia, hewan dan tumbuhan sama-sama hidup. Mereka berhak mendapatkan kehidupan meskipun sering hal manusia menentang dengan anggapan alam sudah disediakan oleh Tuhan untuk manusia. Lantas, apakah dengan kesediaan alam untuk dibabat habis oleh keserakahan manusia alam mampu bertahan. Atau sebaliknya manusia mampu bertahan tanpa adanya alam.

Dengan kata lain aku sudah mulai muak dengan kehidupan yang tidak bebas dalam hal apapun. Aku memang wanita tetapi aku tidak mau dikotak-kotakkan oleh perbedaan jenis kelamin. Soal wawasanpun aku tidak kalah dengan kaum-kaum lelaki, aku bisa menganalisis dan memahami sampai sejauh apa masalah dan problematika yang di hadapi kaum modern. kaum wanita bukan hanya pasangan hidup bagi lelaki. Meskipun aku sadar bahwa kehidupan ini haruslah wajar lelaki berpasangan dengan wanita dan bukan sebaliknya wanita berpasangan dengan wanita ataupun lelaki dengan lelaki, kalau seperti itu apa kita mau mengulangi azab kaum Nabi Lud yang kota dihancurkan oleh Tuhan dikarenakan mempunyai kaum sodom dan penyimpangan sex macam itu.

Akupun sampai sekarang masih mencari sosok seorang lelaki yang bisa menyempurnakan hidupku kelak, aku tidak memiliki kadar ketampanan lelaki harus seperti ini dan itu, sederhana dan unik dalam olah pikirnya pun itu sudah bisa membuatku tergila-gila nantinya. Dan sampai akhirnya disebuah acara musikalisasi puisi dikampusku aku bertemu dengan seorang lelaki yang membuatku terpesona oleh sosoknya, perkenalan pun aku jalani, terlihat bodoh aku disaat itu, aku gugup menanggapi setiap obrolannya, hanya bisa tersenyum dan terdiam batinku pun berteriak apakah ini yang dinamakan cinta? Mengapa cinta itu begitu mudah keluar dari alam bawah sadar kita? Apakah setiap manusia memang diciptakan untuk gampang mencintai setiap pasangannnya?

Singkat cerita akupun akhirnya menjalani hubungan dengan pria itu sebut saja dia bernama Kenanga Hertanto. Dia merupakan seorang yang berkecimpung di dunia pers kampus, kepribadian yang menitikberatkan kepada kesederhanaan diri dan juga tidak sombonng dengan orang lain itulah yang membuatku nyaman dengannya, soal wawasannya pun sangat banyak itu tercermin dari bagaimana cara pandang dia dalam setiap persepsi yang aku berikan jika sedang berdiskusi dengannya, dia tidak mau menggurui siapapun toh orang yang bijaksana menurutnya adalah orang yang tak banyak bicara dan menggurui tetapi lebih kepada saling berdiskusi mendalam untuk bisa menambah wawasan.  Aku menjalani hubungan dengan dia cukup lama sampai akupun menginjak tahun ketiga dikampus ini dan sekarang aku sudah semester 6 dan dia sudah sampai pada semester akhir cintaku pun dengan dia begitu besar dan dia pun sama halnya denganku, cinta yang indah adalah jika cinta itu bertemu dengan cinta yang tulus bukan?

Sampai pada suatu ketika kejadian yang membuatku patah semangat, Kenanga mengalami sebuah kecelakaan parah yang mengharuskannya dia harus diamputasi kedua kakinya dan juga mengalami gegar otak yang parah. Setiap hari ada yang berbeda dengan seharianku sekarang yang harus selalu menemaninya dan memperhatikan segala kebutuhannya, akupun sering terharu dengan semangat hidupnya yang masih selalu memberikanku sebuah puisi-puisi kecil meskipun kondisi dia sekarang hanya bisa berbaring di tempat tidur untuk berbicarapun dia masih sangat kesusahan. Yah Tuhan, apa yang sedang kau inginkan dari aku ini? Aku hanya mencintai dengan sepenuh hatiku saja apa harus seperti inikah cinta tulus itu harus diuji Yah Tuhan. Hari berganti hari, awan-awanpun sekarang sudah mulai menampakkan siluet birunya, hujan deraspun sekarang sudah mulai berganti dengan suasana cerah yang menggugah, tetapi kondisi dia terus memburuk dan sekarang dia koma dan itu membuatku semakin bersedih dan hampir patah semangat. Didalam kesedihan itu sangat sering aku menyelipkan doaku kepada tuhan agar segeralah ia di berikan sebuah keajaiban untuk bisa terbangun dari komanya.

Aku jadi semakin banyak berdiam diri dalam setiap lamunan saat sedang menjaganya disamping tempat tidur dan berdoa sebanyak mungkin untuk kesembuhannya. Akan tetapi takdir berkata lain akhirnya Kenanga pun menghebuskan nafas terakhirnya tepat dipukul 12 malam hari jum’at. Disaat itulah dunia menurutku seolah-olah langsung hancur berantakan, semua angan seakan hanya menjadi cita-cita yang tak bisa diteruskan, dunia terasa sempit dan mencekik leherku dan membuatku seakan hampir bunuh diri. Aku mengerti sekarang kenapa cinta terkadang bisa membuat orang bahagia dan juga bisa menghunuskan pedang tajamnya dan membuat orang bunuh diri karena cinta, itu hampir saja aku lakukan tuk mengiris nadiku dan berharap bisa kekal dengan Kenanga entah didunia apa namanya, tetapi aku urungkan niatku itu.

Aku memilih berlari ketanah lapang yang tidak ada orang disekelilingnya, aku hanya terus berlalu dan tak sadar bahwa air mataku ini menetes dan jatuh dibawah rerumputan. Ternyata aku hanya wanita yang bisa sedih juga jika tertimpa masalah hati seperti ini, aku baru saja ditinggal oleh seorang yang membuatku mencintai sebuah ciptaan Tuhan, indah sekali bahkan nikmat sekali rasanya mencintai orang yang kita sayang. Di dalam kesedihan itu pun memori tentang Kenanga pun bermunculan, tentang sebuah tabir keindahan yang hanya akulah yangbisa merasakannya, mugkin hanyalah wanita yang memiliki pemikiran lain tentang segala hal dan juga tentang kesempurnaan bentuk fisik dan akupun sadar wanita memiliki kodrat yang tak bisa dirubah. Lelaki memiliki kodratnya sendiri begitupun juga wanita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun