Mohon tunggu...
Bent Hartz
Bent Hartz Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang Mahasiswa yang masih menempuh studi Teknik Informatika di Universitas Ma Chung, Malang. Memiliki hobi menulis, juga salah seorang penulis di situs Wattpad berbahasa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seniman: Sang pecinta apresiasi

12 Mei 2014   00:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:36 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1399798981419554486

Apakah yang terlintas di pikiran anda ketika mendengar kata 'seniman'?

Seorang pelukis? Musisi? Sastrawan?

Dalam bahasa Inggris, seniman disebut juga sebagai 'Artist'. Bila kita konotasikan pada bahasa yang dipakai oleh masyarakat Indonesia saat ini, maka seorang Artist adalah seorang entertainer atau seorang bintang terkenal. Entah dalam bidang perfilman, humor, musik, ataupun acara talk show. Lalu apakah arti kata 'Artist' sesungguhnya?

Saya tidak akan menjelaskan lebih jauh lagi tentang arti kata 'seniman' secara umum maupun teoritis. Tapi saya akan menjelaskan apa arti 'seniman' bagi saya sendiri secara subyektif. Dengan kata lain, yang saya tulis disini adalah murni opini.

Seniman yang saya maksud disini adalah hampir semua pekerjaan yang menghasilkan karya. Karya ini tidak harus berupa barang, namun juga bisa berupa ilmu pengetahuan ataupun ide-ide. Seorang pelukis yang menghasilkan lukisan disebut seniman. Seorang penulis yang menghasilkan tulisan disebut seniman. Seorang guru yang menghasilkan generasi muda berpendidikan juga seorang seniman. Karena itulah, saya menyebut diri saya sebagai 'Artist of words'. Seorang seniman kata-kata. Bukan sastrawan, bukan jurnalis, bukan penulis.

Jadi, apa yang membedakan seniman dengan pekerja? Yang menjadi pemisah antara seni dan pekerjaan hanya satu. Motivasi seniman adalah apresiasi, sedangkan motivasi pekerja adalah uang.

Bayangkan, anda adalah seorang pelukis. Bukan seorang pelukis professional yang bisa menyelesaikan lukisan hanya dalam kurun waktu beberapa jam saja. Pelukis biasa, pelukis amatiran yang baru beberapa hari menjalani dunia lukis.

Anda ingin menghasilkan karya yang sangat bagus. Karya yang sempurna. Kemudian anda punya ide untuk melukis pemandangan sawah. Kalau dipikir-pikir, gambar sawah dengan gunung dan burung camar sudah menjadi hal yang biasa untuk anak TK. Namun anda tidak ingin lukisan ini setingkat anak TK. Anda ingin lukisan ini benar-benar sempurna.

Anda mulai melukis, dengan sangat giat, tekun dan memeras banyak keringat. Lukisan ini bukan lukisan biasa, karena anda melukis secara perlahan tiap detil padi yang begitu kecil. Juga berusaha melukiskan genangan air yang memantulkan cahaya di bawah padi-padi tersebut. Tidak lupa anda menggambarkan seorang petani dan ayam yang setiap bulunya pun di gambar dengan sangat detail.

Karena anda kurang professional, tentu terjadi banyak kesalahan dalam lukisan anda sehingga anda harus berkali-kali menghapus bagian-bagian dari lukisan anda yang jelek dengan warna latar dan mulai melukis ulang. Begitu sulitnya lukisan ini hingga anda menghabiskan waktu 1 bulan hanya untuk menyelesaikannya. Terkadang, anda tidak bisa tidur tengah malam karena memikirkan lukisan anda dan kadang-kadang anda pun lupa makan karena begitu giat melukis. 1 bulan kemudian lukisan itu selesai.

Tentu anda sangat puas. Namun kepuasan itu tidak akan mencapai puncak bila anda belum menunjukannya ke orang lain. Maka anda meletakannya di luar rumah, tentu masih di dalam pagar agar tidak ada yang mencuri. Beberapa orang berlalu-lalang, sembari memperhatikan lukisan anda. Hal ini tentu membuat anda semakin senang, karena pada akhirnya ada yang mau melihat-lihat lukisan anda.

Suatu hari, ada seorang jutawan yang lewat. Melihat lukisan anda dari jarak yang masih cukup jauh, kemudian memanggil anda. Tentu dia tidak melihat lukisan itu secara detail karena dia bukan pengamat super yang mampu melihat padi-padi kecil pada jarak yang cukup jauh. Namun tanpa basa-basi, dia menawarkan uang 1 milyar rupiah bila anda mau membuang lukisan itu ke sungai.

Berbeda dengan dibuang ke tempat sampah. Saat lukisan itu dibuang di sungai, maka cat-cat yang sudah dibentuk akan luntur dan mencemari air sungai. Hasil lukisan yang dibuat dengan penuh kerja keras, dengan sangat detail, dan memakan waktu dan hidup anda selama 1 bulan harus menjadi sampah sungai, namun dengan imbalan 1 milyar.

Ingat! 1 milyar atau bisa dibilang seribu juta, sudah cukup untuk masa pensiunan yang mewah selama lebih dari 20 tahun. Dan bila uang itu di masukan ke bank, seberapa besar bunga yang anda dapat? Mungkin anda hanya perlu hidup dengan memakai bunganya saja.

Bila anda melukis sebagai seorang seniman, maka anda tidak akan berpikir dua kali untuk menolak tawaran itu. Kalau saya menjadi pelukis itu, maka saya akan sangat senang, bila lukisan saya dibawa begitu saja, diteliti dan dikritik oleh pelukis professional, kemudian diletakan di gallery atau musium agar bisa di apresiasi oleh banyak orang. Dan saya tidak ingin uang sepeser pun bila saya bisa mendapatkan semua itu.

Itulah yang disebut dengan 'seniman' menurut pendapat saya pribadi.

Seorang dosen atau guru, yang sudah merasakan pahit getirnya masa-masa kuliah, yang sudah berjuang keras menimba ilmu hingga memiliki banyak gelar. Bahkan mungkin sudah berjuang keras (dengan cara yang jujur) hingga bisa mencapai S3. Bila harus memilih antara membagikan ilmunya kepada generasi muda atau uang triliunan, maka sebagai 'Artist of education', seniman edukasi, pasti akan lebih memilih untuk membagikan ilmu-ilmu yang sudah diperjuangkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun