Mohon tunggu...
Benny Wirawan
Benny Wirawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kedokteran dan blogger sosial-politik. Bisa Anda hubungi di https://www.instagram.com/bennywirawan/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Catatan Pojok Kota Sydney

18 Februari 2019   13:56 Diperbarui: 19 Februari 2019   12:24 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: thirdsector.com.au

Hatiku menggerakkan badan sebelum otakku memutuskan. Kuhampiri dia lalu kusapa, "Hei, cuaca hari ini panas sekali. Apa kau punya cukup air?"

Wanita itu mendongak tanpa berkata, memandangku yang  berlutut di atasnya dengan wajah mengibakan. Tanpa menunggu jawaban aku serahkan botol air dingin itu ke tangannya sambil berkata lagi, "Ini. Ambilah."

"Ooh, terima kasih banyak. Tuhan memberkatimu nak," katanya lagi dengan suara bergetar.

Aku terlalu terguncang untuk menjawab, hanya bisa menggumamkan sesuatu yang maksudnya berbunyi, "Tak apa, Bu."

Aku mulai melangkah menjauh, menuju elevator dan kembali menjelajah kota canggih berperadaban maju ini ketika kudengar ia memanggilku.

"Hei, bisakah tolong kau bukakan botol ini? Aku tak bisa," katanya dengan tangan gemetar seperti penderita Parkinson. Suaraku tercekat. Aku tak bisa berkata apa selain mendekat dan membukakan tutup botol itu untuknya.

"Terima kasih, Nak. Terima kasih banyak. Tuhan memberkatimu," katanya lagi.

Aku terlalu terguncang untuk menjawab. Hanya bisa mengangguk dan berusaha tersenyum, lalu aku berlalu memasuki stasiun bersama pria dan wanita pejabat kota yang bahkan tidak melirik wanita yang tergeletak di tanah itu.

Kembali aku duduk di dalam kereta, mengintip gedung-gedung tinggi dari jendela. Kota yang maju dengan infrastruktur canggih. Masyarakat beradab yang menjamin kebutuhan warganya dengan hukum, perpajakan, dan subsidi silang. 

Komunitas beradab yang membiarkan seorang wanita lansia tunawisma tertidur dan membusuk di depan gedung wakil rakyat tanpa sedikitpun meliriknya.

Luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun