“Tambang memang mengubah bentang alam. Jadi harus diperbaiki setelahnya,” tegas Aryo Prawoto. Maka tidak heran jika di dunia tambang dikenal pula istilah manajemen tanah. Salah satu manajemen tanah misalnya adalah menentukan tanah paling subur agar tidak digarap sembarangan. “Orang tambang itu sebenarnya sangat disiplin karena banyak aturannya.”
Kurang Informasi, Masyarakat Jadi Alergi
Film dokumenter ini dibuka dengan sebuah ekspedisi pendakian di pegunungan tengah Papua yang ditutup gletser oleh ahli geologi minyak bumi dari Belanda bernama Jean Jacques Dozy pada tahun 1930. Dozy menemukan apa yang kemudian dikenal sebagai endapan tembaga terbesar di dunia yang berada di atas permukaan tanah.
Endapan tembaga tersebut baru benar-benar diteliti pada tahun 1960 ketika Kepala Bagian Geologi Freeport Sulphur Company Forbes Wilson mengadakan ekspedisi ke sana. Endapan tembaga Erstberg yang terletak di atas sekitar 12.000 kaki di atas permukaan laut mengandung lebih dari 30 juta ton tembaga kadar tinggi.
Tantangan besar berikutnya adalah membangun prasarana untuk menggarap endapan nun jauh di sana. Maka sebuah tim terdiri atas pereka teknik, pekerja konstruksi dan karyawan pembantu lainnya menembus rawa-rawa hutan bakau serta hutan tropis menuju pegunungan tinggi.
Mulai dari kontruksi fasilitas pelabuhan dekat laut Arafura hingga ke area tambang, dan pabrik di Pegunungan Jayawijaya. Bahkan jalan harus dibangun dari dataran rendah ke pegunungan untuk mengangkut karyawan dan ribuan ton materi untuk operasi tersebut.
Pada titik mil 68 dibangun sebuah kota Tembagapura yang didiami karyawan dan keluarga mereka sebagia pusat komando pengoperasian. Pada tahun 1972 rampunglah semua pekerjaan pembangunan pabrik dan fasilitas untuk mulai penambangan. Pada Desember 1972 untuk pertama kalinya pengapalan konsentrat tembaga dari Pelabuhan Amamapare.
Pada tahun 1973, Presiden Soeharto kemudian meresmikan pengoperasian Erstberg sebagai perintis penanaman modal asing di Indonesia.
Terus terang saya sempat merinding juga melihat visualisasi masa awal pembangunan PTFI. Melihat bagaimana alat-alat kontruksi dibawa memakai helikopter, termasuk matabor raksasa pertama yang akan digunakan di sana. Tentu saja seiring waktu berjalan, daerah pertambangan maupun sekitarnya sudah jauh berkembang saat ini. Itu bisa dilihat oleh saya di website PTFI. Dan orang selalu melihat PTFI saat ini sebagai perusahaan tambang yang enak dan modern.
Saat ini berdasarkan Kontrak Karya (KK) MOU 25 Juli 2014, PTFI memiliki luas 212.950 hektar yang akan dikurangi menjadi 90.360 hektar, termasuk blok eksplorasi. Dari ketenagakerjaan per Desember 2015 PTFI telah menyerap tenagakerja sebanyak 32.416 baik karyawan PTFI maupun kontraktor. Dari 12.085 karyawan, komposisi non Papua mencapai 7.612 orang, asli Papua 4.321 orang, dan pekerja asing 152 orang.