Penggunaan bahasa Inggris saat ini juga kian semakin umum digunakan di Jogja, terutama di tempat-tempat wisata dan destinasi internasional seperti Jalan Prawirotaman, Malioboro, dan lain-lain.
Etika dan Tata Krama
Jogja merupakan kota yang masih sangat menjunjung tinggi tata krama, etika, serta nilai-nilai luhur yang ada. Jogja memiliki budaya yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, seperti pada penggunaan cara menyapa yang sopan serta penggunaan bahasa yang tepat (krama hinggil) menyesuaikan dengan lawan bicara, adat menyapa, adat basa-basi, serta adat bersalaman.Â
Oleh karena itu, hal ini sangat penting untuk dipahami oleh para perantau yang datang dari luar Jogja agar dapat menjaga lingkungan sosial yang harmonis.
Kuliner
Jogja juga memiliki beberapa makanan kuliner khas dan beragam, seperti contohnya gudeg Jogja, bakpia, juga sate klathak yang juga mencerminkan budaya dan identitas Jogja.Â
Secara garis besar, kuliner atau makanan-makanan khas Jogja memiliki cita rasa yang cenderung manis. Namun juga tidak dapat dihindari bahwa tidak semua pendatang cocok akan cita rasa manis dalam makanan.Â
Oleh karena itu, saat ini di Jogja banyak didirikan restoran-restoran atau tempat makan dari berbagai deaerah seperti halnya masakan padang, nasi uduk, lapo batak, soto lamongan, masakan cina, dan berbagai jenis kuliner lainnya.
Seni dan Budaya
Jogja memiliki seni dan budaya yang amat sangat kaya dan beragam, seperti seni tari, seni lukis, seni musik, dan seni pahat. Sebagai kota yang dimana proses percampuran budaya atau akulturasi terjadi dengan mudah, Jogja menjadi tempat lahirnya band-band atau kelompok-kelompok musik yang kaya akan jenisnya.Â
Sebagai contoh ialah band Loststroom. Dalam lagunya yang berjudul ‘Jogjakarta’, Loststroom berhasil memikat para pendengarnya dengan harmoni paduan antara kentrung Jawa dengan kultur musik ala-ala reggae ska dari barat.Â