Seperti yang sudah dituliskan pada pengantar sebelumnya. BPMPK merupakan UPT Pustekkom yang melahirkan model-model multimedia setiap tahunnya. Perancangan model Multimedia untuk ABK merupakan kegiatan lanjutan dari semacam Analisis Kebutuhan yang sudah dilakukan oleh BPMPK beberapa minggu sebelumnya. Ini dimaksudkan untuk mematangkan sebuah konsep model multimedia yang akan dikembangkan.
Pada kegiatan Analisis Kebutuhan kami melibatkan banyak pihka untuk ikut menyumbangkan semacam konsep Model Multimedia untuk Anak Berkebutuhan Khusus, antara lain guru-guru SLB dan Kepala Dinas Pendidikan setempat (Bandung, Denpasar, Semarang, Sidoarjo dan Yogyakarta) yang membidangi Pendidikan Khusus.
Ada pula Praktisi dari Bandung (Unikom, ITB, Handal Maker dan SEAMOLEC), Denpasar (Bamboomedia, Comicotopia, Maniaga Porduction, Maen Studio, Altar Media, Mamuba Production), Semarang(Loempia, Papillon Studio, Dreamlight, Sandec, Gamerang, Crocodic), Sidoarjo (KBBS, Asco, Creative Media, Cabdin, Komunitas Gadas), Yogyakarta (Urakurek Studio, Sebikom, Jogja Digital Valley).
Dalam melahirkan sebuah model multimedia, tidak hanya berhenti pada tahap Analisis Kebutuhan saja. Sebagai tindaklanjut akan hal tersebut, maka dilaksanakanlah kegiatan Perancangan. Kegiatan ini akan lebih mengerucut pada model multimedia yang lebih konkret. Meskipun hasil kegiatan ini tidak menutup kemungkinan mengalami perubahan baik secara konsep hingga pada tataran teknis.
Beberapa narasumber yang dilibatkan oleh BPMPK antara lain Dr. Ishartiwi (Dosen Pendidikan Luar Biasa – Universitas Negeri Yogyakarta), Dr. Cepi Riyana, M.Pd. (Dosen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan – Universitas Pendidikan Indonesia – Bandung) dan Suswanto Heru Purnomo, S.Psi., M.Ed. (Widyaiswara – P4TK TK & PLB – Kemendikbud).
Paparan narasumber sangat membantu dalam kegiatan Perancangan Model Multimedia untuk ABK. Suswanto menyampaikan materi pengenalan ABK, program khusus dan program kemandirian bagi ABK. Beliau menyampaikan beberapa Program Kebutuhan Khusus antara lain : Tunanetra adalah Pengembangan Orientasi, Mobilitas, Sosial dan Komunikasi; Tunarungu adalah Pengembangan Komunikasi, Persepsi Bunyi, dan Irama; Tunagrahita adalah Pengembangan Diri; Tunadaksa adalah Pengembangan Diri dan Gerak; Autis berupa Pengembangan Komunikasi, Interaksi Sosial, dan Perilaku.
Kesemuanya itu perlu diperhatikan dari sisi tingkat intelegensinya, kemampuan interaksi sosialnya, pola komunikasinya dan pola perilaku kesehariannya.
Sementara Ishartiwi menyampaikan mengenai bagaimana strategi pembelajaran bagi ABK diawali dengan identifikasi pada fokus pendidikan anak bagi ABK usia 9-13 tahun yakni pembelajaran untuk menolong diri sendiri, keterampilan hidup sehari-hari dan keterampilan akademik fungsional sedangkan pada usia dewasa berfokus pada kemampuan pengembangan tanggungjawab sosial dan kejujuran atau keterampilan kerja.
Selain strategi pembelajaran bagi ABK, Ishartiwi juga menyinggung Fungsi Pendidikan ABK yaitu untuk mencapai ketuntasan belajar sebagai dasar melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, mengembangkan potensi menolong diri sendiri, terapi melalui kegiatan pendidikan dan melatih kemandirian pasca sekolah untuk hidup bermasyarakat.
Pendidikan anak kebutuhan khusus cenderung ditekankan pada pendidikan bina diri dan vokasional. Ini bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan untuk mengurus/menolong dirinya sendiri hingga pada keterampilan bekerja secara mandiri.
Dosen pada jurusan Pendidikan Luar Biasa – UNY ini juga menyampaikan beberapa topik-topik yang memungkinkan untuk dibuat media pembelajaran. Mulai dari Keterampilan di lingkungan rumah, industri kecil, kerja kantoran/wirausaha hingga topik mengenai atlet atau olahragawan.
Proses komunikasi dengan media bagi ABK, beliau menyampaikan bahwa hadirnya multimedia pembelajaran hendaknya lebih memperjelas isi pesan dan siswa menjadi lebih mudah untuk belajar. Alurnya diawali dari: pengiriman pesanà pesanà mediaà penerima pesan.
BPMPK juga harus lebih memperhatikan pemilihan media pembelajaran berdasarkan kondisi ABK, misalnya keterbatasan penglihatan ABK sebaiknya dipilih media audio, untuk usia pra-sekolah (TKLB) disesuaikan dengan media-media yang objeknya bersifat nyata sedangkan pada ABK usai dewasa gunakan media yang lebih abstrak, model, gambar dan disesuaikan dengan kekhususannnya.
Cepi Riyana menyampaikan bahwa hadirnya multimedia hanya sebagai media alternative bagi anak kebutuhan khusus. Multimedia yang dimaksud harus mengandung unsur “VASTI” ; video, animasi, suara, teks, image (gambar).
Dosen jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan – UPI Bandung ini menyinggung tahapan pengembangan model multimedia bagi ABK antara lain dimulai dari Analisis, Desain dan Pengembangan, Diseminasi (Penyebarluasan), Implementasi dan Monitoring-Evaluasi. Tahapan tersebut masih termasuk dalam tahapan yang paling mendasar. Lebih lanjut akan disempurnakan melalui tahapan secara lebih mendalam. Diantaranya, menentukan standar minimal perangkat lunak yang akan digunakan, pembuatan naskah/storyboard, pembuatan animasi/programming, reviu/testing program hingga pada tahapan yang paling puncak yaitu finalisasi dan packaging.
Model multimedia untuk ABK dapat berjalan apabila BPMPK memiliki mindset pengembangan yang didukung oleh kebijakan yang mendukung, kurikulum yang relevan, guru yang profesional dan yang tak kalah penting adalah dukungan orang tua dan masyarakat.
Narasumber asal Bandung ini juga menjelaskan prinsip umum Layanan ABK yaitu desain media spesifik sesuai dengan jenis ABK dan harus simple (sederhana) dengan kriteria sebagai berikut : dapat diulang (repeatable) & handal, aman (secure), menarik perhatian, interaktif – melibatkan siswa, merupakan alat bantu guru dan juga merupakan alat bantu belajar mandiri bagi siswa.
Ketiga narasumber yang dihadirkan oleh BPMPK masing-masing memberikan masukan dan referensi yang sangat membantu bagi terciptanya sebuah model multimedia bagi ABK. Semua materi narasumber dapat diakses di sini.
Kegiatan yang diselenggarakan pada tanggal 15 – 17 Mei 2017 di Hotel Lorin Solo ini selain narasumber yang diundang khusus untuk memberikan gambaran mengenai ABK sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, peserta dalam kegiatan Perancangan model multimedia untuk ABK juga melibatkan dari guru-guru SLB (Sekolah Luar Biasa) dari Semarang dan Bantul DIY, dosen-dosen PLB dari Surakarta dan Yogyakarta serta melibatkan para praktisi dari SEAMEO SEAMOLEC dan juga komunitas Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN) Kota Semarang dan tentunya teman-teman dari BPMPK.
Peserta yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan masukan-masukan yang cukup kuat untuk melahirkan sebuah model multimedia. Mengapa mengundang guru dan dosen? Karena diharapkan mampu memberikan masukan yang lebih akurat, dalam hal ini guru lebih memahami anak/siswa ABK sementara dosen diharapkan dapat memberikan ilmu dan pengatahuan yang relevan dengan ABK. Tidak lupa pula praktisi dilibatkan dalam hal kaitannya bagaiamana pola media bagi ABK ini dibuat. Para praktisi lebih menguasai secara teknis dan tata letak sebuah program/aplikasi.
Setelah para narasumber memberikan pemaparan, kegiatan ini dilanjutkan dengan FGD (Focus Group Discussion) semacam kelompok diskusi. Kelompok dibagi menjadi 2 kategori besar yakni BKPBI (Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama) sedangkan 2 kelompok lainnya membahas mengenai Vokasi atau keterampilan bagi ABK.
Berikut kisi-kisi pertanyaan untuk diskusi kelompok :
- Format sajian materi yang tepat untuk ABK (misal tutorial, simulasi, games, dsb.)
- Identifikasi pokok bahasan/materi yang dapat dimultimediakan
- Draft GBIM dan JM untuk salah satu pokok bahasan/materi yang telah diidentifikasi
- Draft format naskah untuk salah satu pokok bahasan/materi yang telah diidentifikasi
- Strategi pemanfaatan multimedia pembelajaran ABK
- Pewarnaan yang tepat multimedia pembelajaran untuk ABK
- Jenis dan ukuran font yang tepat multimedia pembelajaran untuk ABK
- Contoh desain tampilan multimedia pembelajaran untuk ABK
Sesi diskusi dibahas oleh peserta dengan komposisi guru, dosen, praktisi serta teman-teman dari BPMPK itu sendiri. Hasil akhir dari diskusi ini dipanelkan untuk selanjutnya dapat ditanggapi oleh kelompok yang lainnya.
Ada yang menarik menurut hemat penulis saat sesi pleno hasil FGD berlangsung. Anak Berkebutuhan Khusus memerlukan pola komunikasi yang khusus pula. Di Indonesia terdapat lembaga atau semacam komunitas yang membidangi bahasa khusus untuk ABK. Ada SIBI dan BISINDO. Lembaga tersebut sama-sama menahkodai bahasa isyarat bagi anak berkebutuhan khusus.
Kedua lembaga ini memiliki perannya masing-masing. SIBI merupakan lembaga resmi yang digawangi oleh pemerintah sedangkan BISINDO merupakan komunitas yang diprakarsai oleh non-pemerintah. SIBI lebih mengutamakan kata, sedangkan BISINDO mengedepankan kalimat atau bahkan kedua-duanya. Para penyandang ketunaan lebih cenderung menggunakan BISINDO daripada SIBI karena alasan kemudahan saat melakukan pola-pola komunikasi.
Selain bahasa isyarat yang cukup menyita perhatian dalam kegiatan Perancangan ini, terdapat pula format sajian yang bahkan cukup penting juga untuk dilakukan pembahasan secara detail. Usulan format sajian media yang muncul dari diskusi tersebut adalah tutorial, modeling atau bahkan gabungan antara keduanya yaitu tutorial dan modeling. Ada pula yang menawarkan dalam format game/permainan yang menarik.
Format sajian media juga menjadi penting akan lahirnya model multimedia untuk ABK. Setelah itu bagaimana selanjutnya mengenai aplikasi yang akan dikembangkan? Dalam bentuk aplikasi yang dapat dijalankan di PC/komputer atau yang lebih mobile dengan aplikasi yang bersifat teranam di smartphone. Kedua format aplikasi tersebut sama-sama menarik untuk dikembangkan.
Hasil diksusi (FGD) tersebut dapat diakses di sini.
Perancangan ini akan menghasilkan semacam Grand Design Model Multimedia untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Baru setelah itu masuk ke dapur produksi untuk diolah hingga lahirlah model multimedia untuk ABK yang siap digunakan oleh saudara-saudara kita yang memerlukan pelayanan khusus.
Tunggu hasil akhir dari kegiatan Analisis Kebutuhan – Perancangan yang telah diselenggarakan oleh BPMPK sampai pada munculnya sebuah produk atau program atau aplikasi atau apapun istilah yang sewilayah dengannya.
Semarang, 30 Mei 2017
Bentar Saputro
Seksi Perancangan Model – BPMPK Kemendikbud
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H