Mohon tunggu...
Benny Benke
Benny Benke Mohon Tunggu... -

the walkers. touch me at benkebenke@gmail.com,

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Cannes, Kota Premium Kaum Jet Set

20 Oktober 2016   09:46 Diperbarui: 20 Oktober 2016   09:56 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yacht di Pelabuhan Cannes. (Foto: Dok Pribadi/Benny Benke)

28 Mei 2014 .

JAKARTA --  Sebutlah nama Cannes, sebuah kota pesisir di Selatan Prancis, tepatnya di provinsi Alpes Côte d'Azur, atau di French Riviera, maka semua orang yang telah berkeliling Eropa, akan bersepakat dengan keindahannya.

Tidak itu saja, seorang pramugara salah sebuah penerbangan terkenal di dunia, ketika mengetahui penulis hendak ke Cannes, via Nice langsung berucap, "Pasti uang kalian banyak ya. Karena hanya orang 'punya' yang berlibur di Cannes," katanya merujuk kota tujuan wisata sekaligus tuan rumah agenda tahunan Cannes Film Festival dan Cannes Lions International Advertising Festival itu.

Ya, Cannes memang tempatnya sejumlah toko barang mewah berada. Juga sejumlah restoran wahid serta hotel bintang 5 membuka usahanya. Belum lama ini, atau pada 2011 para petinggi negara G20 juga menjadikan kota eksotik itu, sebagai tempat pertemuan puncak mereka. Di kota yang resik dan sesak dengan bangunan bersejarah ini, sejarah masa lalu yang gemilang, makin membuatnya berwibawa sebagai kota tujuan pakansi.

Sangat dipercaya, bangsa Yunani kuno sejak abad ke-2 sebelum Masehi, sudah tinggal di kota ini, dan menjadikannya sebagai desa pemancingan. Sebelum akhirnya bangsa Roma menjadikan kota yang berlaut Mediterania ini, sebagai salah satu pijakan kakinya, sebelum menancapkan kekuasaannya di negeri seberang.

Sejak saat itu pula Cannes pelan dan pasti menjadi kota persinggahan yang meninggalkan bekas mendalam bagi siapa saja, yang pernah menginjakkan kakinya di sana, karena keelokannya.

Bahkan seiring berjalannya waktu, pada abad ke-18 keindahan kota itu, baik secara geografis maupun arsitektural, sempat membuat bangsa Spanyol dan Inggris hendak mengakuisisinya. Sebelum niat mereka tumbang berkat perlawanan bangsa Prancis. Singkat kata, kota ini meninggalkan jejak panjang historiografis yang membuat siapapun ingin memiliki atau sekedar menyinggahinya.

Oleh karenanya, sejumlah situs penting di kota ini, seperti pembangunan rel kereta api, sudah ada sejak abad ke-19, bahkan pembangunan jalan modern sudah ada di abad yang sama. Sehingga wajar, sampai sekarang, ketika kita berada di Boulevard Carnot, the rue d'Antibes, juga the Carlton Hotel di Promenade de la Croisette, nuansanya langsung melempar kita ke suasana masa lampau.

Cannes (Foto: dok probadi: benny benke)
Cannes (Foto: dok probadi: benny benke)
Bahkan di pusat gelaran Cannes Film Festival 2014, sebuah rumah judi atau kasino terkenal berada, bernama Palace, sudah ada sejak tahun 1979. Kasino ini, hanya berjarak sebenang dengan dermaga Albert-Edouard. Sebuah dermaga tempat ratusan kapal pesiar atau Yacht menambatkan dirinya. Di dermaga ini, kaum jet set dari berbagai belahan dunia biasanya merayakan waktunya sembari berpesta dan berria. Mengabaikan semua kepelikan persoalan kehidupan, dengan menilapnya via kekayaan berlimpah yang mereka punya.

Saat ini, jika nasib membawa kita berlabuh di Cannes, ratusan pelancong dari Italia, Spanyol, Rusia, juga China bersliweran di sejumlah tempat di Cannes. Entah sekedar menapaki jalan berbatu di kota Cannes, atau sekedar bersiborok mata dengan mata nyalang mereka para penjudi ketika keluar dari sejumlah rumah judi. Kalau mata mereka nyalang, sebagaimana diceritkan seorang pemilik cafe di Juan Les Pins--sebuah kota kecil berjarak 15 menit dengan kereta dengan Cannes--berarti para penjudi itu kalah dalam jumlah tak berbilang. Demikian sebaliknya, kalau berbinar, pasti ada cerita kemenangan di sana.

Ya, tabiat para penjudi dari berbagai belahan dunia sudah dimaklumkan di sini. Menimbang rumah judi sudah disyahkan sejak lama. Untung saja citra sebagai kota judi, segera ditutup dengan potret positif gelaran Cannes Film Festival sebelum perang Dunia II meletus, tepatnya pada 20 September 1946, meski pada awal gelarannya masih bertempat di rumah judi Casino Municipal.

Pelabuhan Yacht di Cannes. (Foto: Dok Pribadi/ Benny Benke)
Pelabuhan Yacht di Cannes. (Foto: Dok Pribadi/ Benny Benke)
Sejak itu pula, Cannes identik dengan gelaran festival film kelas dunia. Sebutkan bintang film kelas dunia yang belum pernah menginjakkan kakinya di Cannes? Bahkan baru-baru ini, Sylvester Stallone, Arnold Schwarzenegger, Harrison Ford, Mel Gibson dan Antonio Banderas secara berbarengan menghebohkan Cannes sembari menunggangi tank, demi mempromosikan film terkini mereka; The Expendables 3, di gelaran Cannes Film Festival 2014.

Bayangkan, apa yang terjadi jika sejumlah nama benderang datang berbarengan di kota kecil bernama Cannes? Maka yang terjadi kehebohan yang sulit reda. Bahkan hampir separuh peserta Marche du Films, atau Pasar Film yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gelaran Cannes Film Festival, berebut turun ke jalan, demi menyaksikan aksi para bintang Hollywood itu.

Tapi jangan salah. Ada atau tidak ada para selebritas Hollyeood itu, Cannes tetaplah Cannes. Yang keindahannya sangat mencolok terutama di sejumlah jalan utama. Seperti jalan Promenade de la Croisette, yang banyak dihiasi pohon palm yang menjulang tinggi di sepanjang kanan dan kiri jalan. Sementara di sisinya, laut di mediterania yang tenang, menawarkan pesona yang berbeda. Di sepanjang jalan La Croisette yang bersalaman dengan tepian pantai inilah, kala senja tiba, nuansanya tak ubahnya kartu pos yang banyak dijajakan di sejumlah toko kelontong, restoran juga butik yang banyak terdapat di sana.

Yacht di Pelabuhan Cannes. (Foto: Dok Pribadi/Benny Benke)
Yacht di Pelabuhan Cannes. (Foto: Dok Pribadi/Benny Benke)
Apalagi jika kita meluangkan waktu berjalan ke kota tua Le Suquet, yang letaknya agak meninggi di atas bukit, maka La Croisette akan terlihat makin elok. Belum lagi adanya kapel di sekitar tempat itu, bernama Chapel of St Anne di Musée de la Castre yang membuat Cannes menjadi makin berbeda. Jika Anda sudah menyaksikan film "The Man in the Iron Mask", dalam sebuah adegannya, tergambar seorang tokoh protagonis terpenjara dalam sebuah benteng di atas bukit di sebuah pulau. Adegan itu diambil di Île Sainte-Marguerite. Atau St Marguerite Island, yang letaknya tak seberapa jauh dari Cannes.

Singkat kata, Cannes yang berjarak 24 km dari bandara Nice Côte d'Azur, bukan sekedar sebagai kota wisata kaum jet set belaka. Di sana berbagai aktifitas seni, politik, ekonomi, juga industri digulirkan dengan sama baiknya. Sebaik sebuah kota bersejarah dikelola dengan modern, tanpa menghilangkan ketradisionalannya.

Yang makin membuat menyenangkan Cannes, bukan semata ketika lampu merkuri mulai dinyalakan, dan hampir seisi kota seperti meluangkan waktunya di beranda cafe, dan restoran untuk merayakan malam yang jelma. Tapi juga akses dari dan menuju Cannes dapat dengan gampang dilakukan, hanya dengan berjalan kaki atau bersepeda. Jadi, kita penduduk kota dipaksa untuk sehat.

Statue Kamera di selasar Palais des Festivals et des Congrès. ( Foto: Dok pribadi/ benny benke)
Statue Kamera di selasar Palais des Festivals et des Congrès. ( Foto: Dok pribadi/ benny benke)
Jika hendak berpergian ke luar kota juga negeri jiran pun, kereta supercepat TGV dari Cannes bersiap mengantar kita menuju Nice, Marseille, Lyon, Paris, Toulouse, hingga Brussels, Milan, Basel, Roma, hingga Venice di Italia hanya dalam hitungan jam. Apalagi hanya sekedar ke Monte Carlo, Monaco yang hanya berjarak 1 jam 15 menit dari Cannes.

Kalau mau lebih bergaya, dari Cannes naiklah Yacht sebagaimana kaum jet set berpergian ke Monte Carlo Monaco, atau hingga ke St Tropez dan St Raphael, sebagai kota marina yang keindahannya 11-12 dengan Cannes. Syaratnya cuman satu, sediakan Euro secukupnya. Atau paling tidak, bersejawatlah dengan apik dengan para pemilik uang Euro itu. (benny benke)

tulisan ini pernah diunggah di laman  Suara Merdeka 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun