Rani terbangun oleh musik klasik kesukaannya. Ternyata Om Andri meneleponnya. Suara dari dalam ponselnya berkata Ada apa sayang, tadi kamu telepon.
Iya, Om. Kita ketemu lagi ya sekarang. Ucap Rani.
Kamu di mana? Om Jemput kamu sekarang ya. Om juga lagi pengen nih.” Ucap suara Om Andri dari dalam ponsel Rani.
Ok, Om. Saya tunggu. Ungkap Rani sambil bermalas-malasan di atas tempat tidur.
Rani mengeringkan rambutnya dengan hair dryer yang dibelikan oleh maminya di Singapura. Kemudian menyemprotkan cologne mahal dari Belgia, dikedua pergelangan tangannya, di leher dan kemudian menyemprotkan parfume ke t-shirt pink kesukaannya.
Tin tin, bunyi klakson sedan Camry Om Andri sudah di depan. Rani mengambil tas mininya dan berhambur keluar dari rumahnya dengan menggotong sepatu sportynya untuk dikenakan di mobil Om Andri. Rani mengunci pintu pagarnya setinggi 2 meter. Kemudian Ia membuka pintu mobil dan masuk ke dalam lalu memberikan kecupan hangat di bibir Om Andri. Om Andri membalas ciuman Rani dengan penuh gairah sambil tangannya memeluk pinggang Rani.
Pak Dirman, sang sopir tak berani untuk melihat perilaku majikannya yang sudah di penuhi oleh nafsu berahi yang tinggi. Yang Ia tahu, tugasnya hanya mengantar majikannya ke tempat yang diperintahkan kepadanya. Entah sudah berapa kali Rani di ajak majikannya ke hotel berbintang di bilangan Jakarta Pusat.
Kegaduhan suasana kota di malam hari, dengan gelak tawa wanita-wanita bertubuh sintal memberikan pose seksinya. Sesekali mereka melemparkan senyuman kepada pria-pria hidung belang di dalam mobil-mobil mewah yang melintas di depannya. Jakarta menjadi saksi bisu atas keliaran penduduknya untuk mencari segudang kenikmatan yang tak kan pernah ada habisnya. Tawaran surga dunia disodorkan hingga ke sudut sudut kota dan senantiasa haus akan rogohan kocek pria pria hidung belang yang mencari hiburan sesaat untuk melampiaskan kepenatan aktivitasnya sepanjang hari.
Bed cover menjuntai ke bawah tempat tidur dan bantal guling berhamburan ke lantai. Entah bagaimana caranya membayangkan pertempuran apa yang terjadi semalam. Rani benar benar sudah kehilangan kendali.
Permainannya terhadap pria paru baya ini sudah semakin menjadi jadi. Rani merasa lemas dan benar benar butuh makanan untuk mengembalikan energinya kembali. Ia keluar dari kamar dan menghentikan langkahnya di sebuah mini chinese restaurant dekat lobby hotel. Ia memesan sepiring lobster asam manis dengan avocado juice with extra chocolate untuk mendinginkan perutnya.
Rani keluar dari lobby dan segera naik taksi. Saat di taksi, sekejap Ia ingin muntah dan tidak kuasa untuk menahannya. Ia meminta sopir taksi untuk berhenti sejenak karena dia sudah di ujung untuk mengeluarkan muntahnya.