Mohon tunggu...
Benny Benke
Benny Benke Mohon Tunggu... -

the walkers. touch me at benkebenke@gmail.com,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sawung Jabo: Terus Bergerak

7 Oktober 2016   11:17 Diperbarui: 7 Oktober 2016   11:40 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA -- JARANG ada yang tahu, pada sebuah masa ketika Sawung Jabo masih tinggal di Australia, pernah saking kesepiannya, gitar kesayangannya pernah pengen diahancurkan. Apalagi pada waktu itu, dia juga belum mendapatkan permanen residen, dan masih bekerja di pabrik steker, “Dari pagi sampai sore, dengan menjadi kuli panggul, dengan bayaran 5 dolar Australia per jam,” kenangnya ketika mengumumkan persiapan konser Sawung Jabo dan Sirkus Barock: “Menembus Batas,” yang telah digelar pada 23 Mei 2015 di GBB  Taman Ismail Marzuki (TIM).

Jabo, yang meniatkan konser nanti sebagai syukuran 40 tahun Sirkus Barock yang berdiri sejak tahun 76, mendedikasikan konsernya,”Untuk orang-orang penuh daya hidup,” katanya di TIM, Kamis (21/5/2015) sembari menyebut sejumlah kawan lama sesama musisi yang telah wafat, seperti mendiang Inisisri, Buche Ceking, Nanoe dan lain sebagaimananya.

Sejak dibentuk di Yogya oleh anak-anak Surabaya, Sirkus Barock, sepenceritaan Jabo, sudah beranak pinak anggotanya, hingga200-an orang. Dia berharap, konser nanti seperti pilihan musikalitasnya, “Ibarat perahu kreatif yang tanpa henti mengarungi luasnya samudra tanpa batas.”

Jabo menuturkan, buat dirinya, lagu bukan sekedar lagu, tapi statemen hidup. “Kalau saya tahu sedikit, saya ngomong sedikit, kalau tahu banyak, jangan ngomong terlalu banyak,” katanya.

Jabo menambahkan, terlalu banyak kesalahan yang dia perbuat dalam hidup. Meski sering kali, sebagai manusia, dia hanya juga cenderung hanya menghitung sisi keberhasilan hidup. “Jadi konser nanti, separuh urusan ‘jeroan’ atau kenyataan hidup, sisanya, opini. Aku pengen jujur aja, mengalir, meski hidup bukan sekedar bernafas.”

Mendapatkan pertanyaan, sampai kapan dia akan terus bermusik, suami Susan itu menjawab,”Saya tidak sedang bermusik, tapi menjalani keyakinan pilihan hidup. Dalam bahasa kerennya, terus bergerak sampai jantung berhenti bergerak. Karena aku cuman bisa bermusik, makanya tak tuntaskan aja, nggak tanggung-tanggung, kesulitannya, sulit menjual musiknya. Tapi saya mendapat rejeki dari pergaulan hidup saya,” terangnya sembari menegaskan, dirinya sedang tidak melawan arus besar. “Tapi, kalau bisa menciptakan arus kecil, tapi lancar, kenapa tidak”.

Pada hari H, ketika konser Sawung Jabo dan Sirkus Barock: “Menembus Batas,” benar-benar digelar, bisa ditebak apa yang terjadi. Penonton menyemut dan tuntas semuanya. Tumpah semuanya. Katarsis. Mengingatkan pada konser serupa yang digelar pada awal Agustus 2006.

SAAT itu, lagilagi secara kebetulan penulis berada di antara ratusan penonton yang memulikan Jabo. Hasilnya, sama saja, Jabo menumpahkan semua yang dirasakannya. Singkat kata, tidak ada kata yang pantas disematkan kepadanya, selain, luar biasa.

Demikianlah yang dirasakan ratusan penonton yang menyaksikan konser “Antalogi Sawung Jabo: Satu Langkah Sejuta Cakrawala” di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Sabtu (5/8/2006) malam. Penyandang nama asli Mochamad Djohansyah kelahiran Surabaya 4 Mei 1951 itu seolah tak memberikan ruang bernafas kepada penikmatnya selama 90 menit aksinya.

Betapa tidak, begitu WS Rendra usai merampungkan sajak pembuka, dia bersama 12 musisi pendukungnya langsung menggeber lagu layaknya kereta. Nyaris tidak ada jeda. Setiap tembang purna dilantunkan, tanpa basa basi atau retorika dia melanjutkan ke tembang selanjutnya. Demikian seterusnya sampai-sampai penonton harus bersabar menepukkan kegembiraan dan keterpesonaan mereka hingga konser benar-benar usai.

Suami Susan Piper yang malam itu tampak kalem, santun, dan matang itu memang jauh dari stigmanya selama ini. Masih hangat dalam ingatan ketika dia biasanya binal dan liar di atas panggung. Baik ketika masih bergabung dengan kelompok Swami, Kantata Takwa, maupun Sirkus Barock, dialah yang biasanya paling pertama mengobarkan keliaran. Dalam konser yang juga disaksikan teman-teman tercintanya seperti Jockie Soerjoprajogo, Setiawan Djodi, Eros Djarot, dan beberapa nama sohor lainnya, tak ada lagi pekikan lepas, tidak juga teriakan, apalagi kaos yang terlepas dari tubuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun