Kesemutan atau parestesia
Posisi kepala yang salah dapat menekan saraf di area leher atau punggung atas, menyebabkan gejala seperti mati rasa, kesemutan, atau bahkan kelemahan di lengan dan tangan.
Kelelahan Otot
Kelelahan otot yang disebabkan oleh ketegangan secara terus-menerus pada otot-otot leher, bahu, dan punggung atas. Kelelahan otot ini bisa memperburuk nyeri dan membuat aktivitas sehari-hari terasa lebih berat.
Sindrom ini dapat menyebabkan berbagai dampak, yaitu:
-
Kompresi Saraf
Postur kepala yang terus-menerus menjorok ke depan dapat menyebabkan tekanan pada saraf di leher. Kompresi saraf ini sering kali menimbulkan gejala seperti kesemutan, mati rasa, atau bahkan kelemahan di lengan dan tangan. Jika dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini dapat memengaruhi fungsi motorik sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari seperti mengetik, mengangkat benda, atau aktivitas lain yang melibatkan tangan. Dalam beberapa kasus, rasa nyeri atau kesemutan juga dapat menjalar hingga ke jari-jari tangan.
Kekakuan
Sindrom ini dapat menyebabkan kekakuan pada otot leher dan tulang belakang. Kekakuan ini tidak hanya terbatas pada area leher tetapi juga dapat menjalar ke bahu dan punggung atas. Akibatnya, gerakan leher menjadi terbatas, seperti kesulitan untuk memutar kepala, menengok ke samping, atau mendongak. Kekakuan ini dapat mengganggu produktivitas dan aktivitas harian, serta meningkatkan risiko cedera leher akibat gerakan mendadak atau posisi tubuh yang salah.
Gangguan Aliran Darah ke Otak
Postur kepala yang menjorok ke depan dapat mengurangi lengkungan alami pada tulang belakang leher (cervical spine). Hal ini menyebabkan penyempitan saluran yang mengalirkan darah ke otak. Ketika aliran darah ke otak terganggu, seseorang dapat mengalami berbagai gangguan, seperti sulit berkonsentrasi, gangguan fokus, atau bahkan penurunan kemampuan kognitif. Dalam kasus yang lebih serius, gangguan aliran darah ini dapat menyebabkan pusing, sakit kepala yang sering, atau rasa lelah kronis meskipun telah cukup istirahat.
Bagaimana Cara Mencegah Turtle Neck Syndrome?
Studi oleh Raihan (2023), menemukan adanya hubungan antara ergonomi dengan turtle neck syndrome. Dari segi ergonomi, sebagai ilmu yang mempelajari mengenai interaksi antara manusia dan elemen lain dari suatu sistem, baik itu manusia lainnya, lingkungan, peralatan, produk, peralatan, dan teknologi, diketahui bahwa turtle neck muncul akibat posisi tubuh pada posisi yang tidak ergonomis dan berlangsung lama atau lebih dari 5 jam per hari.
Dari segi medis, turtle neck syndrome merujuk pada gangguan muskuloskeletal (MSDs) terutama di leher dan tungkai atas. Menurut studi oleh Sirajudeen (2022), saat melakukan postur leher ideal yang sehat, berat kepala yang diangkut oleh tulang belakang leher adalah sekitar 4,5 kg. Namun, ketika kepala dipertahankan dalam posisi tertekuk, misalnya postur leher saat mengetik, berat kepala yang diangkut oleh tulang belakang leher meningkat sehingga mengakibatkan perubahan degeneratif. Selain itu, postur yang salah ini dapat menyebabkan perubahan pada panjang otot yang bekerja di daerah leher.
Berdasarkan keilmuan medis dan ergonomi tersebut, maka dibutuhkan tindakan pencegahan terhadap turtle neck syndrome berupaÂ