Mohon tunggu...
Benito Rio Avianto2
Benito Rio Avianto2 Mohon Tunggu... Guru - Dosen MK Statistika, Ekonomi indonesia, Metodologi Penelitian, & Metode Penelitian Kuantitatif

Love to share some issues on ASEAN, economy, humanity, palm oil, statistics

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kondisi Beberapa Indikator Makroekonomi Terpilih Negara Anggota ASEAN pada Masa ASEAN-Indonesia Chairmanship 2023

8 Februari 2023   16:19 Diperbarui: 14 Maret 2023   15:01 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kondisi Beberapa Indikator Ekonomi Makroekonomi Terpilih Negara Anggota ASEAN pada masa ASEAN-Indonesia Chairmanship 2023

Oleh: Benito Rio Avianto

Analis Kebijakan Ahli Muda, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI

 

Keketuaan ASEAN

Keketuaan ASEAN bergilir setiap tahun berdasarkan urutan abjad dari nama-nama Negara Anggota dalam bahasa Inggris (ASEAN Member States/AMS). Suatu Negara Anggota yang menjabat sebagai Ketua wajib memimpin KTT ASEAN dan KTT terkait, Dewan Koordinasi ASEAN, tiga Dewan Komunitas ASEAN, Badan Kementerian Sektoral ASEAN terkait dan pejabat senior, serta Komite Perwakilan Tetap (Committee Permanent Representative/CPR) -- sebagaimana tercantum dalam Pasal 31 Piagam ASEAN/ASEAN Charter.

Negara Anggota yang menjabat sebagai Ketua ASEAN wajib secara aktif mempromosikan dan meningkatkan kepentingan dan kesejahteraan ASEAN, termasuk upaya membangun Komunitas ASEAN melalui inisiatif kebijakan, koordinasi, konsensus, dan kerja sama; memastikan sentralitas ASEAN; memastikan tanggapan yang efektif dan tepat waktu terhadap isu-isu mendesak atau situasi krisis yang mempengaruhi ASEAN, termasuk menyediakan jasa-jasa baiknya dan pengaturan lain semacam itu untuk segera menangani masalah-masalah tersebut; mewakili ASEAN dalam memperkuat dan mempromosikan hubungan yang lebih dekat dengan mitra eksternal; dan melaksanakan tugas dan fungsi lain yang diamanatkan sebagaimana tertera dalam Pasal 32 Piagam ASEAN/ASEAN Charter.

Keketuaan ASEAN-Indonesia

Pada tahun 2023 ini Indonesia mendapat kehormatan giliran keempat kalinya menjadi Ketua ASEAN, setelah sebelumnya menjadi ketua pada tahun 2011, 2003, dan 1976. Selama masa Keketuaan Indonesia di ASEAN, selalu melahirkan legacy dalam menentukan arah ASEAN ke depan. Pada tahun 1976 (Bali Concord I) berhasil menetapkan lokasi Sekretariat ASEAN di Jakarta, tahun 2003 (Bali Concord 2) berhasil menetapkan 3 (tiga) Pilar ASEAN yakni Pilar politik-keamanan, Pilar Ekonomi, dan Pilar Sosial-budaya.  Di Indonesia, ketiga pilar tersebut diketuai oleh masing-masing Menteri Koordinator. Tahun 2011 (Bali Concord 3) yang berhasil membawa komunitas ASEAN ke kancah global, salah satunya dengan terbentuknya ASEAN Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), yang diinisiasi oleh Indonesia.

Keketuaan ASEAN-Indonesia 2023

Pada Keketuaan ASEAN 2023, Indonesia akan menginisiasi milestone penting dengan kelanjutan Bali Concord yaitu Bali Concord 4 yaitu ASEAN Matters: Epicentrum of Growth. Pada situasi tahun 2023 ini, ASEAN masih dibayangi kondisi ketidakstabilan dengan pandemi pandemi Covid-19 yang masih belum dinyatakan usai sepenuhnya.  Beberapa megatrend strategis global seperti disrupsi rantai suplai, revolusi industri 4.0, ketahanan pangan dan energi, daya saing kawasan, perubahan iklim, hingga adanya resesi global sudah ada di depan mata. Sementara beberapa situasi di kawasan juga akan mewarnai Keketuaan Indonesia seperti penajaman rivalitas dan konflik geopolitik kawasan yang semakin tajam, sementara isu Myanmar juga masih menjadi ganjalan.

Untuk itu tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth pada masa Keketuaan Indonesia 2023 diusung untuk menjawab situasi global. Untuk mewujudkan ini, Indonesia menjabarkan ke dalam dua elemen besar yaitu: ASEAN Matters, menjadikan ASEAN semakin relevan dan penting dalam menyikapi dinamika geopolitik. Terdapat 3 (tiga) elemen penting, yaitu: penguatan kapasitas dan efektivitas ASEAN, penguatan persatuan ASEAN, dan penguatan sentralitas ASEAN, dan Epicentrum of Growth memiliki makna dengan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan kawasan dan dunia yang mendukung ekonomi kawasan yang semakin resilien.  Terdiri dari 4 (empat) pilar pembangunan mekanisme kawasan yang meliputi: arsitektur kesehatan, ketahanan pangan, ketahanan energi, dan stabilitas keuangan.

Chairmanship Indonesia-ASEAN 2023 juga bertujuan untuk memperkuat status Kota Jakarta sebagai "the Diplomatic Capital City of ASEAN" atau Ibukota Diplomatik Kawasan Asia Tenggara sebagaimana tertuang dalam Bali Concord 3 pada saat KTT ASEAN ke-19 bulan November 2011.  Memperkuat peran Jakarta sebagai Ibukota Diplomatik ASEAN sangat penting dan strategis bagi Indonesia, khususnya Kota Jakarta sebagai pusat kegiatan diplomatik ASEAN.  Hal ini akan mempertegas kedudukan Jakarta sebagai lokasi Markas Besar ASEAN, sebagaimana halnya Kota Brussel, Belgia, sebagai pusat Uni Eropa, dan Kota New York sebagai Markas Besar Perserikatan Bangsa-bangsa.  Apalagi ditopang oleh perkembangan ASEAN baik dari sisi politik-keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya, membuat kawasan ini semakin menarik dimata global.

Visi tema ASEAN Indonesia 2023 diarahkan untuk membangun ASEAN yang tangguh, adaptif, dan inklusif; memainkan peran sentral; dan memberikan manfaat kepada masyarakat, baik secara internal di dalam negara kawasan maupun secara eksternal kepada dunia. Dia menambahkan bahwa untuk mempertimbangkan megatren strategis dan mengatasi dampak krisis multidimensi terhadap pangan, energi, dan keuangan, Indonesia mengumumkan usulan Priority Economic Deliverables (PED) di bawah keketuaan Indonesia. Semuanya dirangkai menjadi tiga dorongan strategis. Terdapat 16 prioritas Ekonomi (PED) di bawah Pilar ASEAN Economic Community (AEC) yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian baik sebagai Chair AEC Council 2023, maupun Ketua Dewan MEA Indonesia.

Chairmanship ASEAN-Indonesia berada dalam situasi resesi global, krisis pangan dan energy, serta melemahnya pertumbuhan ekonomi yang disertai turunnya daya beli masyarakat.  Untuk itu pada tulisan akan membahas 4 (empat) indikator ekonomi makro ekonomi terpilih untuk menggambarkan situasi ASEAN dalam masa kepemimpinan Indonesia tahun 2023.  Selain itu juga dapat melihat posisi Indonesia diantara AMS lainnya berdasarkan indikator ekonomi makro berupa data statistik.

4 Indikator Ekonomi Makro Ekonomi Terpilih Negara Anggota ASEAN

Terkait dengan kondisi perekonomian global yang belum pulih, maupun kondisi AMS yang sedang masa pemulihan dan pembangunan, penulis mengambil 4 (empat) indikator makro ekonomi terpilih di ASEAN.  Selain untuk melihat perkembangan ekonomi ASEAN terbaru yang di publikasikan Sekretariat ASEAN, juga untuk melihat posisi Indonesia yang saat ini memegang kepemimpinan ASEAN 2023.   

Tabel 1. Indikator Ekonomi Makro Ekonomi Terpilih Negara Anggota ASEAN tahun 2021

                              

Country

 Pertumbu-han Ekonomi

Tingkat Inflasi

Tingkat Pengang-guran

PMA dan Perubahannya

%

%

%

US$ million

%

Brunei Darussalam

-1,6

1,7

4,9

(372,6)

(64,5)

Cambodia

3,0

2,9

2,4

(141,1)

(3,9)

Indonesia

3,7

1,6

6,5

1.490,2

8,0

Lao PDR

3,5

3,8

9,4

104,2

10,8

Malaysia

3,1

2,5

4,6

8.408,6

264,0

Myanmar

-5,9

6,2

0,5

(1.200,6)

(54,4)

Philippines

5,6

3,9

7. 8

5.590,5

81,9

Singapore

7,6

2,3

3,5

23.595,3

31,3

Thailand

1,5

1,2

1,9

19.591,9

395,7

Viet Nam

2,6

1,8

2,9

(140,0)

(0,9)

ASEAN

3,4

n.a.

n.a.

56.926,4 

46,6 

 

 

 

 

 

 

Sources     ASEAN Macro-economic Database, ASEAN Merchandise Trade Statistics Database, ASEAN Foreign Direct Investment Statistics Database

 

Terdapat beberapa indikator makro ekonomi untuk melihat kemajuan/kondisi suatu negara/kawasan.  Pada artikel kali oini, penulis memilih 4 indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan kondisi perekonomian suatu negara yakni pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat pengangguran dan penanaman modal asing (PMA). Keempat indikator tersebut diharapkan dapat memberi informasi keterbandingan antara AMS.

4.1. Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Sekretariat ASEAN tahun 2023, pada tahun 2021 wilayah ASEAN memliki tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 3,4%.   Pertumbuhan ekonomi dapat dimaknai naiknya pendapatan dari munculnya kenaikan produksi barang dan jasa.  Pertumbuhan ekonomi ASEAN sebesar 3,4% dapat dimaknai terjadinya kenaikan pendapatan ASEAN sebesar 3.4% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2020. 

Dari 10 AMS, Singapura memeliki pertumbuhan ekonomi tertinggi mencapai 7,6%, diikuti oleh Filipina sebesar 5,6%, dan Indonesia pada posisi ketiga sebesar 3,7%.  Myanmar mengalami konstraksi ekonomi dengan tumbuh negatif sebesar 5,9% yang kemungkinan diakibatkan krisis politik, diikuti Brunei Darussalam yang juga tumbuh negatif sebesar 1,6%, dan Thailand yang tumbuh 1,5%.  Negara Anggota ASEAN lainnya seperti Malaysia, Laos, Kamboja,  dan Vietnam tumbuh dikisaran 2-3%

Melihat kondisi pertumbuhan ekonomi tersebut, Indonesia sebaiknya mesin pertumbuhan ekonominya dengan meningkatkan aktivitas ekonominya yang mempunyai nilai tambah (value add). Sektor andalan ekspor Indonesia seperti otomotif, tekstil, komponen kendaraan bermotor dan furniture, selain komoditas seperti sawit, udang, kopi, karet, dan kakao, perlu terus menerus ditingkatkan nilai tambahnya.

4.2. Tingkat Inflasi

Inflasi adalah proses meningkatnya harga secara umum dan terus-menerus sehubungan dengan mekanisme pasar yang dipengaruhi banyak faktor, seperti peningkatan konsumsi masyarakat, likuiditas di pasar yang berlebih sehingga memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, hingga ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi merupakan indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan inflasi dianggap terjadi apabila proses kenaikan harga berlangsung terus-menerus dan saling berpengaruh satu sama lain. Terdapat banyak cara untuk mengukur laju inflasi, namun dua cara yang paling sering digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Deflator PDB.

Diantara ke-10 AMS, Myanmar, Filipina, dan Laos merupakan Negara-negara yang memiliki tingkat inflasi tertinggi di ASEAN yakni masing-masing 6,2%, 3,9%, dan 3,8%.  Kondisi inflasi yang tinggi di Myanmar erat berkaitan kondisi stabilitas yang tidak menentu sejak Junta Militer berkuasa kembali sejak tahun 2021.

Sedangkan Thailand, Indonesia, dan Brunei Darussalam, meupakan AMS yang mempunyai tingkat inflasi terendah masing-masing 1,2%, 1,6%, dan 1,7%.  Rendahnya tingkat inflasi di ketiga Negara tersebut menunjukkan terkendalinya tingkat kenaikan harga maupun tersedianya barang kebutuhan masyarakat.  Tingkat inflasi Indonesia sebesar 1,6% menunjukkan stabilitas perekonomian di Indonesia.

4.3. Tingkat Pengangguran

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja usia15 sampai dengan 64 tahun, yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolah dan mahasiswa, petani yang sedang menunggu masa panen,dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan. Selain itu, definisi pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja namun sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja. Setiap negara dapat memberikan definisi yang berbeda mengenai definisi pengangguran. Nanga (2005: 249) mendefinisikan pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif tidak sedang mencari pekerjaan.

Laos, Filipina, dan Indonesia merupakan 3 negara ASEAN yang memiliki tingkat pengangguran tertinggi sebesar 9,4%, 7,8%, dan 6,5%.  Indonesia selaku negara dengan populasi terbesar di ASEAN perlu waspada dengan gejala tingginya angka pengangguran. Negara-negara dengan tingkat pengangguran terendah meliputi Myanmar (0,5%), Thailand (1,0%), dan Kamboja (2,4%).  Kondisi tingkat pengangguran di ASEAN juga merupakan salah satu dampak Pandemik Covid-19 yang melanda kawasan ASEAN pada tahun 2021.

4.3. Penanaman Modan Asing (PMA)/Foreign Direct Investment (FDI)

Penanaman modal asing (FDI) adalah kepemilikan saham di perusahaan asing atau proyek yang dibuat oleh investor, perusahaan, atau pemerintah dari negara lain. Umumnya, istilah ini digunakan untuk menggambarkan keputusan bisnis untuk mengakuisisi saham besar dalam bisnis asing atau membelinya secara langsung untuk memperluas operasi ke wilayah baru. Istilah ini biasanya tidak digunakan untuk menggambarkan investasi saham di perusahaan asing saja. FDI adalah elemen kunci dalam integrasi ekonomi internasional karena menciptakan hubungan yang stabil dan tahan lama antar ekonomi.

Berdasarkan data dari ASEANStat.com tahun 2021, besarnya PMA di kesepuluh AMS sangat bervariatif.  Ada yang nilainya mencapai trilyunan USD, tapi ada juga yang mengalami kontraksi atau negative investasi.  Singapura menjadi Negara terfavorit tujuan PMA di ASEAN.  Pada tahun 2021, Singapura mencatatkan diri menerima invstasi sebesar USD 28.595,3 Matau mencapai 41%.  Prestasi FDI ASEAN ke-2 oleh Thailand dengan nilai FDI mencapai USD 19.591,9 M dan disusul Malaysia sebesar USD 8.408,6 M (15%).

PMA di Indonesia menempati peringkat ke-lima setelah Singapura, Thailand, Malaysia, dan Filipina dengan nilai USD 1.490,2 M atau 2,6% dari nilai total FDI Negara-negara Anggota ASEAN.  Besarnya nilai PMA Indonesia ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah untuk membuat iklim investasi menjadi lebih menarik lagi bagi para investor.

Dari sisi perubahan (dibandingkan tahun sebelumnya), pertambahan FDI di ASEAN paling moncer berada di Thailand dengan kenaikan mencapai 396%, disusul Malaysia sebesar 264%, dan Filipina 82%.  Kenaikan investasi di Indonesia hanya sebesar 8%, bahkan berada di bawah Laos yang mencapai 11%.   

Rekomendasi

Pada tahun 2021 dimana masih terjadi Pandemik Covid-19, kondisi makro ekonomi dengan 4 indikator terpilihdi AMS masih terloihat fluktuatif. Beberapa negara seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia, masih dapat menampilkan performa relatif terbaik dalam hal pertumbuhan ekonomi,tingkat inflasi, tingkat penangguran, dan PMA.  Indonesia perlu memperhatikan keempat indikator tersebut, untuk mendukung ketahanan ekonomi nasional.  Meskipun Indonesia memiliki performa baik pada pertumbuhan ekonomi dan pengendalian inflasi, namun kinerja Negara Anggota ASEAN lainnya perlu menjadi referensi bagi Indonesia.  Indikator-indikator makoekonomi perlu menjadi perhatian pemerintah untuk meningkatkan performa kinerja makroekonomi di tahun-tahun mendatang.  Semoga tulisan ini dapat memberikan kontribusi bagi Indonesia yang pada tahun 2023 ini memegang tampuk ASEAN Chairmanship 2023.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun