Penggunaan material komposit ringan namun kuat, seperti serat karbon, memungkinkan kendaraan terbang memiliki bobot yang rendah sambil tetap menjaga kekuatan dan keamanannya.
Status pengembangan saat ini menunjukkan bahwa kendaraan terbang bukan lagi sekadar konsep. Beberapa perusahaan besar, seperti Uber Elevate, Volocopter, dan Lilium, telah melakukan uji coba prototipe mereka. Di sisi lain, Airbus dan Boeing juga berinvestasi dalam proyek kendaraan terbang untuk transportasi perkotaan. Meskipun banyak prototipe telah berhasil melakukan penerbangan uji, mereka masih berada dalam tahap pengembangan dan penyempurnaan lebih lanjut sebelum siap untuk dioperasikan secara komersial.
Kendala yang Dihadapi dalam Mewujudkan Kendaraan Terbang sebagai Alat Transportasi Umum
Meskipun teknologi kendaraan terbang berkembang pesat, beberapa kendala signifikan harus diatasi untuk menjadikannya sebagai alat transportasi umum:
1. Regulasi dan Kebijakan:
Kendaraan terbang menghadirkan tantangan regulasi yang kompleks. Otoritas penerbangan seperti FAA di Amerika Serikat dan EASA di Eropa perlu menetapkan standar keselamatan baru untuk kendaraan ini. Selain itu, peraturan lalu lintas udara untuk mengelola jalur penerbangan di area perkotaan yang padat juga perlu dikembangkan.
2. Infrastruktur:
Infrastruktur yang mendukung kendaraan terbang, seperti "vertiport" untuk lepas landas dan mendarat, belum banyak tersedia. Membangun jaringan vertiport di berbagai kota akan membutuhkan investasi besar dan perencanaan matang, termasuk mengintegrasikannya dengan moda transportasi darat yang ada.
3. Keamanan dan Keselamatan:
Kendaraan terbang harus memenuhi standar keselamatan yang sangat ketat. Risiko kecelakaan di area perkotaan sangat tinggi, sehingga teknologi otonom dan sistem kontrol penerbangan harus sangat andal. Uji coba dan sertifikasi yang ekstensif diperlukan untuk memastikan bahwa kendaraan terbang aman digunakan oleh masyarakat umum.
4. Keterbatasan Teknologi Baterai: