Discipulisentris
Kurikulum Merdeka Belajar berfokus pada perkembangan peserta didik, disini penulis menggunakan istilah 'Discipulisentris'. Konsep ini bukan 'terserah' pada anak, melainkan kita menyesuaikan dengan kebutuhan sang anak.Â
Dilansir dari https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id/ salah satu prinsip pembelajaran Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran intrakulikuler yang dilakukan secara terdiferensiasi sehingga peserta didik mempunyai waktu yang cukup untuk memahami, mendalami dan menguatkan sebuah konsep.
Singkatnya, dalam konsep ini, peserta didik tidak dapat disamaratakan dalam proses belajar. Â Inilah yang harus dikritisi, kerapkali perangkat pendidikan yang lembek membuat proses ini menjadi sangat lambat.Â
Di sisi lain, peserta didik merasa 'bodo amat' dengan ketidaktegasan perangkat sekolah. Seharusnya, perangkat sekolah cukup memberikan materi dengan repetisi yang secukupnya. Di sini, penulis menekankan pentingnya repetisi dalam penyampaian materi. Jadi, ketertinggalan materi dapat ditekan. Selain itu, menambah minat literasi peserta didik.
Dalam metode pembelajaran integratif, yang telah dialami penulis. Discipulisentris diterapkan dengan dibuatnya kelompok sesuai dengan minat peserta didik. Ada kelompok yang senang dengan musik, atau jago dalam membuat puisi, atau handal dalam bidang bahasa asing. Jadi, solusi didapatkan dengan cara masing-masing peserta didik. Sisi baik lainnya, keterampilan peserta didik terasah. Sisi negatifnya, tentu waktu pembelajaran yang selalu menggunakan 1 hari penuh.
Masalah masa kini dan solusi
Jika kita berfokus pada masalah masa kini, yaitu : peserta didik yang lemah CaLisTung tetap naik kelas, atau pengetahuan geografi yang kurang. Maka, timbul pertanyaan salah siapa? Kita tidak bisa semena-mena menyalahkan kurikulum merdeka. Jika kita pahami lebih dalam tentang kurikulum ini, semua itu sudah baik. Kalau boleh menyalahkan, maka adalah salah kita semua. Mengapa? Karena kita hanya bisa menyalahkan tanpa memberi solusi. Berlagak jago tapi bodoh, apa tidak percuma?
Pendidikan tidak terjadi hanya di Sekolah, tetapi juga di Masyarakat dan Keluarga. Pendidikan itu harus bisa diterapkan dalam hidup keseharian. Dari situ peserta didik dapat belajar lebih kritis dan terbuka. Sistem pendidikan yang integratif dapat diterapkan bagi peserta didik zaman sekarang.Â
Sebagai contoh : Jika ada peserta didik yang tidak dapat menghafal negara-negara eropa namun dia pintar menciptakan lagu, lalu mengapa tidak memintanya membuat sebuah lagu dengan tema negara-negara untuk mempermudah; atau ada mereka yang tidak dapat belajar bahasa Inggris, namun suka main gim, mengapa tidak diintegrasikan dengan hal itu.
Untuk kasus peserta didik yang lemah CaLisTung, perangkat pendidikan dapat memberi pendampingan khusus dan juga orang tua harus memberi perhatian khusus. Harapannya oknum, yang menyebar berita ini, tidak hanya menyebarkan berita tanpa data tetapi juga memberi solusi dalam kasus seperti ini.