Generasi stroberi, overthinking, lembek, lemah, dan bahkan pengangguran. Itulah yang menjadi definisi bagi sebagian generasi senior terhadap generasi muda Indonesia, khususnya generasi Z. Generasi yang juga akan menjadi masa depan bangsa, namun sepertinya sudah redup sebelum bercahaya. Apakah ini realita masa depan generasi Z?
Tahun 2045 Indonesia Emas, itulah tujuan nasional bangsa ini bagi generasi muda Indonesia. Salah satu generasi yang disorot untuk menjamin masa emas itu adalah generasi Z yang lahir di tahun 1997-2012. Sayangnya, hari-hari ini gen Z mendapatkan portofolio yang tidak memuaskan.Â
Mereka dikenal sebagai generasi yang justru menurun dalam hal kualitas individu, dan bahkan cenderung sudah mulai dihindari oleh beberapa kelompok tertentu.Â
Hal ini disebabkan karena generasi Z identik dengan kebiasaan yang malas-malasan namun mudah lelah secara emosi dan lembek dalam menghadapi tekanan yang terlihat dengan kesulitan menerima kritik. Mereka juga dianggap terlalu bergantung pada teknologi dan media sosial seakan-akan menjadi pusat dari kehidupan generasi ini.
Generasi Z selalu dianggap "kurang berkembang" dibanding dengan generasi sebelumnya, bukan hanya dalam konteks pengalaman kerja, namun juga dalam perkembangan sebagai individu. Meskipun generasi Z lebih mahir dalam hal teknologi, perkembangan zaman, dan berbagai tren terbaru, mereka justru dianggap terlalu terhisap dalam simulakra itu sehingga banyak orientasi pribadi yang berubah.
Dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya, baik itu generasi Y atau X, generasi Z memiliki kemandirian yang dianggap kurang karena mereka terlalu mengandalkan teknologi dalam hampir semua aspek kehidupan sehingga kurang bisa berpegang pada kemampuannya sendiri.Â
Generasi Z cenderung lebih memperhatikan kesehatan mental dan self-care yang berujung pada perasaan yang terlalu sensitif. Lingkungan komunikasi secara daring juga menyebabkan generasi Z untuk mengalami hambatan dalam keterampilan interpersonal atau menghadapi situasi komunikasi yang formal di mana komunikasi terjadi secara tatap muka secara langsung.
Yang juga seringkali dibandingkan adalah bagaimana generasi sebelum generasi Z cenderung mempunyai mentalitas kerja yang lebih kuat, stabil, dan berorientasi panjang. Namun generasi Z lebih memilih fleksibilitas dalam pekerjaan dan ingin memiliki work life balance atau keseimbangan hidup dan hal ini bisa berarti berpindah-pindah pekerjaan dalam jangka panjang serta dianggap kurang berkembang dalam membangun karir yang solid.
Meski demikian, dengan seluruh sentimen negatif yang dilemparkan terhadap generasi Z, perlu diingat bahwa generasi ini tetaplah yang menjadi harapan bangsa. Sifat dan ciri generasi ini yang mungkin kurang cemerlang tidaklah menggantikan posisinya sebagai penerus bangsa yang bisa membawa Indonesia ke masa emasnya.Â
Generasi Z dapat diumpamakan sebagai sebuah batu emas yang masih kasar, kotor, dan tergeletak di tanah. Batu emas yang mempunyai nilai mahal, namun masih perlu diolah dan dibersihkan untuk cemerlangnya bersinar.