Mohon tunggu...
Benny Benke
Benny Benke Mohon Tunggu... -

the walkers. touch me at benkebenke@gmail.com,

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Waktu Berhenti di Bumi Laskar Pelangi

20 Oktober 2016   15:38 Diperbarui: 20 Oktober 2016   16:05 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulau Lengkuas dari mercusuar. (Foto: dok pribadi / benny benke)

Pantai Tanjung Tinggi di Belitung Barat. (foto: dok pribadi / benny benke)
Pantai Tanjung Tinggi di Belitung Barat. (foto: dok pribadi / benny benke)
Tak kalah memikat adalah keberadaan batu satam yang hanya ada di Belitung dan sangat langka. Istilah ”satam” diambil dari bahasa warga keturunan China yang berada di Belitung. ”Sa” berarti pasir, dan ”tam” bermakna empedu. Jadi, satam adalah empedu pasir. Sedangkan orang pribumi mengartikan ”satam” sebagai batu hitam karena warnanya memang sangat hitam.

Mengenai batu itu, bisa pula kita baca pada buku De Ontwikkling Van Het Eiland Billiton-Maatschappij karangan Door JC Mollema yang diterbitkan S Gravenhage, Martinus Nijhoff (1992). Di situ dituliskan mengenai seorang Belanda bernama Ir N Wing Easton dari Akademi Amsterdam yang menamakan beba­tuan meteor itu dengan istilah billitonite, yang artinya ”batu dari Pulau Belitung”. Batu itu biasanya ditemukan secara tidak sengaja oleh penambang pada kedalaman 50 meter dari atas permukaan tanah.

Dari Aidit hingga Andrea Hirata

ORANG ternama bisa berasal dari mana saja, juga dari kepulauan Bangka Belitung. Beberapa dari mereka antara lain Achmad Aidit (yang lebih dikenal sebagai Dipa Nusantara Aidit), Sobron Aidit, Yusril Ihza Mahendra, dan Andrea Hirata.

Apa yang membuat Belitung melahirkan orang-orang seperti mereka? Semangat belajar yang tinggi. Itu setidaknya diungkapkan Edi Handoko alias Hans (23), pemuda yang tinggal di Pasar Gantong yang letaknya bersebelahan dengan PN Timah di Belitung Timur. Dia bercerita, untuk bersekolah di SMAN 1 Manggar yang jaraknya sekitar 18 km dari Gantong, setiap hari dia harus menempuh perjalanan selama 40 menit dengan mobil sayuran, buah-buah, atau barang lainnya. Hal itu dia lakukan dengan suka cita. Banyak juga kawannya yang rumahnya lebih jauh lagi.

Jadi, ketika membaca Laskar Pelangi, dia tak tergetar lagi pada tokoh Lintang yang harus bersepeda pergi pulang dari rumah ke sekolah sepanjang 80 km.

”Itu biasa di sini,” ujarnya.

Menurutnya, memang tidak semua anak mempunyai kemauan belajar tinggi. Tapi, kecenderungan belajar untuk menuntut ilmu pengetahuan anak Belitung membanggakan. Indikasinya, tambah dia, hampir dapat dipastikan, lulusan SMAN 1 Manggar, sekolah paling favorit di Belitung Timur, bisa diterima di universitas negeri favorit di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, atau Semarang.

Hans yang pernah kuliah di Univesitas Bina Nusantara Jakarta bisa diambil sebagai contoh. Dia menguasai Bahasa Inggris dan Mandarin, dan kini sedang menyempurnakan kemampuan Bahasa Prancis. Kemampuan berbahasanya itu dia dapat sewaktu duduk di bangku SMPN 1 Gantong.

Pulau Lengkuas dari mercusuar. (foto: dok pribad / benny benke)
Pulau Lengkuas dari mercusuar. (foto: dok pribad / benny benke)
Benar memang, ada kendala aksesibilitas bagi anak-anak Belitung yang ingin berstudi di Jawa. Catat saja, perjalanan laut ke Tanjung Priuk di Jakarta misalnya harus ditempuh selama 18 jam. Begitu pula, pesawat dari Jakarta ke Tanjung Pandan di Belitung Barat pun hanya tiga kali sehari. Tapi semua itu tak dianggap sebagai rintangan mereka yang ingin menuntaskan semangat belajar.

Semangat belajar yang tinggi terjumpai juga pada DN Aidit. Di luar catatan buram Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam sejarah kita, kecemerlangan pikirannya membuat dia menjadi Ketua Central Co­mitte partai tersebut pada usia 31 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun