Mohon tunggu...
Benny Wirawan
Benny Wirawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kedokteran dan blogger sosial-politik. Bisa Anda hubungi di https://www.instagram.com/bennywirawan/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kisruh APBD DKI 2018 adalah Warisan Ahok

2 Desember 2017   15:32 Diperbarui: 2 Desember 2017   15:35 10722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini, pasca Ahok kalah Pilkada, posisinya terbalik. Yang tadinya jadi oposisi Ahok kini menjadi pemerintah. Para Sahabat Ahok menjadi oposisi. Tetapi pola politik pemerintah-oposisi ini bertahan. Kini giliran pendukung Ahok yang bertubi-tubi melancarkan kritik dan komplen. Institusi e-budgeting pun dijadikan senjata, mencari-cari kesalahan petahana Anies-Sandi dalam pengelolaan uang rakyat.

Skema politik pemerintah-oposisi ini sebenarnya tidak akan menjadi masalah untuk pemimpin yang kompeten. Buktinya, Ahok berhasil bertahan, bahkan menjawab dan balik mempertanyakan, semua kritikusnya. Tiap pertanyaan mengenai anggaran dan kebijakan dijawab dengan data dan dasar-dasar hukum. 

Masalahnya, Anies-Sandi masih bersifat baru, newbie,dalam urusan tata kelola pemerintahan. Lihatlah dari jawaban dan klarifikasi yang mereka berikan. Sandiaga Uno, contohnya, menjawab urgensi kolam seharga Rp 620 juta karena 'air adalah sumber kehidupan'. Anies pun seolah tidak mampu bangkit menjawab tantangan ini. Jawaban terseringnya terhadap kritik adalah berterima kasih karena telah dikritik lalu melempar masalah pada administrasi Ahok-Djarot pendahulunya. 

Jawaban dan pelemparan tanggung jawab ini sering kali mudah dipatahkan dengan fakta. Misalnya, saat Anies melempar tanggung jawab atas penggelembungan RAPBD pada Ahok-Djarot, Tirto melancarkan artikel investigatif yang menemukan peningkatan anggaran terjadi pasca pelantikan Anies-Sandi. Bahkan, Banggar DPRD DKI Jakarta menunda pembahasan RAPBD dari Mei hingga Oktober menunggu Anies-Sandi dilantik. 

Masyarakat Jakarta, khususnya pendukung Ahok, sudah berkembang secara politik dan tidak dapat lagi terima jawaban seperti ini. Mereka pun melancarkan fact checkingsecara swadaya memanfaatkan institusi transparansi yang ditegakkan Ahok, seperti e-budgeting.

Jadi, adanya kisruh pembahasan dan pengesahan APBD DKI Jakarta 2018 memang benar-benar warisan Ahok untuk Jakarta dan Anies-Sandi. Warisan tersebut berupa institusi transparansi, pola politik yang meningkatkan akuntabilitas, dan meningkatkan standar komunikasi politik di Jakarta. Semoga warisan ini dapat dimanfaatkan oleh segenap warga Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun