Mohon tunggu...
Benny Benke
Benny Benke Mohon Tunggu... -

the walkers. touch me at benkebenke@gmail.com,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Pernah Bunuh Diri

13 Maret 2017   13:40 Diperbarui: 14 Maret 2017   00:00 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA --  Tommy Page ditemukan meninggal dunia pada Jum'at, Minggu lalu. Dikabarkan penyanyi
dan komposer berusia 46 tahun itu bunuh diri. Meski hingga saat ini, pengumuman resmi dari pihak yang
berwenang belum dikeluarkan. Sebagaimana kita maklumi bersama, Page mempunyai jejak rekam yang
panjang dalam industri hiburan, teristimewa dunia tarik suara. Selain sebagai penyanyi, dia juga dikenal
sebagai eksekutif produser, juga publisher di Billboard.

Oleh pemujanya, terutama pada tahun 90-an single bertajuk, “I’ll Be Your Everything, ” menjadi trade
mark-nya. Single yang mendunia itu, lahir berkat kerja bareng dengan mantan anggota boyband New
Kids On The Block (NKOTB), Donnie Wahlberg dan Jordan Knight. Knight, Danny dan Page secara
berbarengan menulis super single itu.

Jauh sebelum menjadi penyanyi, Page pada tahun 1992 juga pernah mejadi bintang tamu dalam serial
TV “Full House.” Pada episode dia harus bekerja dengan pelakon utama serial TV tenar itu, yaitu John
Stamos, Candace Cameron Bure dan Jodie Sweetin.

Singkat kata, namanya sudah sangat dikenal di kalangan pesohor, baik di AS dan belahan dunia lainnya.
Sehingga, saat kematiannya merebak, sejumlah pesohor langsung mengungkapkan keterkejutannya.
Seperti yang diungkapkan penyanyi Josh Groban, yang dalam tweet-nya menuliskan,"Sosok kawan yang
baik dan menyenangkan, yang banyak membantu saya di awal karir saya. Page juga turut membantu
memilihkan single pertama saya. Page adalah pribadi yang baik. RIP my friend.”

Hal senada dikatakan penyanyi Ashley Tisdale, yang kepada fans-nya mengatakan,"Tanpa Tommy Page
tidak akan pernah ada album Headstrong atau Guilty Pleasure. Saya sulit menerima kenyataan ini. No
words #rip love you Tommy.”. Wahlberg, kompatriot lamanya menuliskan tweet singkat, “#RIPTommyPage.” Sama
dengan kicauan mantan anggota NKOTB lainnya, Jonathan Knight yang menuliskan, “Dalam kegelapanmu saya
berdoa, kau akan mendapatkan pelita! Hatimu yang benderang akan kembali bersinar di hatiku, selamanya.
#RIPTommyPage.”

Dan sejumlah kawan kreatifnya, juga nyaris senada mengungkapkan rasa kesedihan dan kehilangan
mereka, kepada mendiang Page, yang menjelang akhir hayatnya bekerja di Pandora, Cumulus Media and
the Village Voice.  

Meski sekali lagi bekum ada rilis resmi ihwal kematian Page apakah benarbenar bunuh diri, namun
spekulasi diluaran sudah kadung merebak, Page meninggal karena bunuh diri. Tudingan pun menguar tak
tentu rimbanya. Ketidakmampuan mengelola popularitas dituding sebagai alasan utama Page mengakhiri
hidupnya. Sebuah tudingan yang galib terjadi di AS, terutama kepada persona yang hidup di dunia
hiburan. Sebuah dunia simulakra, atau "citra semu" yang bersiap memerangkap siapapun yang tak
pandai mengelola popularitas dan tekanan yang menyertainya.

Di industri hiburan AS, sudah menjadi rahasia umum, banyak aktor, aktris, penyanyi, olahragawan, juga
penulis, hingga disainer yang meninggal karena bunuh diri karena efek simulakra atau "citra semu", dan tekanan
hidup yang menyertainya itu. Cara bunuh dirinya pun macammacam. Dari sengaja mengkonsumsi obatobatan dalam
jumlah masif, sehingga terjadi over dosis, hingga gantung diri, menembakkan senjata ke kepala, sampai sengaja
menenggelamkan diri sendiri ke sungai dengan menggunakan pemberat, dan aneka kiat lainnya.

Mari secara acak kita kumpulkan nama para pesohor yang sengaja mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri. Dengan aneka sebab, yang bermacam-macam pula. Yang akhirnya merujuk pada satu muara kesimpulan;
mereka lelah atas hidup mereka.

Meski sebenarnya, sebagaimana klise kehidupan, keseharian para pesohor yang memutuskan mengakhiri hidup
mereka itu, cenderung biasabiasa, bahkan luar biasa di mata awam. Tapi siapa yang tahu, sejatinya banyak
prahara atau terlalu kuatnya tekanan psikologis di dalam hati mereka, yang tidak mampu mereka atasi. Dan cara
paling jitu untuk mengatasinya, menurut mereka, ya dengan membunuh diri mereka sendiri.

Fenomena bunuh diri bahkan sudah ada sejak zaman Sebelum Masehi, atau setua peradaban manusia.
Nama Cleopatra VII Philopator, Ratu Mesir terakhir, yang lahir pada tahun 69 Sebelum Masehi di
Alexandria, Mesir, dan meninggal pada 12 Agustus tahun 30 Sebelum Masehi, atau di usia 39 tahun,
adalah nama benderang yang dicatat sejarah, yang memilih mati dengan cara membunuh diri sendiri.

Ratu Cleopatra, yang telah puluhan kali difilmkan dalam berbagai versi itu, bunuh diri demi mengikuti
tradisi yang berlaku di Mesir Kuno, yaitu mengikuti kematian suaminya tercinta Antony. Yang juga
memutuskan bunuh diri, setelah mengalami kekalahan di Pertempuran Actium atau Battle of Actium dari
pasukan Octavian.  Maka, demi melunaskan tradisi, Ratu Cleopatra sengaja mematukkan ular berbisa ke tubuhnya,
sebelum akhirnya, mati!

Sedangkan dalama masa kekinian, aksi bunuh diri yang dilakukan aktor dan komedian Robin Williams di
usianya yang ke 63, juga sempat mengagetkan publik dunia. Karena, dalam kesehariannya, juga dalam
sejumlah perannya di layar lebar, perain piala Oscar ini, dikenal sebagai pribadi yang sangat
menyenangkan dan hangat. Sebelum akhirnya pada Agustus 2014 dia memutuskan menggantung dirinya
sendiri, dengan ikat pinggangnya sendiri, di rumahnya di kawasan Paradise Cay, California.

Sebelum akhirnya terkuat, sang aktor meninggal karena dia lelah melawan penyakit asphyxiation, yang
menyebabkannya mengalami penyakit yang disebut secara kedokteran dengan Lewy body dementia,
yang merupakan penyakit semacam Parkinson. Yang membuatnya mengalami depresi yang
berkepanjangan, yang menyebabkan pemilik penyakit ini mengalami paranoia berkepanjangan. Demikian
keterangan dokter, yang akhirnya menyimpulkan penyakit Lewy body dementia itulah yang membuat
Williams memutuskan bunuh diri.

Aktor yang mengawali karir sebagai Komedi Tunggal (Stand up Comedy) itu akhirnya abunya disebar di
Teluk San Francisco, setelah dikremasi.

Nama lain yang lebih benderang, dan ikonik yang memutuskan bunuh diri adalah Marilyn Monroe. Di usia
36, Monroe yang ditabalkan sebagai ikon sex pada masanya itu, sengaja bunuh diri dengan menenggak
barbiturate secara berlebihan, sebelum akhirnya over dosis dan mati. Atas kematiannnya yang
mendadak itu, pihak berwenang menyimpulkan jika Monroe telah lama mengidap sindrom ketakutan yang
berkepanjangan, yang membuatnya depresi. Sehingga membuat mood atau perasaannya acap tidak
stabil atau sering berubah-ubah.

Meski kesimpulan telah disampaikan pihak berwenang, namun kematian Monroe menimbulkan banyak
pertanyaan dan spekulasi. Seperti adanya tudingan, banyaknya teori konspirasi atas kematian simbol
sex itu. Atau dengan kata lain, sengaja dibunuh, dengan kematian yang seolah-olah bunuh diri. Karena,
bahkan Presiden AS saat itu, yaitu John F. Kennedy juga tidak percaya jika Monroe bunuh diri.

Lalau ada nama kontemporer lainnya, Kurt Cobain yang bunuh diri di usia 27 tahun. Pentolan, vokalis
dan gitaris grup band Nirvana ini mati dengan cara menembakkan senjata ke dirinya sendiri pada
April 1994.  Sebelum mati muda, dalam beberapa kesempatan Cobain, acap berucap jika dia memang
membenci dirinya sendiri,"And I want to die," katanya.

Cobain memang saat itu sedang berjuang melawan kecanduan narkoba yang dideritanya, yang sempat membuatnya
depresi. Dia sempat menjalani detox di Los Angles, sebelum akhirnya terbang kembali ke kampung halamannya di
Seattle, sebelum akhirnya memutuskan bunuh diri.

Ganjilnya, sebelum kematiannya,  Courtney Love, Istri Cobain sempat menyewa detektif swasta untuk mencari
suaminya,  yang sempat menghilang dari pusat rehabilitasi.  Sayangnya, beberapa hari kemudian, jasad Cobain
ditemukan di dalam rumahnya,  bersama catatan kecilnya,  yang ditujukan kepada kawan kecil imajinernya bernama
 “Boddah,”. Catatan kecil itu tertuliskan jika Cobain sudah kehilangan gairah untuk mendengarkan,  dan
menciptakan musik lagi.

Yang menyedihkan kematian akor cilik Sawyer Sweeten di usia 19 tahun. Apa yan membuat aktor yang dikenal via
perannya sebagai Geoffrey Barone dalam drama TV berjudul Everybody Loves Raymond, memutuskan bunuh diri
pada April 2015 itu. Dengan cara menembakkan senjata ke kepalanya sendiri?  

Sumber yang terpercaya menyebutkan karena Sweeten mempunyai persoalan keuangan,  diluar persoalan karirnya
yang mandeg,  plus orientasi seksualnya yang dinilai menyimpang.  Sehingga acap mendapakan perundungan. Atas
kematiannya di usia belia,  sahabat,  handai tulan dan keluarganya mengalami sock yang tak terperikan.

Lalu ada nama fashion designer sohor bernama L’Wren Scott, yang memutuskan bunuh diri di usia 49 tahun. Scott
yang jua dikenal sebagai kekasih vokalis Rolling Stones,  Mick Jagger itu,  menggantung dirinya sendiri di apartmen
nya di Manhattan, dengan mengunakan scarf miliknya pada Maret 2014.

Scott kemudian diumumkan telah lama mengidap depresi berkepanjangan.  Atas kematiannya,  Mick Jagger sempat
mengalami shock.  Dan menuliskan kepedihannya di halaman Facebooknya dengan mengatakan,“Saya masih
berusaha untuk mengerti,  bagaimana kekasih dan kawan baikku bisa mengakhiri hidupnya lewat jalan yang sangat
tragis".

Setelah kematian Scott, koleksi pakaiannya yang di pajang di gerai Banana Republic dan
Barneys langsung diburu orang,  dengan harga tinggi,  dan langsung sold out.

Bunuh diri juga dilakukan penulis terkemuka di AS,  Ernest Hemingway. Yang memilih menyudahi hidupnya di usia 61
tahun.  Novelis, cerpenia dan jurnalis ini melakukan bunuh diri dengan cara menembak dirinya sendiri tepat di
kepala.  Meski istrinya, Mary,membantah aksi bunuh diri yang dilakukan suaminya,  karena menurut dia, kejadian itu
terjadi secara tidak sengaja,  saat suaminya sedang membersihkan senjata kesayangannya.

Namun,  dalam sebuah wawancara,  lima tahun kemudian,  Mary mengakui jika suaminya memang bunuh diri.

Hemingway memang telah lama depresi karena ketergantungan al kohol yang dideritanya sepanjang hidupnya. Dan
pernah dirawat di sebuah rumah sakit selama tiga bulan, karena percobaan bunuh diri. Laporan medis juga
menyebutkan jika dia juga didiaknoaa menderita penyakit hemochromatosis,l. Sebuah penyakit turunan yang dapat
memengaruhi kesehatan mentak dan fisikalnya.

Yang tak kalah dikenangnya adalah kematian bunuh diri pelukis besar Vincent Van Gogh, di usia 37 tahun.
Pelukis beraliran Post-Impressionist dari Belanda itu,  memutuskan bunuh diri pada Juli 1890, dengan cara
menembakkan senapan ke dadanya.

Penembakan kepada dirinya sendiri itu, dialakukan saat dirinya berjalan sendiri di Auberge Ravoux, saat dia selama
70 hari terakhir melewati harinya.  Dokter sayangnya tidak bisa mengeluarkan peluru di dadanya tanpa operasi.
Sebelum akhirnya setelah perawatan, dengan pipa rokok yang mencangklong di mulutnya,  ditemani saudaranya,  
Van Gogh mati.

Setelah itu baru diketahui jika sang Maestro kelelahan setelah berbilang tahun berjuang melawan depresi yang
diidapnya. Karena dia didiagnosa menderita berbagai penyakit seperti schizophrenia, bipolar disorder, epilepsi
temporal, dan acute intermittent porphyria.

Bunuh diri tak lazim dilakukan Virginia Woolf di usia 59 tahun. Penulis sohor dari Inggris itu pada Maret 1941 berjalan
ke sebuah sungai yang ada di dekat rumahnya,  dengan sejumlah pemberat dari batu di saku bajunya, dengan
harapan membebani tubuhnya,  sebelum tenggelam.

Jasadnya tidak ditemukan sampai tiga Minggu kemudian. Dalam catatan bunuh dirinya,  dia menulis, "Saya merasa
marah. Saya merasa tidak akan mampu melewati waktu yang sangat buruk ini.  Saya merasa tidak akan pernah
sembuh.  Saya mulai mendengar suarasuara,  dan saya tidak bisa konsentrasi.  Jadi,  saya melakukan yang terbaik
yang harus dilakukan".

Woolf memang diketahui menderita penyakit mental sepanjang hidupnya. Seperti bipolar disorder.

Sedangkan salah satu Photograper terkenal di dunia,  yaitu Diane Arbus mati bunuh diri di usia 48,  dengan cara
menyayat lengan tangannya menggunakan silet pada Juli 1971. Selain itu dia juga over dosis barbiturate. Dia
ditemukan tewas dua hari kemudian di bathtub kamar mandinya.

Arbus dalam keterangan resminya dinyatakan mengidap “depressive episodes,” yang diperburuk dengan gejala
penyakit hepatitis. A , yang merongrong kesehatannya.  Beberapa tahun sebelumnya,  Arbus memang mengakui jika
kesehatannya naik turun. Dan mantan suaminya mengatakan jika Arbus memang mengalami penyakit perubahan
mood yang ekstrim.  Setahun setelah kematiannya , Arbus menjadi photographer pertama dari AS yang karyanya
dipajang di Venice Biennale, Italia.  (bb)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun