Mohon tunggu...
Benny Wirawan
Benny Wirawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kedokteran dan blogger sosial-politik. Bisa Anda hubungi di https://www.instagram.com/bennywirawan/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Narsih, Bagian Dua

30 Januari 2019   16:30 Diperbarui: 30 Januari 2019   16:32 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tentu tidak. Aku tak ingin ia menghadapi pilihanku. Aku bahkan tak ingin ia merasakan kehidupanku. Ia sudah cukup menderita dalam sebelas tahun pertama hidupnya," jawab Narsih.

"Lalu apa kau keberatan jika ia kubesarkan menjadi cerminanku, taat dan patuh pada aturan surga dan manusia?"

"Aku keberatan," jawab Narsih singkat.

"Lalu apa yang kaumau untuknya?"

"Aku mau ia memilih sendiri jalannya. Aku mau ia sendiri yang berkuasa atas nasibnya," terang Narsih.

Kedua kembarannya itu tak banyak berkata setelah itu. Asih masih bungkam, tak mengungkapkan pendapatnya atas dasar pilihan hidup Narsih sebagai pelacur. Tak pula ia mengungkapkan isi hatinya mengenai pesan Narsih untuk membiarkan Adinda memilih jalan hidupnya sendiri. Narsih tak bisa berbuat banyak menghadapi bisu adiknya. Ia hanya bisa berharap, semoga tak akan kehilangan manusia terakhir yang masih dicintanya dari hidupnya yang lama.

Tak lama kemudian Asih pamit. Malam sudah turun ketika itu dan ia harus menyiapkan makan malam bagi Mas Bram katanya. Mereka berpelukkan, mencium pipi kanan dan kiri sambil mengucapkan pesan agar menjaga kesehatan. Mereka saling mengucapkan salam perpisahan dan harapan agar segera berjumpa kembali. Akhirnya Asih pergi tanpa menyatakan isi hatinya, tanpa menanggapi curahan kisah Narsih.

Setelahnya Narsih pergi ke kamar mandi wanita. Ia pulas kembali riasannya yang sedikit rusak karena genangan air mata dan emosi yang meluap. Sedikit pupur dan pemerah pipi, sedikit penggaris alis dan gincu di bibir. Ia tatap bayangannya di dalam cermin. Cantik.

"Apa yang kau inginkan sekarang?" tanya Narsih pada bayangan cerminnya.

Tak ada jawaban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun