Pada tahun 1967 di Bandung berdiri Persatuan Pemuda Islam Tunanetra, yang berkiprah untuk memantapkan aqidah dan menangkal pemurtadan di kalangan tunanetra. Tokoh-tokoh penggagasnya antara lain; KH.Aanjuhana, HR rasikin, Januar, Dadang rasikin, dan DR.H.Ahmad Basri NS.
Pada saat yang sama, tunanetra muslim Yogyakarta membentuk suatu wadah yang bernama Himpunan Tunanetra Islam (HIMTI). Pendirinya antara lain ; Muhammad najmudin, Imam Syafi’I dan Subiyanto.
Pada tahun 1982 di Bandung kedua organisasi tersebut berfusi menjadi Himpunan Tunanetra Islam (HTI). Dalam pengembangan selanjutnya HTI hanya berjalan di Yogyakarta, dan mengubah diri menjadi Yayasan Himpunan Tunanetra Islam (YHTI).
Derap reformasi yang berguir sejak tahun 1998 dan pencabutan pancasila sebagai asas tunggal bagi partai politik, organisasi kemasyarakatan, LSM dan lembaga kemasyarakatan lainnya telah mengilhami seluruh rakyat Indonesia untuk berkiprah dan berkarya menurut aspirasi dan pandangan politiknya masing-masing. Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, tunanetra muslim terdorong untuk memperjuangkan kiprah dan potensinya menurut pandangan yang diyakininya berdasarkan syari’at islam.
Di tengah gegap gampita “euphoria reformasi” tersebut, kelompok tunanetra muslim di Bandung, yang dipelopori oleh Yurisman, Ade Daud, Aidin, Yayat Rukhiyat, Muhamad Herianto Nuhung, dan Yudi Yusfar meyakini bahwa perjuangan kearah tersebut dapat diwujudkan dalam satu wadah yang kokoh bersendikan silaturahmi dan ukhuwah islam.
Atas prakarsa Yayasan Himpunan Tunanetra Islam dan kelompok tunanetra islam di Bandung, maka diselenggarakanlah sebuah pertemuan yang diberi nama Musyawarah Nasional Tunanetra Islam (MUNASTI) di Bandung pada tanggal 9-11 Mei 1999 M atau 12-15 Muharam 1420 H. Kegiatan tersebut dihadiri oleh 120 orang utusan dari 8 provinsi di Indonesia (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa TImur, Riau, Kalimatan Timur, dan Sulawesi Selatan).
Dalam suasana yang dinamis, demokratis dan kekeluargaan yang dilandasi semangat ukhuwah Islamiah, MUNASTI tersebut melahirkan sebuah organisasi tunanetra muslim dengan nama Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI).
Terbentuknya ITMI merupakan kristalisasi kesadaran tunanetra muslim dalam memperjuangkan hak-hak dasar sebagai warga negara maupun sebagai umat manusia, dimana kaum tunanetra mempunyai hak-hak dasar yang sama dalam mendapatkan pendidikan dan memperoleh pekerjaan yang layak serta hak berpolitik dll, namun demikian pada kenyataannya dalam upaya mendapatkan hak-hak dasar tersebut kaum tunanetra masih sering diperlakukan diskriminatif. Oleh karena itu fokus perjuangan ITMI adalah pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembinaan keagamaan serta pemberdayaan potensi umat atau dengan kata lain bahwa cita-cita tertinggi yang hendak diraih oleh ITMI adalah ’izul islam walmuslimin walmakfufin (kemuliaan islam, kemuliaan kaum muslimin dan kemuliaan kaum tunanetra).
5. KARTUNET
Kartunet merupakan sebuah situs web yang dikelola oleh Komunitas Kartunet Indonesia sebagai organisasinirlaba yang didirikan oleh empat orang tunanetra pada tanggal 19 Januari 2006. Komunitas Kartunet Indonesia merupakan sebuah organisasi yang bersifat terbuka dan independen. Fokus gerakan Kartunet terletak pada pengembangan minat bakat para penyandang disabilitas dan kampanye wacana masyarakat inklusif melalui mediadalam jaringan.
Kartunet sejatinya merupakan singkatan dari dua kata; “karya” dan “tunanetra”. Organisasi serta media yang dimanfaatkan dibuat dan dikelola oleh sekelompok tunanetra, namun isi yang terdapat pada media tersebut ditujukan kepada masyarakat umum. Kartunet merupakan salah satu wahana untuk mempublikasikan kreasi dari pengunjung situs Kartunet baik berupa karya sastra, penyajian berita, artikel mengenai teknologi, maupun informasi-informasi lain yang berkaitan dengan isu disabilitas.