"Nggak ada jalan lain, Neng?" tanya di driver.
"Wah, sudah kejebak gini, bergerak kemana-mana juga susah, Kang..," jawab saya bingung juga.
Akhirnya kami menunggu saja sampai kemacetan ini pelan-pelan terurai sebab ada beberapa pengemudi yang mau mengalah. Walau kadang dengan omelan dan sok tahu, kami pun bisa meneruskan perjalanan.
Sepanjang sisa perjalanan, kemacetan masih sekali dua kali lewati. Tidak separah tadi, cuma lumayan lah bikin ojol diam di tempat dulu sebentar. Penasaran juga kenapa kok nggak selesai-selesai.
Ternyata masalahnya kini ada serentang jalan di sisi kiri, mobil-mobil yang terparkir. Entah siapa pemiliknya. Mungkin mobil-mobil tersebut milik mereka yang sedang bersilahturahmi dan berasal dari tempat jauh. Hanya saja karena tidak ada parkir, maka sedapatnyalah parkir dilakukan. Kalau mobil kecil ya, tak apalah.Â
Beberapa ada mobil besar dan membutuhkan tempat parkir yang lumayan, tak aneh kalau kemacetan tadi hingga sampai ke bawah. Belum arus dari arah berlawanan.
Meski tak lama akhirnya saya sampai tujuan, tetap saja perjalanan kali ini membuat saya rada terlambat sampai ke rumah kakak sepupu yang sudah menunggu.
"Masa macet sih, Njar? Bukannya hari pertama biasanya lancar?" kakak saya nggak percaya.
"Di kota mah relatif lancar, Mas.... Di kampung mah malah macet," jawab saya sambal ketawa-tawa. Kakak saya mengerti karena berita kemacetan di sektiar sana memang bukan hal baru.