Chapter I
Taman Kota
Sesosok wajah di pojok ruangan nampak marah, ia memperhatikan orang – orang yang sibuk dengan pekerjaannya. Ia tidak tahan dengan keramaian itu.Â
Ia berjalan dan melewati orang – orang itu satu persatu sambil mempertontonkan senyuman mencibir seolah tidak menyukai keberadaan mereka. Semua orang terlihat serius dan berkutat dengan urusannya masing –masing.Â
Sosok ini berhenti pada seorang pria. Ia memperhatikan kertas – kertas kerja berserakkan di atas mejanya seperti kapal pecah.Â
Pria itu adalah Bernard yang sedang berusaha membereskannya, setelah melakukan posting journal dan menyelesaikan beberapa laporan pajak bulanan yang datelinenya membuatnya terus memacu kinerjanya semakin cepat.Â
Bulan – bulan ini adalah bulan terberat di departemen Bernard. Karena, baru saja mereka disibukkan oleh laporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal dua puluh satu, Pasal dua puluh tiga yang harus dilaporkan di tanggal dua puluh Maret kemarin dan harus mempersiapkan laporan pajak lainnya yaitu Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang harus dilaporkan tiga puluh satu Maret.Â
Setelah itu, mereka harus menyiapkan laporan triwulan perusahaan dan harus membuat reportnya ke grup perusahaan untuk dibuatkan laporan keuangan konsolidasi.
Tidak bisa dibayangkan, how underpressure these lately months for him, he wishes he has more spare times ? Bernard mengarahkan kedua biji matanya ke arah jam dinding berwarna putih, berlatar nama instansi tempatnya bekerja, yang terpampang di bagian kiri atas kepalanya. Waktu telah menunjukkan pukul 15.00 wib.Â
Bernard memasukkan ponsel ke dalam tas kerjanya, kemudian pamit kepada rekan – rekan kerjanya satu departemen untuk keluar kantor lebih awal, untuk keperluan ke kantor pelayanan pajak. Karena mereka kehabisan nomer seri faktur pajak dan harus mengajukan permohonan permintaan nomer baru untuk menerbitkan faktur pajak perusahaan dalam bulan berjalan.
Bernard merenggangkan kedua tangannya ke atas untuk mengembalikan otot – ototnya yang tegang akibat pekerjaan yang sangat menyita tenaga dan pikiran. Sosok berwajah menyeramkan itu kini sudah duduk di atas meja sambil memperhatikan Bernard.Â