Energi Kemandirian BS Perkim adalah salah satu program yang bertujuan mencapai pemenuhan tempat tinggal layak huni. Program ini merupakan bagian dari pelaksanaan Energi Kemandirian yang dilaksanakan melalui fasilitas berbagai kegiatan yang terkait dengan bidang perumahan permukiman dalam upaya menumbuhkembangkan kemampuan masyarakat dalam peningkatan kualitas rumah dan perumahan, pemenuhan kebutuhan rumah dan perumahan, serta peningkatan kualitas permukiman yang berbasis kesejahteraan masyarakat
Energi Kemandirian Social Entrepreneurs adalah suatu kegiatan produktif yang memperkerjakan atau menyerap tenaga kerja penganggur dan setengah penganggur yang relatif banyak.Â
Secara teknis konsep program in adalah untuk membangun ekonomi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat usahausaha produktif dengan memanfaatkan potensi SDA, SDM dan Teknologi sederhana yang ada serta peluang pasar.Â
Kegiatan Social Entrepreneurs dilakukan untuk mendampingi masyarakat dalam rangka membangun ekonomi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat usaha produktif dengan memanfaatkan potensi Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM) dan Teknologi sederhana yang tersedia yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan dan memperluasan kesempatan kerja.Â
Jenis-jenis usaha yang dapat dikembangkan dalam kegiatan Social Entrepreneurs lebih berorientasi pada kegiatan usaha yang bersifat ekonomi produktif dan berkelanjutan seperti: a. Usaha-usaha di sektor pertanian, sub sektor tanaman pangan dan holtikultura, antara lain; budi daya padi, jagung, cabe, kentang dan buahbuahan. b. Usaha-usaha di sektor pertanian, sub sektor peternakan, antara lain; penggemukan sapi, kambing, peternakan ayam potong dan petelor. c. Usaha-usaha di sektor pertanian, sub sektor perikanan, antara lain; pembenihan udang, budi daya rumput laut, kolam ikan, tambak dan kerambah. d. Di bidang usaha industri kecil, antara lain; arang batok,sabut, batu bata, batako dan pembuatan gula aren. e. Sarana penunjang ekonomi rakyat, seperti; pasar perdesaan, embung (penampungan air di musim hujan) dan waduk.
Yang terakhir tawaran tulisan ini, namun bukan yang akan mengakhiri aksi yakni;
Energi Kemandirian Zakat Produktif;Â Hingga kini, konsep zakat terus dikembangkan untuk mendapatkan efektivitasnya dalam membantu disalurkan untuk kegiatan peningkatan produktif, dimana objek zakat diupayakan untuk dapat menaikkan statusya menjadi subjek atau donatur zakat.Â
Pelaporan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat yangdiharapkan menjadi solusi dalammelaukan kewajiban zakat tak kunjung usai mejawab persoalan kemiskinan atas perintah Allah SWT, tetapi justru diabaikan oleh kebanyakan manusia. Bahkan anekdotnya bahwasanya orang-orang islam lebih takut dipenjara dibandingkan masuk kedalam neraka.Â
Alasannya adalah mereka taat dalam membayar pajak, tetapi lalai dalam menunaikan zakat. Keadaan sekarang pasca pendemi, terjadi dinamisasi hartakekayaan, tinggal struktur dan culture dapat saling beroordinasi memahami yag terjadi. Namun hemat penulis mindset edukasi mestilah diperkuat. Mari Selamatkan dan penuhi daerah kita dengan hidayah, berkah serta keridhoan Allah SWT sehingga tujuan dari EKBS ini tercapai dengan bahagia.
Sekali lagi harus kita akui Role model, Prototype, master piecenya terlihat EKBS terletak di Kota Bengkulu, bukan persoalan taglinenya, melainkan terletak pada energi aksi dan implentasinya. Walaupun harus penulis tutup dengan semua tidak ada yang ideal (sempurna), namun Energi Kemandirian Bengkulu Sejahtera merupakan kunci operasi aksi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H