Mohon tunggu...
Bent Hartz
Bent Hartz Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang Mahasiswa yang masih menempuh studi Teknik Informatika di Universitas Ma Chung, Malang. Memiliki hobi menulis, juga salah seorang penulis di situs Wattpad berbahasa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seniman: Sang pecinta apresiasi

12 Mei 2014   00:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:36 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari, ada seorang jutawan yang lewat. Melihat lukisan anda dari jarak yang masih cukup jauh, kemudian memanggil anda. Tentu dia tidak melihat lukisan itu secara detail karena dia bukan pengamat super yang mampu melihat padi-padi kecil pada jarak yang cukup jauh. Namun tanpa basa-basi, dia menawarkan uang 1 milyar rupiah bila anda mau membuang lukisan itu ke sungai.

Berbeda dengan dibuang ke tempat sampah. Saat lukisan itu dibuang di sungai, maka cat-cat yang sudah dibentuk akan luntur dan mencemari air sungai. Hasil lukisan yang dibuat dengan penuh kerja keras, dengan sangat detail, dan memakan waktu dan hidup anda selama 1 bulan harus menjadi sampah sungai, namun dengan imbalan 1 milyar.

Ingat! 1 milyar atau bisa dibilang seribu juta, sudah cukup untuk masa pensiunan yang mewah selama lebih dari 20 tahun. Dan bila uang itu di masukan ke bank, seberapa besar bunga yang anda dapat? Mungkin anda hanya perlu hidup dengan memakai bunganya saja.

Bila anda melukis sebagai seorang seniman, maka anda tidak akan berpikir dua kali untuk menolak tawaran itu. Kalau saya menjadi pelukis itu, maka saya akan sangat senang, bila lukisan saya dibawa begitu saja, diteliti dan dikritik oleh pelukis professional, kemudian diletakan di gallery atau musium agar bisa di apresiasi oleh banyak orang. Dan saya tidak ingin uang sepeser pun bila saya bisa mendapatkan semua itu.

Itulah yang disebut dengan 'seniman' menurut pendapat saya pribadi.

Seorang dosen atau guru, yang sudah merasakan pahit getirnya masa-masa kuliah, yang sudah berjuang keras menimba ilmu hingga memiliki banyak gelar. Bahkan mungkin sudah berjuang keras (dengan cara yang jujur) hingga bisa mencapai S3. Bila harus memilih antara membagikan ilmunya kepada generasi muda atau uang triliunan, maka sebagai 'Artist of education', seniman edukasi, pasti akan lebih memilih untuk membagikan ilmu-ilmu yang sudah diperjuangkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun