Bisa berbentuk resensi, mengirim email kepada saya, mencari buku dan ada juga yang sengaja memborong untuk komunitasnya, wawancara dari radio ke radio, membuatkan jadi drama modern, menjadikan bahan skripsi dan beberapa seminar atau talk show yang berhubungan bahkan memberi nama anak dengan nama "beraja" di tengahnya.
Luar biasa.
Sungguh, di luar perkiraan saya selama ini.
Buku yang isi cerita serta gayanya memang tidak biasa di masa itu diterima baik oleh kalangan masyarakat baca. Meski demikian, tetap ada juga yang penasaran atau bahkan tidak bisa terima saya mengangkat isyu yang memang sedikit rada sensitive.
Namun, karena niat saya baik bahkan ingin mencoba memberi sedikit kekuatan bagi orang-orang yang sudah berkomitmen khusus tersebut, lama-lama novel beraja, biarkan ku mencinta diterima semakin luas. Malah pernah menjadi bacaan wajib buat para frater (calon pastor) yang sedang menghadapi masa pendidikannya.
Bagian terakhir ini yang kemudian menjadi motivasi paling kencang buat saya meneruskan cerita Frater Daus dalam beraja yang kemudian menjadi Romo Daus. Ingin juga menyampaikan pesan khusus yang lebih kencang tentang arti sebuah persahabatan diantara komitmen serta pilihan hidup dengan kesadaran penuh atas posisi masing-masing.
Karena kesibukan dan banyak hal lain, niat itu tinggal sekadar niat.
Sempat nyaris terlupakan.
Hingga kehadiran cerita lagi dari para pembaca beraja. Plus kehadiran seseorang dari masa lalu yang memberi energi lagi. Maka dengan semua semangat dan cinta saya olah kembali lembaran cerita beraja lama menuju cerita yang baru.
Tidak mudah merangkai sebuah cerita yang sempat terabaikan nyaris 10 tahun lamanya.Konsentrasi benar-benar harus tercurah hanya pada jalan cerita. Tidak bisa disambi.
Maka itu berpengaruh juga pada jalan cerita.