Mohon tunggu...
Benita Riska
Benita Riska Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa K3 FKM UI

Berbagi ilmu sembari terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Turtle Neck Syndrome: Ketika Leher Manusia Layaknya Punggung Kura-Kura

19 Desember 2024   19:21 Diperbarui: 19 Desember 2024   19:34 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Sudut dengan berat beban yang diberikan pada leher (Sumber: bridgechiro.com)

Gambar 2. Postur Penderita Turtle Neck Syndrome (Sumber: backmusclesolutions.com)
Gambar 2. Postur Penderita Turtle Neck Syndrome (Sumber: backmusclesolutions.com)

Pada era digital saat ini, gawai telah menjadi kebutuhan bagi seluruh kalangan masyarakat. Penggunaan gawai yang terlalu lama menjadi penyebab terbesar dari sindrom leher kura-kura. Posisi ini seringkali melibatkan memiringkan kepala ke bawah ke arah perangkat, yang menyebabkan ketidaksejajaran tulang belakang dan otot. Penelitian yang dilakukan Dewantari dkk. (2022) menyebutkan bahwa rata-rata durasi penggunaan gawai pada remaja usia 15--20 tahun mencapai 8 jam per hari dan 89% dari partisipan mengalami turtle neck syndrome.

Postur tubuh yang buruk juga turut meningkatkan risiko kejadian sindrom ini. Membungkuk atau mencondongkan tubuh ke depan saat duduk, terutama saat melakukan tugas seperti bekerja atau membaca, dapat menimbulkan ketegangan pada leher dan bahu. Selain itu, sindrom ini juga dapat muncul akibat otot bahu yang lemah, yang tidak dapat menopang kepala dan leher dengan baik. Kurangnya kekuatan ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan, yang menyebabkan kepala terdorong ke depan, sehingga memperparah ketegangan pada leher. Kelemahan ini sering kali berasal dari gaya hidup yang tidak banyak bergerak, di mana kurangnya keterlibatan dalam aktivitas fisik menghambat perkembangan otot bahu. 

Sindrom ini biasanya terjadi pada anak-anak dan remaja. Anak-anak dan remaja sebagai masalah kesehatan umum, karena meningkatnya gaya hidup yang tidak banyak bergerak dan meningkatnya penggunaan aktivitas berbasis layar. Anak-anak dan remaja tidak menganggap serius kerusakan jangka panjang pada tubuh atau tidak mengetahuinya, mungkin karena efek jangka pendeknya tidak begitu terlihat. Baru pada usia dewasa, efek fleksi leher ke depan dapat memengaruhi kualitas hidup secara serius. 

Kenali Gejala dan Dampak Turtle Neck Syndrome

Gejala Turtle Neck Syndrome mencakup berbagai masalah fisik yang dapat dialami oleh seseorang yang akan berdampak pada kenyamanan serta mobilitas sehari-hari. Beberapa gejala yang dapat dialami meliputi:

  1. Postur Kepala Menjorok ke Depan
    Postur tubuh ini sering terjadi akibat kebiasaan membungkuk atau menunduk terlalu lama saat menggunakan gawai, tablet, atau komputer. Kepala yang menjorok ke depan menciptakan tekanan tambahan pada otot dan tulang belakang leher, sehingga membuat kepala tampak menonjol jauh dari bahu.

  2. Nyeri dan Kekakuan pada Leher
    Rasa nyeri ini muncul akibat ketegangan berlebihan pada otot-otot leher yang harus menopang kepala dalam posisi yang salah dalam waktu lama. Kekakuan dapat membuat leher sulit digerakkan, terutama saat mencoba memutar atau menengok.

  3. Sakit Kepala
    Posisi kepala yang salah menyebabkan ketegangan pada otot leher dan bahu, yang dapat memicu sakit kepala. Sakit kepala ini biasanya terasa seperti tekanan di sekitar dahi atau belakang kepala.

  4. Rasa Tidak Nyaman di Bahu dan Otot Punggung Atas
    Ketegangan yang ditimbulkan oleh posisi kepala menjorok ke depan tidak hanya memengaruhi leher tetapi juga menjalar ke bahu dan punggung atas. Hal ini menyebabkan rasa pegal atau nyeri di area tersebut.

  5. Berkurangnya Rentang Gerak di Leher
    Akibat dari postur yang buruk dan kekakuan otot, leher menjadi sulit digerakkan secara bebas. Ini dapat membatasi kemampuan untuk menengok ke samping, menunduk, atau mendongak.

  6. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Healthy Selengkapnya
    Lihat Healthy Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun