[caption id="attachment_383281" align="aligncenter" width="387" caption="Menjelang Hari Raya Galungan, pasar tradisional Sindhu di Sanur Bali, tampak sibuk. (foto: Benny Rhamdani)"]
Masih ada upacara lainnya, yakni Sugihan Jawa, hari pembersihan/penyucian segala sesuatu yang berada di luar diri manusia (Bhuana Agung). Pada hari ini umat melaksanakan upacara yang disebut Mererebu atau Mererebon. Upacara Ngerebon ini dilaksanakan dengan tujuan untuk nyomia/menetralisasi segala sesuatu yang negatif yang berada pada Bhuana Agung disimbolkan dengan pembersihan Merajan, dan Rumah. Pada upacara Ngerebon ini, di lingkungan Sanggah Gede, Panti, Dadya, hingga Pura Kahyangan Tiga/Kahyangan Desa akan menghaturkan banten semampunya. Biasanya untuk wilayah pura akan membuat Guling Babi untuk haturan yang nantinya setelah selesai upacara dagingnya akan dibagikan kepada masyarakat sekitar. Sugihan Jawa dirayakan setiap hari Kamis Wage wuku Sungsang
Lainnya adalah, Sugihan Bali yang memiliki makna penyucian/pembersihan diri sendiri/Bhuana Alit (kata Bali=Wali=dalam). Tata cara pelaksanaannya adalah dengan cara mandi, melakukan pembersihan secara fisik, dan memohon Tirta Gocara kepada Sulinggih sebagai simbolis penyucian jiwa raga untuk menyongsong hari Galungan yang sudah semakin dekat. Sugihan Bali dirayakan setiap hari Jumat Kliwon wuku Sungsang
Masih ada Hari Penyekeban yang memiliki makna filosofis untuk “nyekeb indriya” yang berarti mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama. Hari Penyekeban ini dirayakan setiap Minggu Pahing wuku Dungulan.
Lalu ada Hari Penyajan yang dalam bahasa Bali artinya 'benar', 'serius'. Jadi hari penyajan ini memiliki filosofis untuk memantapkan diri untuk merayakan Hari Raya Galungan. Menurut kepercayaan, pada hari ini umat akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian diri umat Hindu untuk melangkah lebih dekat lagi menuju Galungan. Hari ini dirayakan setiap Senin Pon wuku Dungulan.
Selama beberapa hari ke pasar tradisional di Sanur, Ubud, dan Klungkung, saya melihat kesibukan menyambut Hari Raya Galungan.
Menyaksikan Pemotongan Babi
Saya sempat berada di Klungkung, Bali bertepatan dengan Hari Penampahan yang jatuh sehari sebelum Galungan, tepatnya pada hari Selasa Wage wuku Dungulan. Pada hari ini umat akan disibukkan dengan pembuatan [penjor] sebagai ungkapan syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang diterima selama ini, penjor ini dibuat dari batang bambu melengkung yang diisi hiasan sedemikian rupa.
[caption id="attachment_383282" align="aligncenter" width="451" caption="Satu keluarga di Klungkung, Bali, bergotong-royong menghias dan mendirikan penjor hingga malam. (Foto: Benny Rhamdani)"]
Teman saya, Made tahun ini tidak membuat penjor. "Karena di keluarga saya baru ada kematian," jelasnya. Itu sebabnya tidak semua rumah umat Hindu Bali memasang penjor.
Di beberapa sudut jalan, saya melihat beberapa warga bergotong-royong mendirikan penjor. Ada juga yang satu keluarga dari nenek hingga cucu masih menghias penjor hingga malam. Mengingatkan saya kepada teman-teman Kristiani saat menghias pohon natal.