Mohon tunggu...
Benny Benke
Benny Benke Mohon Tunggu... -

the walkers. touch me at benkebenke@gmail.com,

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berlin, "Ich bin ein Berliner!"

20 Oktober 2016   12:10 Diperbarui: 20 Oktober 2016   12:35 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis di depan Berlin Cathedral (Berliner Dom). (Foto: dok pribadi / benny benke)

Foto sejumlah pelakon film Monument Men yang membuka Berlinale 2014. (foto: dok pribadi / benny benke)
Foto sejumlah pelakon film Monument Men yang membuka Berlinale 2014. (foto: dok pribadi / benny benke)
Sebagaimana di Brandenburger Tor, di "Checkpoint C" yang oleh pemerintah Soviets hanya disebut Friedrichstraße Crossing Point, dan orang Jerman Timur menyebutnya Grenzübergangsstelle ("Border Crossing Point") Friedrich-/Zimmerstraße, setiap kita hendak berfoto dengannya harus menyiapkan 3 Euro. 

Tapi tunggu dulu. Dua serdadu itu, baik di Brandenburger Tor, juga di "Checkpoint C" hampir mengusai semua bahasa besar di dunia. Bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Latin, Mandarin mereka lahap semua. Bagaimana dengan bahasa Indonesia? "Oh...Indonesia....Satu, dua, tiga, empat, Jakarta, Bali," demikian pekik mereka begitu mengetahui penulis dari Indonesia. "Apa kabar," sambungnya.

Sejumlah foto pelakon film Monument Men, (Foto: dok prinadi / benny benke)
Sejumlah foto pelakon film Monument Men, (Foto: dok prinadi / benny benke)
Ya, hanya sebatas itu, kemampuan berbahasa Indonesia mereka. Apakah Anda dibekali kemampuan semua bahasa di dunia? "Ah, tidak semua, hanya yang pokok-pokok saja, sedikit sekali," imbuhnya sembari tertawa kecut. 

Petunjuknya sederhana, imbuh tentara gadungan satunya lagi. Setelah penulis menyelipkan tiga koin Euro, mereka membocorkan rahasia kecil, "Anda tanyakan kepada turis itu asal mereka dari mana, dan Anda cukup berbicara sekenanya dengan bahasa ibu mereka, begitu mengetahui jawaban asal negaranya. Sesimple itu saja," katanya.

Ya, sesimpel itu saja mereka berkomunikasi dengan para wisatawan dari seluruh dunia yang mengunjungi tempat-tempat favorit nan bersejarah di Berlin. Sehingga wisatawan dari berbagai belahan dunia itu, seperti disapa oleh rekan mereka sendiri, meski cara pengucapannya tentu belum sempurna.

Zoo Palast. Di sini pada sebuah masa Adolf Hitler acap menyaksikan sejumlah film propaganda partai Nazi. (foto: dok pribadi/ benny benke)
Zoo Palast. Di sini pada sebuah masa Adolf Hitler acap menyaksikan sejumlah film propaganda partai Nazi. (foto: dok pribadi/ benny benke)
Dan kini, setelah reunifikasi atau penyatuan Jerman Timur dan Jerman Barat menjadi Jerman, bangunan Checkpoint Charlie menjadi atraksi turis yang luar biasa ramainya. Untuk mendukung situs bersejarah ini, dekat dari situ dibangun Allied Museum yang berada di lingkungan Dahlem, Berlin.

Sisik melik, asal muasal atau historiografi Tembok Berlin dinarasikan dengan detil di museum itu. Apakah tidak ada lokasi lain yang lebih bersejarah selain Brandenburger Tor, dan "Checkpoint C"? Masih banyak. Datanglah ke Zoo Palast, salah satu sinema tertua di dunia, dan diklaim paling tua se-Jerman. Saat gelaran Berlinale International Film Festival 2014, atau Berlinale, gedung bioskop yang pada mulanya bernama The Ufa-Palast am Zoo on Auguste-Viktoria-Platz, atau sekarang berada di Breitscheidplatz, di Charlottenburg, itu juga dijadikan salah satu loka pemutaran film.

Berlin tengah malam seperti puisi. (Foto: dok pribadi / benny benke)
Berlin tengah malam seperti puisi. (Foto: dok pribadi / benny benke)
Gedung bioskop yang makin tampah wah di waktu malam, karena tata lampunya yang merah menyala itu, kali pertama dibuka pada tahun 1919 sebelum diperluas pada 1925. Gedung bioskop ini adalah yang terluas di Jerman sampai tahun 1929 dan menjadikannya tempat pemutaran perdana sejumlah film penting. 

Sebelum akhirnya dihancurkan pada 1943 karena Perang Dunia II, dan dibangun kembali pada 1957 dan malih nama menjadi Zoo Palast. Zoo Palast yang menjadi tempat pemutaran film sesi Berlinale Special Gala, pada gelaran Berlinale baru-baru ini, memutar film Das Finstere Tal, The Two Faces of Januari, Diplomatie, '71, The Monument Men, Historia Del Meido dan beberapa judul film features lainnya. 

Bersama Berlinale Palast, Zoo Palast menjadi magnet tersendiri bagi pencinta film di dunia. Karena di tempat inilah, pada masa rejim Nazi berkuasa, sejumlah perhelatan penting dilakukan di tempat ini. Seperti pada tahun 1935 ketika première film karya Leni Riefenstahl berjudul Triumph des Willens diputar di tempat ini. Pada Maret 1943, saat erayaan hari jadi Ufa selaku pemilik Zoo Palast, ratusan spanduk Swastika berukuran raksasa dan gambar Elang raksasa menempel hampir di semua sudut gedung bioskop.

Bahkan puluhan première atau pemutaran film milik Third Reich di masa Perang Dunia II, seperti Morgenrot, Ein Lied geht um die Welt, Ein gewisser Herr Gran, Eisberg, Sieg des Glaubens hingga Flüchtlinge pada tahun 1933 dan masih banyak film lagi diputar di sini. Tapi tentu saja, film-film itu adalah film propaganda Nazi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun