Mohon tunggu...
Bentang Sayap Rajawali
Bentang Sayap Rajawali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kepemimpinan Kim Jong-Un di Mata Rakyatnya

8 Oktober 2022   20:02 Diperbarui: 8 Oktober 2022   20:15 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kim Jong-Un adalah pemimpin tertinggi negara Korea Utara. Kim Jong-Un menjabat sejak kematian ayahnya, Kim Jong-Il pada tahun 2011. Sebelumnya, Kim Jong-Un juga sempat menjabat sebagai Sekretaris Pertama Partai Buruh Korea, Ketua Pertama Komisi Militer Pusat Partai Buruh Korea, Panglima Tertinggi Tentara Rakyat Korea, dan Politbiro Partai Buruh Korea.


Seiring berjalannya kepemimpinannya sebagai pemimpin tertinggi di negara Hermit Kingdom tersebut, Kim Jong-Un kerap kali membuat dunia heboh akan aksi-aksi militernya yang kontroversial. Mulai dari mengeksekusi mati lawan-lawan politiknya, ujicoba senjata nuklir, bahkan ia juga dikabarkan mengeksekusi kakak serta pamannya.


Hal tersebut tentunya memicu berbagai reaksi negatif dari dunia luar. Dunia mengacap Kim Jong-Un sebagai pemimpin yang brutal, kejam, dan nyeleneh. Kim Jong-Un dianggap telah melakukan kejahatan hak asasi manusia yang berat. Bahkan Donald Trump sempat menyebut Kim Jong-Un dengan sebutam "Rocket Man" yang berarti "laki-laki roket".


Namun terlepas dari tindakannya yang brutal dan keji terhadap lawan-lawan politiknya serta para pembelot, Kim Jong-un berusaha mencitrakan dirinya sebagai pemimpin yang lebih menjangkau rakyat, tidak kuno, mengikuti perkembangan zaman, dan lebih ramah ketimbang ayahnya. 

Dia menikahi seorang gadis muda dari keluarga terpandang bernama Ri Sol-ju. Sejumlah bukti fisik menggambarkan Kim Jong-un memeluk, melambai, dan tersenyum saat berkunjung ke berbagai kota dan desa. 

Ia juga gemar menaiki roller coaster, bermain ski, dan berpacu kuda. Namun seperti yang kita telah ketahui, pemerintah Korea Utara tentunya sangat membatasi dan menyaring informasi-informasi yang dapat diakses dan diterima di penjuru negeri. 

Dalam kata lain, tidak ada media massa yang mengkritik pemerintah dan memberitakan kekurangan daripada rezim. Tidak seluruh informasi-informasi faktual dapat diterima dengan jelas oleh rakyat. Lantas bagaimana pendapat warga Korea Utara akan pemimpinnya sendiri?

Dimata rakyat Korea Utara, Kim Jong-Un dipandang sebagai sosok yang populer, dikagumi, berkharisma, pemimpin yang hebat dan ditakuti. Orang-orang berbondong-bondong untuk menunjukan loyalitasnya terhadap rezim demi kesejahteraan hidupnya.

Bahkan saat Kim Jong-Un hadir dalam publik, semua orang bertepuk tangan bahkan menangis karena sangat mengagumi pemimpinnya. Keluarga Kim sedari dahulu selalu mendoktrin rakyatnya.  Hal ini membuat warga Korea Utara sendiri mengkultuskan keluarga Kim yang menjadikan mereka patuh terhadap statement apapun yang pemimpin keluarkan.

Membahas tentang pandangan rakyat negara Korea Utara terhadap pemimpinnya sendiri tentunya timbul berbagai persepsi yang berbeda dari berbagai kalangan-kalangan di negara tersebut. Bagi kalangan tentara dan kaum elit yang hidup dengan fasilitas yang memadai juga berkecukupan, tentunya Kim Jong-Un dianggap sebagai pemimpin yang hebat, tegas, mensejahterakan rakyatnya, dan lain-lain. 

Bagi para pembelot, tentunya menganggap bahwa rezim Kim Jong-Un merupakan rezim pemerintahan yang kejam, brutal, serta melanggar hak asasi manisia. Tetapi, apakah kaum proletar seperti kaum buruh dan petani juga beranggapan seperti itu?

Hingga saat ini, sumber mengenai pendapat rakyat Korea Utara mengenai pemimpinnya terbilang masih sangat sedikit. Korea Utara merupakan negara yang sangat tertutup bahkan kebebasan wartawan dalam meliput dan turis pun sangat dibatasi. BBC pernah berkesempatan untuk mewawancarai mantan Duta Besar Korea Utara untuk Kuwait, Ryu Hyun Woo. Ryu Hyun Woo membelot kabur ke Korea Selatan pada September 2019.

Ryu Hyun Woo dalam wawancaranya mengungkapkan bahwa ada keraguan pada kaum elit di Korea Utara pada saat Kim Jong-Un digadang-gadang menjadi calon suksesi ayahnya. Ryu Hyun Woo dan rekan-rekannya merasa jengkel akan sistem kepemimpinan di Korea Utara yang turun temurun dari ayah ke anak.

Kim Jong-Un dinilai tak layak dalam memimpin Korea Utara, apalagi pada saat itu usianya masih terbilang belia, yakni 27 tahun. Keluarga Kim telah memerintah sejak negara Korea Utara dibentuk pada 1948. Masyarakat telah didoktrin bahwa garis darah Keluarga Kim tersebut adalah suci. Ini lah cara mereka melegitimasi dinasti.

Lagi, seorang dokter asal kota Hyesan yang telah melarikan diri pada tahun 2014 mengungkapkan bahwa hidup di Korea Utara seperti menganut sebuah agama. Sedari kecil, anak-anak diajarkan semua hal tentang keluarga Kim. Anak-anak di doktrin bahwa keluarga Kim adalah tuhan, yang harus dipatuhi hingga akhir hayat. 

Dokter ini juga mengungkapkan bahwa kaum elit mendapatkan perlakuan yang baik untuk menjamin sistem pemerintahan berjalan dengan baik. Namun ia menganggap bahwa perlakuan baik itu tidak berlaku bagi rakyat kelas bawah.

Citra Kim Jong-Un di negaranya tentunya tidak lepas dari pengaruh media di Korea Utara. Sama hal nya dengan yang terjadi di negara berpaham sosialis komunis pada zaman dahulu, Korea Utara sangatlah mengatur informasi yang dapat diterima oleh masyarakat. 

Bahkan, akses internet ke negara asing hanya dapat dilakukan oleh tentara dan kaum-kaum elit. Media massa yang ada di Korea Utara selalu menampilkan konten-konten propaganda yang membangun pandangan positif dari rakyat akan rezim pemerintahan Kim Jong-Un.

Sudah jelas masih banyak lagi orang-orang yang memiliki pandangan seperti Ryu Hyun Woo dan juga seorang dokter lokal tersebut. Namun, Korea Utara merupakan negara yang tidak memiliki kebebasan berpendapat, sehingga pendapat-pendapat dan keinginan untuk melarikan diri seperti itu hanya terpendam hingga waktu yang tidak mereka ketahui pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun