[caption id="attachment_344357" align="aligncenter" width="448" caption="Pasar Maluk yang semakin sepi pembeli. (Foto: Benny Rhamdani)"]
Dihentikannya operasi tambang PT NNT, tak hanya berdampak bagi karyawanya, tapi menimpa masyarakat di lingkar tambang. Saat menuju ke terminal Benete, kami bertemu tiga pengojek bermuka lesu.
Para pengojek menceritakan menurunnnya pendapatan mereka sejak banyak karyawan PT NNT dirumahkan. Bahkan jumlah pengojek yang mangkal pun terlihat berkurang. Sebab sebagian pengguna jasa ojek mereka adalah karyawan PT NNT yang tinggal di lingkar tambang.
Mujahidin, 64 tahun, mengungkap penghasilan kotornya sebagai pengojek per hari bisa Rp150.000 di saat PTNNT beroperasi normal. “Sekarang tinggal Rp75.000 per hari. Itu pun yang di bawa ke rumah sekitar Rp50.000,” ujar pria dengan tujuh anak ini dengan tatapan hampa.
[caption id="attachment_344359" align="aligncenter" width="384" caption="Mujahidin bingung mencari tambahan pendapatan untuk keluarganya. (foto: Benny rhamdani)"]
[caption id="attachment_344360" align="aligncenter" width="448" caption="Hanya segelintir pengojek bertahan, karena penumpang pun menurun drastis. (foto: Benny Rhamdani)"]
Mujahidin tidak bisa mengandalkan penghasilan dari lainnya. Bahkan dengan upaya mengambil penumpang di pinggir jalan pun tak akan membantu meningkatkan penghasilannya. “Padahal saya masih punya anak yang harus bayar sekolah,” lirihnya.
Masih di Benete, saya bertemu dengan seorang pedagang bernama Nur, 42 tahun. Perempuan ini sudah berhenti berjualan nasi sejak penghasilannya menurun drastis. “Dulu setiap pagi saya jualan nasi. Penghasilan saya bisa Rp2 juta setiap hari hanya sampai pukul tujuh pagi,” urainya dengan wajah memelas.
[caption id="attachment_344361" align="aligncenter" width="427" caption="Nur gelisah dengan masa depan warungnya. (Foto: Benny Rhamdani)"]
Saat ini, Nur hanya mengandalkan dagangan yang tersisa seperti makanan kecil dan minuman ringan untuk mengais rejeki. Tak banyak yang bisa diharapkan. Perempuan yang sudah ditinggal suaminya (karena tewas jadi korban perampokan) ini kebingungan harus membiayai empat anaknya. Belum lagi harus membayar sewa kios bulanan.
“Tidak tahu kapan ini bisa kembali lagi ya?” tanyanya pasrah.