Mohon tunggu...
radbenitos
radbenitos Mohon Tunggu... Tutor - Nasionalis peranakan Batak-Jawa

Kawan anti nekolim. Dekmar. Kolom filsafat adalah kenyamanan bagi orang-orang woles maupun jalan ninja bagi clan Uchiha dan penggali sejarah ide.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Apa Hubungannya Krisis Gandum dengan Kedaulatan Pangan?

1 Oktober 2023   07:07 Diperbarui: 3 Oktober 2023   23:24 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu, saya membuat sebuah catatan kecil pada platform citizen journalism kesayangan kita ini, kompasiana, untuk menyampaikan informasi yang selama bertahun-tahun belakangan ini salah kaprah dimengerti oleh khayalak. Penulis Mojok.co salah satunya yang keliru bahwa pilpres mendatang akan dimeriahkan seperti ajang pemilihan Ketua BEM kampus yang mungkin sama kisruhnya.

Saya justru teringat pesan seorang dosen Brawijaya berparas jelita yang juga alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di suatu kelas pertemuan pertama Pengantar Ilmu Politik, "Kebohongan yang diulang-ulang akan terdengar seperti kebenaran". Maka dari itu, saya memang sengaja menulis catatan yang saya beri judul, "Ganjar Pranowo Bukan Alumni GMNI?", pada platform kompasiana sebab artikel kompasiana pasti terindeks dengan baik di mesin pencari seperti Google. Daripada informasi tersebut hanya tersalurkan melalui medsos yang hanya mungkin diterima oleh circle pertemanan, atau terarsipkan begitu saja di blog pribadi saya.

Pemilihan diksi "catatan" pada alinea pertama artikel tersebut pun sebenarnya sudah mengambarkan motif tulisan saya, yakni sebagian concern dari apa yang saya paparkan di atas. Mulanya, saya arahkan artikel tersebut ke dalam kategori "Sosbud" sebab bagi saya pribadi tulisan tersebut sangat amat enteng, sehingga tidak perlu bersaing traffic di kategori yang berat seperti "Vox-Politik". Namun, beberapa menit setelah penayangan, artikel tersebut dipindahkan oleh admin kompasiana ke kategori yang sedang hot menjelang periode pemilihan umum 2024 yakni Cerita Pemilih-Analisa. Oleh sebab itu, saya menjadi merasa berhutang membuat artikel yang setidaknya memiliki bobot 65% analisis.

=====

Pada Jumat, 29 September 2023, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menggelar Rapat Kerja Nasional IV di Jakarta. Sejak sehari sebelumnya, sesuatu yang ditunggu-tunggu masyarakat awam non PDIP sejujurnya bukanlah keputusan dapur rumah tangga PDIP tentang bagaimana mengemas keputusan pertemuan tersebut seturut temanya yang fantastis, "Kedaulatan dan Ketahanan Pangan", oleh karena pertemuan tersebut sudah diberitakan sehari sebelumnya yang hanya akan mengundang pihak-pihak dari koalisi pemenangan. Itu artinya, ada kemungkinan rakernas akan memutuskan calon wakil presiden Ganjar Pranowo, atau isu yang pasti juga disorot oleh duo Bung Rocky Gerung - Pak Hersubeno Arief ialah bagaimana nuansa perhelatan koalisi Ganjar yang dihadiri Presiden Jokowi pasca gabungnya Kaesang Pangarep dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Tentu saja, selama live streaming berlangsung, masyarakat cenderung memasang sorotan kepada Pak Jokowi; mengaktifkan daya imajinasi dan akal mereka untuk menafsirkan setiap senti gesture yang berubah pada sosok Presiden. Saya turut membaca komentar-komentar terkait hal itu di kolom komentarnya sembari turut mengintip-ngintip siapa saja tamu undangan yang hadir.

Singkat cerita, sampailah pada tayangan Ketua Umum PDIP memberi penghantar sambutan dan orasinya yang diawali dengan penjabaran pemilihan tema rakernas dan latar belakang krisis gandum global serta imbasnya ke Indonesia sewaktu pecah perang Rusia-Ukraina. Hadirin yang berada di lokasi terlihat masih menyimak saat saya sudah nyengir dari balik layar smartphone. Seketika saya sudah tidak tertarik lagi menanti "pengumuman" siapa yang kelak mendampingi pak Ganjar Pranowo kelak.

Keluar Topik

Padahal dari pernyataannya, Ibu Ketum pun sudah tahu bahwa tanaman gandum tidak tumbuh di kawasan beriklim tropis, namun tetap saja ketidaksinambungan antara latar belakang dengan tema yang terlanjur fantastis sangat krusial menentukan rumusan masalah. 

Kedaulatan adalah persoalan dalam teori kekuasaan. Teori kekuasaan konstitusional Republik Indonesia yang berkaitan dengan krisis gandum mensyaratkan bahwa komoditas itu harus terkandung di dalam bumi persada Indonesia, sedangkan komoditas gandum jelas berada di luar kekuasaan Republik Indonesia. Maka tak mengherankan jika negara penghasil gandum tidak dapat didikte untuk terus mengekspor pemenuhan kebutuhan industri pengolahan gandum. Lantas, kedaulatan macam apa yang terpikirkan teknokrat politik dalam rakernas PDIP kemarin?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun