Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Diary

Dari "Beraja" kepada "Renjana" Berakhir di "Daksa" (2)

25 September 2021   09:12 Diperbarui: 25 September 2021   09:15 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover novel "Renjana, yang sejati tersimpan di dalam rasa" oleh Sandra S. Hariadi 

Tentang Renjana

Naskah awal beraja aslinya berjudul "1001 Puisi Laksmi", sesuai nama tokoh utama di novel itu, yaitu Tra Laksmi.

Bukan hal mudah naskah itu bisa sampai ke Penerbit Grasindo hingga diputuskan untuk diterbitkan mereka. Ada banyak hal lain yang harus saya rampungkan. Antara lain mengganti judul.

Saat itu editor saya bilang, judulnya mirip kumpulan puisi. Nanti malah dikira kumpulan puisi beneran, padahal bukan sama sekali. Itu novel yang memang ada banyak puisi sebagai pemanis dan pemancing aura romantisnya.

Maka, malam itu bersama seorang teman, kami sempat begadang sepulang dari sebuah acara di Jakarta. Besoknya deadline untuk judul yang diminta.

Harus menarik dan bikin orang penasaran.

Setelah banyak cerita sana sini, si teman yang tahu sekali saya memang senang memandang langit dan belum pernah melihat bintang jatuh alias binta beralih yang merupakan arti dari beraja, akhirnya menguatkan saya untuk menggunakan satu frase itu saja buat judul.

"Seperti kalau bintang jatuh katanya bisa ngucap harapan baik, semoga bukumu juga diterima baik oleh pembaca..."

Dan, saya sungguh bersyukur, November 2002 novel pertama saya ini diterbitkan oleh Gramedia Widiasara atau Grasindo. Februari 2003 dibuatkan launching, ternyata novel yang katanya unik itu sangat diterima oleh masyarakat baca. Tanggapan positif menjadikan pula aura positif luar biasa bagi saya.

Ada saja bentuk tanggapan baik yang kemudian saya dapat.

Bisa berbentuk resensi, mengirim email kepada saya, mencari buku dan ada juga yang sengaja memborong untuk komunitasnya, wawancara dari radio ke radio, membuatkan jadi drama modern, menjadikan bahan skripsi dan beberapa seminar atau talk show yang berhubungan bahkan memberi nama anak dengan nama "beraja" di tengahnya.

Luar biasa.

Sungguh, di luar perkiraan saya selama ini.

Buku yang isi cerita serta gayanya memang tidak biasa di masa itu diterima baik oleh kalangan masyarakat baca. Meski demikian, tetap ada juga yang penasaran atau bahkan tidak bisa terima saya mengangkat isyu yang memang sedikit rada sensitive.

Namun, karena niat saya baik bahkan ingin mencoba memberi sedikit kekuatan bagi orang-orang yang sudah berkomitmen khusus tersebut, lama-lama novel beraja, biarkan ku mencinta diterima semakin luas. Malah pernah menjadi bacaan wajib buat para frater (calon pastor) yang sedang menghadapi masa pendidikannya.

Bagian terakhir ini yang kemudian menjadi motivasi paling kencang buat saya meneruskan cerita Frater Daus dalam beraja yang kemudian menjadi Romo Daus. Ingin juga menyampaikan pesan khusus yang lebih kencang tentang arti sebuah persahabatan diantara komitmen serta pilihan hidup dengan kesadaran penuh atas posisi masing-masing.

Karena kesibukan dan banyak hal lain, niat itu tinggal sekadar niat.

Sempat nyaris terlupakan.

Hingga kehadiran cerita lagi dari para pembaca beraja. Plus kehadiran seseorang dari masa lalu yang memberi energi lagi. Maka dengan semua semangat dan cinta saya olah kembali lembaran cerita beraja lama menuju cerita yang baru.

Tidak mudah merangkai sebuah cerita yang sempat terabaikan nyaris 10 tahun lamanya.Konsentrasi benar-benar harus tercurah hanya pada jalan cerita. Tidak bisa disambi.

Maka itu berpengaruh juga pada jalan cerita.

Tidak bisa sedikit beda. Harus ada yang lebih terasa "greng" dan pembeda kekuatannya. Tentu saja dengan tidak meninggalkan ciri khas gaya berceritanya, yaitu puitis, romantis, ada kejutan-kejutan kecil serta kuat di penokohannya.

Selama menggarap itu seringkali saya terbawa perasaan.

Tak sekali dua jadi terbawa emosi atau seolah menjadi tokoh yang sedang ditulis Beberapa orang yang tahu hal ini, tahu proses saya menghadirkan rasa terdalam dari masing-masing tokoh.

Tidak jarang saya selipkan cerita orang lain untuk memancing suasana yang ingin tercipta termasuk cerita bagian akhir dari novel itu.

Konsentrasi sepenuhnya saya berikan khusus untuk novel yang awalnya disebut sebagai "lanjutan beraja".

Hingga ketika novel itu tamat, PR berikutnya adalah memberi judul.


Terus terang, memberi judul sebuah novel itu termasuk bagian tersulit sekaligus menantang. Ada idealis, perwakilan dari keseluruhan cerita dan tentu saja urusan marketing juga dititipkan di sana, agar pembaca yang hanya dengan melihat judul saja sudah tertarik membaca.

Mengingat semua perjalanan beraja yang panjang hingga calon "adiknya" itu serta banyak hal yang menyertai proses pembuatan "lanjutan beraja" terutama yang berasal dari hati, maka saya dan beberapa teman yang tahu tentang hal-hal tersebut sepakat memberi judul "Renjana" yang artinya rasa hati yang kuat. Berasal dari bahasa Sansekerta. (belakangan orang menyamakan frase itu dengan arti kata  passion)

Oleh karena pada novel beraja, ada semacam sub judul untuk menegaskan isi cerita, yaitu "biarkan ku mencinta" maka "Renjana" juga sebaiknya menggunakan taktik yang sama.

Sekali lagi setelah ingat semua perjalanan dan proses yang ada maka saya menambahkan sub judul "yang sejati tersimpan di dalam rasa".

Rada Panjang, Tetapi, itu benar-benar mewakili semua cerita dan proses yang ada.

Tentang Daksa

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun