Mohon tunggu...
B.Rasjid
B.Rasjid Mohon Tunggu... -

Anggauta Masyarakat yang Realistis dan Optimis , dan pemerhati masalah Politik, Sosial dan Agama. Pendidikan Teknik Elektro dan S2 bidang Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kemana Anis Akan Berjalan Setelah Menjadi Gubernur DKI?

23 Oktober 2017   21:58 Diperbarui: 23 Oktober 2017   22:31 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Judul artikel ini penulis ambil sebagai sebuah analisa kemana Anies akan berjalan setelah menjadi DKI-1 mengingat kontestasi politik Pilpres 2019 sudah akan dimulai pada tahun 2018, walaupun sudah ada juga beberapa tokoh yang telah melakukan manuver-manuver politik menuju RI-1 sebut saja Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang istilah kerennya melakukan Test the water dan ada juga rival di Pilpres 2014 yaitu Prabowo yang secara konsisten melalui statemen2 petinggi2 partainya (Gerinda) yang akan tetap mengajukan Prabowo sebagai bakal Capres 2019 dengan siapapun partai yang aka bermitra dengan Gerinda.

Saya akan menguktip beberapa catatan penting yang pernah saya buat dalam artikel di Kompasiana pada tanggal 4 Juli 2014 dengan judul : " PESAN ANIS BASWEDAN UNTUK ANAK MUDA INDONESIA"

Untuk sekedar merefresh ini adalah beberapa catatan pentingnya

Catatan Biografi Anis

Anis Baswedan lahir di Cirebon tanggal 7 Mei 1969, Anis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dilahirkan dilingkungan terpelajar, Ayahnya yaitu Drs Rasyid Baswedan dan Ibunya Prof Dr Aliyah Rasyid MPd merupakan dosen yang mengajar di salah satu perguruna tinggi di Yogyakarta.

Masa kecil Anis begitu beliau disapa dihabiskan di Kota Pelajar, Yogyakarta. Kakeknya adalah seorang jurnalis dan perintis kemerdekaan yang pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan (1946)

Anis mengatakan Salah satu sahabat dekat kakeknya adalah biarawan dan budayawan Katolik (alm) Romo Mangunwijaya. "Teman diskusinya sehari-hari adalah (alm) Romo Dick Hartoko,"

Kakek dan kedua orangtuanya mengajarkan nilai-nilai keagamaan yang kuat, yang dalam keseharian mewujud sebagai persahabatan, penghargaan pada perbedaan, toleransi kejujuran, dan ketulusan. Anis merasakan sangat dirahmati oleh suasana di mana beliau tumbuh dan berkembang,"

Anis Baswedan merupakan tokoh intelektual muda Indonesia. Doktor ilmu politik dari Northern Illinois University, AS, ini lahir dari keluarga pendidik yang menyimpan tekad untuk turut membangun bangsa melalui jalur pendidikan, di antaranya dengan cita2nya ingin mengantarkan Paramadina menjadi universitas kelas dunia

Anis menyelesaian pendidikan di Fakultas Ekonomi universitas Gajah Mada lulus tahun 1995, kemudian melanjutkan S2 (Master of Public Management, International Security and Economic Policy) di University of Maryland School of Public Policy lulus tahun 1998. Pendidikan S3 nya (Phd) dibidang Ilmu Politik di peroleh dari Northern Illinois University lulus tahun 2005

Semasa kuliah di UGM Anis aktif dalam organisasi kemahaiswaan, Anis pun terpilih menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa, dan berkat kepandaiannya ia juga mendapatkan beasiwa dari Japan Airlines Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas bidang Asian Studies di Universitas Sophia di Tokyo, bahkan semasa sekolah di bangku SMAN 2 di Jogya, Anis terpilih sebagai peserta dalam program pertukaran pelajar AFS Intercultural Program di Amerika Serikat.

Anis juga merupakan 100 Tokoh Intelektual Muda Dunia versi Majalah Foreign Policy dari Amerika Serikat di tahun 2009. Dan kini Anis Baswedan telah menjadi orang nomor satu di DKI sebagai Gubernur Ibukota Indonesia yang menjadi impian banyak politisi.

 

Lalu setelah menjadi DKI-1, apakah Anis akan mengikuti jejak pendahulunya untuk  mengikuti kontestasi di Capres 2019  nantinya?

Kita coba flash back sejenak keputusan apa yang diambil oleh seorang Anis pada tahun 2014 saat terjadi gelaran Pilpres 2014.

Dengan segudang presetasi dan tingkat intelektual yang dimiliki tiba-tiba seorang Anis lebih memilih untuk mendukung Pasangan Capres Jokowi - JK sekalipun Anis pernah mengikuti Konvensi Capres dari Partai Demokrat dimana partai ini akhirnya merapat ke kubu Prabowo -- Hatta.

Ada apa dengan Anis, apa yang dilihat oleh beliau kelebihan seorang Jokowi,

Inilah statemen Anis yang telah direkam oleh banyak media main stream maupun berita2 online

Saya memilih Jokowi yang berpasangan dengan JK, karena saya tidak mempunyai beban moral untuk memilih mereka. Jawaban yang sangat sederhana namun sangat menyentuh terutama bagi kaum muda yang masih galau atau belum bisa melihat jatidirinya sendiri.Begitulah jawaban pada setiap wawancara yang beliau sampaikan

Anis juga mengatakan saat beliau diwawancarai oleh salah satu harian : Republika tanggal 23 Mei 2104. Menurutnya PASANGAN JOKOWI-JK MERUPAKAN PASANGAN KEKUATAN YANG IDEAL, karena pasangan ini merupakan pasangan kombinasi pembaharuan yang mempunyai potensi besar memunculkan terobosan-terobosan yang besar kedepan

Keputusan Anis untuk mendukung pasangan Jokowi-JK dilakukan begitu cepat, Anis menyatakan :

"Semua ini berjalan amat cepat, tapi itulah hidup, kita memang selalu siap dan berani ambil pilihan lalu hadapi," ujar dia secara pasti"

Salah satu statement lain dari Anis yang cukup jernih saat Jokowi di tuding sebagai anak keluarga komunis, bukan seorang muslim dll .

"Kita tidak punya hak mengkafirkan seseorang, dan apakah Jokowi ada tanda-tanda komunis, masyarakat Indonesia sudah cukup cerdas. Dan saya adalah orang pertama yang akan menolaknya, karena saya kata Anis merupakan keluarga yang sangat anti terhadap Komunis, karena kami juga pernah punya pengalaman yang tidak baik"

Lalu ganjaran apa yang diperoleh oleh seorang Anis setelah Jokowi secara resmi telah ditetapkan oleh KPU sebagai pemenang dalam pemilihan RI-1.

Jokowi juga dengan kejernihannya mengangkat Anis sebagai salah satu anggauta Tim yaitu sebagai deputi Kantor Transisi yang bertugas menyiapkan proses peralihan pemerintahan yang kemudian mengangkatnya menjadi salah satu menteri di Kabinet Kerja yaitu sebagai Menteri Pendidikan, walaupun dalam perjalanan karirnya jabatan sebagai Menteri diambil kembali oleh Allah melalui tangan Jokowi. Lalu apakah Anis dendam terhadap Jokowi, sepertinya ini bukan tipe seorang Anis yang telah mendapatkan bekal  pengajaran budi pekerti dan dasar agama yang cukup kuat dalam dirinya dari orang tuanya, yang melihat bahwa Jabatan adalah sebuah amanah yang harus selalu dijalankan oleh seseorang karena Allah semata.

Jadi apakah Anis nantinya akan mengikuti jejak pendahulunya maju sebagai Capres 2019, sepertinya kemungkinannya kecil, karena Anis menyadari pengalamannya di Birokrasi Pemerintah Daerah khususnya mengelola sebuah Ibukota yang merupakan miniatur negara RI masih sangat minim, Sementara pendahulunya Jokowi telah mempunyai pengalaman sebagai birokrat 2 periode sebagai Walikota Solo dan Gubernur DKI sekalipun hanya jalan , tetapi lebih mudah mengcopynya untuk kemudian melipat gandakan dalam sekala yang lebih besar untuk memimpin sebuah negara.

Pertanyaan lain adalah, apakah seorang Anis akan sepenuhnya loyal kepada Prabowo dan Gerinda setelah beliau menjadi orang nomor satu di DKI, sepertinya jawabannya akan tidak, karena sebagai orang yang lahir dan besar dilingkungan Jawa, Anis akan sangat memegang teguh Tatakrama, Sopan santun, Tatasusila atau dalam istilah jawa sebagai Unggah-Ungguh dalam tetap menjaga dan respect terhadap Jokowi, karena Jokowilah Anis bisa masuk dalam pusaran elite tingkat tinggi yang sebenarnya di negeri ini, yang sebelumnya hanya merupakan sebuah oase belaka yang beliau peroleh. Lalu apakah bisa dikatakan sebenarnya Anis adalah orangnya Jokowi yang ditempatkan sebagai bidak catur dalam meredam pasangan AHY yang telah rela melepaskan karir moncernya di TNI hanya karena sebuah jabatan Gubernur, Analisa ini bisa jadi menjadi benar, manakala kalau dilihat sahwat politik AHY untuk menjadi orang nomor satu di DKI tampak lebih jelas dengan harapan nantinya mempunyai tiket langsung menuju RI-1.

Jadi bagi Jokowi , Anis bukan menjadi ancaman, tetapi tetap menjadi mitra yang bisa dikendalikan di DKI, apalagi Anis harus banyak belajar dari Jokowi dalam mengelola sebuah provinsi khususnya DKI yang merupakan borometer nasional dari pengelolaan manajemen pemerintah daerah.

Lalu apakah kalangan Islam di DKI khususnya ormas2 seperti FPI,GMPF-MUI nantinya akan mendukung Prabowo seperti halmya dukungan kepada Anis. Agak sulit direalisasikan karena, Prabowo dianggap sebagai kalangan Islam abangan yg kabarnya menjadi  mualaf memeluk Islam ketika menikah dengan Titiek Soeharto pada Mei 1983.apalagi Prabowo lahir dari keluarga yang kebanyakan beragama nasrani Prabowo dianggap kurang fasih sebagai seorang Islam, sekalipun beliau telah menunaikan ibadah haji.

Keadaan ini sepertinya akan bisa membuat Prabowo kecewa untuk ketiga kalinya untuk dapat memenuhi syahwat politiknya menjadi orang nomor satu di negeri ini. Banyak saran dari kalangan elit khususnya dalam menghadapi persaingan global yang akan semakin ketat. Pemimpin negara yang  akan sukses membawa rakyatnya adalah pemimpin yang energik, jujur, inovatif, terbuka, mampu menerima dan membuat perubahan dan mempunyai gagasan besar tetapi tetap realistis,sertas yang tidak kalah penting yaitu tidak punya beban politik masa lalu.

Kreteria2 semacam ini sepertinya lebih banyak dimiliki oleh pemimpin2 generasi muda. Dan bila kita mengingat sejenak pernyataan  mantan Presiden BJ Habibi saat beliau menerima kunjungan Jokowi di tahun 2014, bahwa pemimpin Indonesia masa depan hendaknya mempunyai usia tidak lebih atau dibawah 60 tahun,

Dunia memang sudah melihat kelebihan pemimpin muda yang sukses dinegaranya sebut saja

Preside Korea Utara Kim Jong-unmemerintah di usaia 32 tahun pada tahun 2016, yang menjadi salah satu pemimpin berpengaruh di dunia dan dainggap sebagai diktator temuda.

Emir Qatar Syeikh Tamim bin Hamad al Thaniyang menjadi pemimpin dinegerinya diusia 33 tahun pada tahun 2013.

Raja Bhutan Jigme Khesar Namgyel Wangchuckmenjadi raja dari Kerajaan Bhutan pada tahun 2006 di usia 26 tahun dan dinomatkan secara resmi di tahun 2008

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau,terpilih sebagai PM Kanada sejak 2015 pada usia 43 tahun.

Presiden Republik Demokratik Kongo Joseph Kabilaterpilih menjadi presiden pada tahun 2006 diusia 29 tahun dan terpilih kembali di tahun 2011

Emmanuel Macron Presiden Perancis menjadi  termuda Perancis , sejak Napoleon  dalam usia 39 tahun

Jadi pada tahun 2019, Jokowi akan berusia 60 tahun, Gatot Nurmantyo berusia  59 tahun, Anis Baswedan berusia 49 tahun. Lalu apakah akan terjadi Duet Gama  (Univ.Gajah Mada) Jokowi-Anis, atau Jokowi-Gatot, dan sepertinya Anis akan menjadi anak yang manis bagi Jokowi atau anak yang mengecewakan bagi Prabowo. Tapi kalau Anis maju pada Pilpres 2024, maka modal politik beliau akan sulit dikalahkan oleh siapapun kandidatnya.

B.Rasjid

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun