Fatih menggotong lelaki yang diikat itu dan membawanya masuk. Dia mendudukkan lelaki itu di samping Fitri yang masih tergeletak pingsang.Â
" Siapa namamu?" Tanya Rahman.
" Mike, Pak." Lelaki itu ketakutan. Tubuhnya gemetar. Tampak memar cukup banyak dibagian mukanya.
" Kau asli mana?" Tanya Fatih.
" Medan Bang."
" Owh, Anak medan rupanya kau." Fatih tertawa mengejek. " Kamu kira setelah membuat malu keluargaku dengan menghamili Adik perempuanku, kamu bisa hidup tenang?" Fatih mengunus parang yang diselipkan pada jaketnya.Â
" Sudah. Aku tidak ingin pertumpahan darah terjadi di saat kelahiran generasi baru keluarga kita." Fatah mencoba menengahi.
" Generasi baru?" Rahman berdiri sambil menggenggam erat perjalin, yang dia percaya dapat melumpuhkan semua jurus kebal. "Kau ingin memasukkan anak haram kedalam anggota keluarga kita?"
Fatah berdiri dan membalikkan badannya, sehingga ayahnya sekarang berada di belakang punggungnya. " baik, dia anggota keluargaku. Dia anak dari adikku. Tidak peduli kalian mengakuinya atau tidak." Fatih menghadapi tantangan ayahnya. Dia membalikkan badannya kembali. "Seandainyapun berdosa, itu dosa Fitri orang tuanya. Aku tidak ingin anaknya ikut menanggung akibatnya." Tegas Fatah.
Fitri sadarkan diri. Fatah kembali menggendong adiknya, membawanya keluar. Di depan rumah, mobil alphard miliknya telah menunggu tepat di depan teras. Di sana, istri cantiknya membukakan pintu untuk Fitri dan dirinya. Kemudian istrinya berlari untuk mengabil bayi yang dijaga Sasa. Dia membawa bayi itu dan Sasa mengikutinya dari belakang.Â
Fatih merasakan kejanggalan. Mike yang jauh-jauh dia datangkan dari kota sama sekali tidak mempengaruhi Fitri ataupun membuat Fitri merasakan simpati.