Mohon tunggu...
Benny Rhamdani
Benny Rhamdani Mohon Tunggu... Novelis - Kreator Konten

Menulislah hal yang bermanfaat sebanyak mungkin, sebelum seseorang menuliskan namamu di nisan kuburmu. | Subscribe YouTube @bennyinfo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjadikan Ajang Obral Buku sebagai Ladang Amal

21 Oktober 2016   13:19 Diperbarui: 21 Oktober 2016   20:33 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini banyak sekali ajang obral buku digelar di berbagai penjuru kota. Alhasil banyak kutu buku yang mengaku kalap dan habis-habisan menguras isi dompet. Saking tak terkendalinya, ‘kalaper buku’ itu tak memikirkan waktu untuk membacanya. Akhirnya buku yang diborong menumpuk di sudut kamar. Dari puluhan buku yang dibeli, tak sampai sepuluh yang dibaca hingga datang acara obral buku berikutnya.

Tumpukan buku itu kemudian disusutkan dengan menghibahkannya ke teman, saudara maupun kegiatan literasi di masyarakat. Sayangnya, tidak melulu buku yang dibeli bertemu jodoh yang pas, karena jenis buku dan target hibah tidak nyambung.

Saya termasuk orang seperti di atas beberapa tahun silam. Tapi saya kemudian menyeting diri saya sendiri setiap ada ajang obral buku, kalaplah tapi harus terkendali. Jadi saya hanya memberi buku-buku sesuai selera pribadi saya. Setidaknya lima judul. Tapi saya akan membeli buku anak-anak jauh lebih banyak sesuai budget di dompet. Buat apa?

Sejak beberapa tahun terakhir ini, saya kerap mengikuti kegiatan dinas  dari kantor dan ajang blogger hingga ke luar kota, bahkan luar pulau. Menurut saya, hal paling cocok untuk dihadiahkan kepada masyarakat setempat adalah buku bacaan anak-anak. Saya menambah amunisi buku untuk kegiatan pribadi saya dengan menyambangi event obral buku yang supermurah.

Tema buku anak-anak relatif abadi, sehingga tidak ada masalah jika saya mengumpulkan buku dari ajang buku murah, yang notabene bukunya sudah terbit lebih dari dua tahun.  Buku anak karya penulis lokal dan bertema lokal merupakan prioritas. Barulah jika terbatas jumahnya saya pilihkan buku terjemahan. Itu pun lebih kepada jenis buku-buku pengetahuan.

Ke Papua Barat

Donasi buku bisa manfaatkan event buku murah. (foto: Raiyani)
Donasi buku bisa manfaatkan event buku murah. (foto: Raiyani)
Minggu ini di Bandung digelar cuci gudang group penerbit Gramedia. Tentu ini sebuah kabar baik buat saya. Saya memang menunggu kegiatan obral buku karena berencana akan ke Bali pada November ini. Selain itu, saya juga tengah mendukung teman saya seorang fotografer Raiyani Muharamah yang bersedia bagasinya dititipkan donasi buku untuk anak-anak di Pegunungan Arfak, Papua Barat.

Kebetulan juga saya dan Raiyani berada di satu group Whattss App mantan peserta bootcamp tambang. Tiba-tiba salah seorang anggota menitipkan uang kepada saya untuk membeli buku obral. Uang tersebut sebenarnya milik bersama group. Tak ada satu pun yang keberatan dengan usulan itu. Senang rasanya ketika saya membelanjakan uang itu untuk memborong buku anak-anak.

Coba sekarang tutup mata Anda. Bayangkan di sebuah tempat yang jauh dari Indonesia, di sebuah perpustakaan, anak-anak masuk ke dalamnya lalu menemukan buku-buku yang Anda donasikan kepada mereka. Anak-anak itu tersenyum ceria lalu berusaha membaca buku-buku cerita yang sangat menarik itu.

Keren, kan?

Paket buku yang siap dikirimkan hasil borong di obral buku. (Foto: Ida Mulyani)
Paket buku yang siap dikirimkan hasil borong di obral buku. (Foto: Ida Mulyani)
Ternyata kebiasaan memanfaatkan acara obral buku untuk kegiatan donasi buku juga banyak dilakukan teman-teman saya. Seorang penerjemah bernama Krismariana mengaku sengaja memborong di acara buku murah. “Aku pribadi membeli beberapa buku lalu menyumbangkannya. Dan sempat juga membantu teman yg mau mengisi perpus sekolahnya yg ada di luar Jawa dengan membelikan buku2 obral dari sini," ujarnya.

Sementara itu penulis dan pegiat literasi Ida Mulyani Robit melakukan aksi borong buku murah tiga bulan lalu. “Motivasi saya berbagi rezeki berupa buku yang layak dibaca untuk menambah ilmu atau wawasan di tempat yang membutuhkan seperti  taman bacaan. Kalau dibeli untuk sendiri, tidak mungkin dibaca dalam waktu singkat. Mubazir informasi yang ada di dalam isi buku, kalau tidak disebarkan,” jelasnya.

Sedangkan penulis Syifa Kalimatussa’adah setiap ada buku murah selalu tak tahan untuk memborong. “Soalnya bisa saya bagikan kepada yang membutuhkan. Nggak jauh-jauh sih. Kebetulan di dekat rumah saya ada madrasah,” ungkapnya.

Saya menuliskan ini tanpa maksud pamer kebaikan. Sungguh bukan. Tapi saya ingin mengetuk hati Anda, yang mungkin kalap nggak jelas di tempat obral buku agar lebih membuka mata hati. Cobalah lihat ajang tersebut sebagai ladang amal untuk kita berbagi dengan anak-anak yang tidak mampu nun jauh dari keriuhan literasi  Indonesia. Yang masih sulit menjangkau buku bacaan yang menarik.  Jika Anda tidak ada waktu memborong sendiri, InsyaAllah banyak pegiat literasi yang tak keberatan dititipkan uang untuk membelanjakannya dan mengirimnya langsung ke daerah yang diinginkan.

Kita tidak ingin selalu direndahkan bangsa lain karena minat baca masyarakatnya yang masih rendah, kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun